Sukses

Ada Ancaman Sebelum Rumah Pejabat Pekanbaru Dilempar Bom Molotov

Pengakuan mengejutkan terkait serangan bom molotov ini dilontarkan salah satu pejabat di Pemkot Pekanbaru, Riau.

Liputan6.com, Pekanbaru - Ada pengakuan mengejutkan terkait serangan bom molotov di rumah sejumlah pejabat di Pekanbaru, Riau. Sebelum rumahnya diserang bom molotov orang tak dikenal, pada Rabu malam, 30 Agustus 2017, Kepala Bidang Bina Marga di Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Kota Pekanbaru, Shanti Rahmayanti alias Santi, ternyata pernah mendapat ancaman.

Hanya saja, ancaman yang terjadi di kantornya di Jalan Parit Indah, Pekanbaru, itu tidak jelas seperti apa penyampaiannya. Apakah disampaikan melalui telepon genggam atau secara langsung oleh pihak yang berurusan dengannya.

"Pernah mendapat informasi, (Santi) mendapat ancaman di kantornya," kata Pelaksana Harian (Plh) Sekretaris Daerah Kota Pekanbaru, Azwan, Selasa, 5 September 2017.

Meski tidak secara eksplisit menyebut peristiwa yang dialami Santi berhubungan dengan pekerjaan atau proyek di dinas, pernyataan Azwan seolah mengarah ke sana. Dia menjelaskan, apa yang dialami Santi ini bisa saja salah pengertian dan salah paham dengan pihak tertentu.

Namun, hal itu bisa diselesaikan secara baik-baik. "Ini saya rasa miss communication saja, tapi biarlah kepolisian yang mengusutnya nanti," ujar Azwan.

Pihak-pihak tertentu pun diminta tidak mengganggu situasi keamanan dan ketertiban masyarakat di Kota Pekanbaru, yang sudah kondusif. "Semuanya bisa diselesaikan secara baik-baik," katanya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Polisi Usut Motif Pelaku

Adapun Kasat Reskrim Polresta Pekanbaru, Komisaris Polisi Bimo Ariyanto, belum mengetahui motif sebenarnya dari serangan bom molotov yang menimpa rumah korban. Polisi juga masih mengumpulkan sejumlah bukti di lapangan untuk mencari titik terang, siapa pelempar bom molotov yang membakar depan rumah pejabat Dinas PUPR di Jalan Gang Meranti, Kecamatan Payung Sekaki, tersebut.

"Sudah diperiksa tiga saksi dari keluarganya, sementara korban sebelum kejadian mengaku tidak ada mendapat ancaman," sebut Bimo.

Saat ini, Bimo menjelaskan, polisi masih mengumpulkan bukti-bukti di lapangan. Meski demikian, penyidik belum mengetahui apa motif dari serangan bom molotov, apakah masalah pribadi korban atau terkait pekerjaan yang berhubungan dengan proyek.

"Belum diketahui motifnya, korban juga menyebut, sebelum kejadian, tidak ada mendapat ancaman dari seseorang," tutur mantan Kasat Reskrim Polres Kota Dumai ini.

Teror bom molotov diketahui pejabat Dinas PUPR itu saat sedang berada di Jakarta, tepatnya di Bandara Soekarno-Hatta. Menurut Bimo, pejabat bernama Santi itu hendak pulang ke Pekanbaru.

Ketika itu, Santi mendapat telepon dari suaminya, Welly Herlambang, yang sedang di rumah. Kepada sang istri, Welly mengatakan bahwa teras depan rumah dilempar bom molotov dan mengakibatkan lantai teras rumah, dinding, dan pintu rumah korban menjadi terbakar dan hitam.

"Hasil olah Tempat Kejadian Perkara ditemukan bekas botol sirop botol merek Kurnia. Akibat kejadian ini, korban mengalami kerugian materiel Rp 8 juta," Bimo menjelaskan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.