Sukses

Terobosan Keren, Sampah Plastik di Laut Jadi Kaus Kaki

Sampah di laut jadi masalah serius. Butuh aneka terobosan kreatif sebagai solusi.

Liputan6.com, Denpasar - Sampah di laut hingga kini masih menjadi masalah yang belum bisa dipecahkan sepenuhnya. Persoalan sampah laut ini tak bisa diselesaikan hanya dengan satu model solusi saja.

Deputi Bidang Kedaulatan Maritim Kementerian Koordinator Maritim, Arif Havas Oegroseno mengatakan perlu berbagai macam terobosan yang perlu dikembangkan di masa depan. Aksi ini didperlukan mengingat banyaknya sampah di lautan.

Ia menjelaskan, data tahun 2014 sampah di laut seluruh dunia mencapai sekitar 269 ribu ton. Sampah sebanyak itu tersebar di lima lokasi yang menjadi tempat kumpulan sampah terbesar dunia. Dua di antaranya yang paling besar yakni Samudera Pasifik dan Samudera India yang mengapit Indonesia.

"Pergerakan alur dari arus dua samudera yang selalu bergerak itu melewati lautan Indonesia. Ini menjadi tantangan bagi kita," kata Arif di sela penandatanganan kerja sama proyek Bottle2Fashion antara Danone Aqua dan kantor produksi Apparel H&M yang dikemas dalam Alliance for Marine Plastik Solutions Forum (AMPS) di Hotel Padma, Kuta, Selasa 5 September 2017.

Ia melanjutkan, dua dari lima lokasi sampah plastik itu datangnya dari Asia Selatan. Hal ini sudah barang tentu menjadi tantangan tak hanya bagi Indonesia, namun juga regional bahkan global.

"Berapa yang bocor ke sungai atau tempat lain masih dalam penelitian," katanya.

Tak hanya berkutat pada soal jumlah, keberadaan sampah itu juga membawa dampak signifikan bagi industri pariwisata, lingkungan dan kesehatan.

"Inisiatif yang dilakukan melalui AMPS dengan mengolah kembali sampah kemasan plastik menjadi produk fashion bagian dari mengurangi sampah serta memberi nilai tambah melalui rantai ekonomi," ucapnya.

Presiden Direktur Danone Aqua, Corinne Tap mengatakan, apa yang dilakukan pihaknya saat ini merupakan bentuk kontribusi swasta sebagai sektor privat dalam mengurangi timbunan sampah di laut. Ada beberapa hal yang dilakukan, antara lain melalui pengumpulan botol sampah plastik yang berpotensi mencemari lautan dan juga yang terkait dengan investasi dan teknologi.

"Inisiatif seperti ini kita lakukan dari Indonesia untuk Indonesia. Kenapa demikian, karena proses produksi dilakukan di Indonesia dan sampah plastiknya juga diambil dari Indonesia. Kita berharap produknya bisa digunakan di Indonesia dan bisa diekspor ke mancanegara," sebut Corinne didampingi Country Manager Production H&M Indonesia, Jessica Vilhelmsson.

Sustainability Program Manager H&M Indonesia, Anya Sapphira menambahkan, penggunaan produk berbahan dasar polyester bukanlah hal yang baru. Hanya saja bedanya pihaknya menggunakan sampah plastik yang didaur ulang sebagai bahan dasar garmen untuk membuat kaos kaki dan sarung tangan.

"Kenapa kita mulai dengan sarung tangan dan kaus kaki, karena memang kita mau uji coba dulu dengan kandungan polyester-nya sedikit dulu, sebelum masuk ke industri yang lebih besar lagi. Tetapi misi besar kita ialah bagaimana utilitasi sampah-sampah tersebut hingga bermanfaat bagi end user," ujar Anya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.