Sukses

Kala Konflik Keluarga Berujung Maut

Ironis, dengan berbagai alasan, seseorang melakukan pembunuhan sadis terhadap anggota keluarganya sendiri.

Liputan6.com, Cirebon - Pertengahan tahun 2017 ini diwarnai sejumlah pembunuhan sadis yang terjadi di beberapa daerah. Terbilang sadis karena pelakunya masih memiliki hubungan darah dengan korban.

Sebut saja, kasus pembunuhan sadis yang baru saja terjadi pada awal September ini di Cirebon, Jawa Barat. Agus Supriyatna (38) diduga hendak menghabisi nyawa seluruh keluarganya sendiri. Belum diketahui motif pelaku tega menusuk anggota keluarganya secara membabi buta hingga menewaskan ibu dan istrinya.

Sementara itu, seorang pegawai Badan Narkotika Nasional (BNN) diduga dibunuh suaminya ketika warga sekitar kediamannya di Bogor, Jawa Barat, tengah menjalankan salat Idul Adha. Motif sementara diketahui karena cekcok rumah tangga lantaran korban menuntut dibelikan rumah dan mobil kepada terduga pelaku.

Kemudian, akhir Agustus, pasangan suami istri (pasutri) siri, Komariah (44) dan Ahmad Wiyono (50) tewas dibunuh suami Komariah, Saiman, yang sakit hati karena tidak ikhlas melepaskan pasangannya kepada lelaki lain.

Kembali ke bulan April 2017, pembantaian satu keluarga menggegerkan warga Medan. Andi Lala, pelaku utama pembunuhan sadis itu menjelaskan motif dia dan rekan-rekannya tega menghabisi nyawa Riyanto (40) sekeluarga.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Pembunuhan Satu Keluarga Gegerkan Cirebon

Pembunuhan satu keluarga menggegerkan warga Blok Sijaba, Kelurahan Pasalakan, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, pada Sabtu malam, 2 September 2017. Agus Supriyatna (38) diduga hendak menghabisi nyawa seluruh keluarganya sendiri.

Korban adalah Sumarni (64) ibu kandung pelaku, Rawiyah (33) istri pelaku, Guntur (3) anak pelaku, Eka Galuh Saputra (5) anak pelaku, Lili (35) kakak ipar pelaku, dan Reni (35) kakak kandung pelaku.

Penangkapan pelaku berawal dari laporan warga yang mendengar suara jerit minta tolong di dalam rumah mereka. Mendengar jeritan itu, warga bersama ketua Rukun Tetangga (RT) setempat langsung mendatangi rumah tempat kejadian.

"Saya dibangunkan warga pas dengar suara jeritan dari Reni, kakak pelaku. Kami langsung ke sana, ternyata pelaku sudah mau kabur. Kami tangkap dan diamankan di rumah," ucap Ketua RT setempat, Astra, Minggu, 3 September 2017.

Menurut dia, pelaku berupaya kabur sembari membawa pisau yang sudah berlumuran darah. Tak lama berselang, polisi datang dan langsung menangkap pelaku.

Dari keenam anggota keluarga yang dieksekusi, dua di antaranya meninggal dunia, yakni Sumarni (64) ibu kandung pelaku dan Rawiyah (33) istri pelaku.

Adapun Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasatreskrim) Kepolisian Resor (Polres) Cirebon, AKP Reza Arifian mengatakan, penyidik masih mendalami motif utama terduga kasus pembunuhan satu keluarga tersebut.

"Yang jelas, pelaku sudah kita amankan dan korban yang luka-luka sudah dibawa ke rumah sakit," Kasatreskrim Polres Cirebon itu memungkasi.

 

3 dari 5 halaman

Pegawai BNN Bogor Tewas di Tangan Suami

Seorang pegawai BNN Bogor Indria Kameswari (38) ditemukan tewas di rumahnya, Perumahan River Valley, Desa Palasari, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada Jumat, 1 September 2017.

Kasus pembunuhan pegawai Badan Narkotika Nasional (BNN) Bogor Indria Kameswari (38) mulai terungkap. Tim BNN di Batam, Kepulauan Riau, menangkap suami korban yang sempat menghilang, pada Senin dini hari.

"Iya (suaminya ditangkap), tadi malam jam 12.00 WIB di Batam," ujar Kepala Bagian Humas BNN Kombes Pol Sulistiandriatmoko kepada Liputan6.com, Senin, 4 September 2017.

Namun, Sulistiandri belum dapat menyebutkan identitas pria itu. Ia juga belum dapat memastikan apakah yang bersangkutan adalah pelaku pembunuhan Indria.

"Belum tahu. Kami belum dapat info detailnya, termasuk inisialnya," ujar dia.

Terkait kronologi penangkapan, Sulistiandri juga belum dapat menyebutkan. Saat ini yang bersangkutan masih berada di Batam.

"Belum bisa dijelaskan kronologinya seperti apa," Sulistiandriatmoko menandaskan.

Dari hasil olah TKP, polisi menemukan luka di bagian punggung korban. Dicky memastikan hasil olah TKP menunjukan korban tewas diduga kuat karena dibunuh. Selain adanya luka di bagian tubuh korban, juga terdapat ceceran darah di lantai rumahnya.

Suami korban berinisial AM (39) tiba-tiba menghilang setelah kejadian tersebut. Menurut keterangan saksi, 30 menit sebelum korban ditemukan tewas, AM terlihat tergesa-gesa keluar meninggalkan perumahan menggunakan mobil.

"Pas lewat pintu gerbang perumahan, dia bawa mobil ngebut seperti terburu-buru," kata Maulana, kepala keamanan Perumahan River Valley, Minggu 3 September 2017.

Maulana juga mengaku sempat melihat AM pulang ke rumahnya pada Jumat dini hari sekitar pukul 03.00 WIB. Kemudian sekitar pukul 07.00 WIB, AM meninggalkan perumahan tersebut tergesa-gesa.

Tidak lama kemudian, Maulana mendapat kabar dari anggotanya bahwa pegawai BNN Bogor itu tewas di dalam kamar mandi rumahnya.

4 dari 5 halaman

Pasutri Korban Pembunuhan Sadis Cinta Lama

Pasangan suami istri siri korban pembunuhan sadis suami sakit hati di Dusun Tambak Suruh, Desa Tambak Agung, Kecamatan Puri, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, mengawali kisah cinta mereka dari dalam bus.

Berawal dari Komariah (44) yang menjadi penumpang setia angkutan bus kota yang dikemudikan Ahmad Wiyono (50), terjadilah cinta lokasi (cinlok) di antara keduanya.

Komariah bersama Taufik Hidayat (23), anak pertamanya, kerap bepergian menggunakan jasa angkutan bus kota jurusan Mojokerto-Pasuruan. Karena terlalu sering bertemu, Wiyono, pria asal Desa Modopuro, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto, ini pun mulai tertarik dengan Komariah.

"Waktu itu, bapak (Wiyono) tanya soal ibu. Langsung tak bilang kalau ibu masih istri orang," kata Taufik, Rabu, 23 Agustus 2017.

Wiyono, yang saat itu berstatus duda, langsung meminang Komariah lima hari setelah berkenalan. Bahkan, dia berencana untuk membuat resepsi sederhana saat pernikahan mereka. Namun, permintaan cerai Komariah tak disetujui Saiman.

"Dulu, dia (Saiman) pernah ngomong sudah ikhlas kalau ibu nikah lagi, tapi kemarin-kemarin malah ngancam akan ngebunuh. Permintaan cerai ibu enggak dikasih izin," ucap Taufik.

Taufik mengatakan Wiyono jauh lebih baik ketimbang ayah tirinya, Saiman. Kebaikan hati Wiyono tersebut membuat anak-anak Komariah luluh dan lebih nyaman.

"Baik sekali, beda sama dia (Saiman). Bapak (Wiyono) sering ngasih uang, enggak pelit soal makan," ujar Taufik.

Karena sakit hati ibu dan ayah barunya dibunuh secara sadis, anak Komariah dari suami pertamanya itu berharap pihak kepolisian menghukum Saiman dengan berat. Bahkan, Taufik dan Muhammad Rizal, adiknya, berharap pembunuh ibu dan ayah sambungnya itu dihukum mati.

"Saya belum bisa membahagiakan orang tua saya, tapi kejadiannya seperti ini, sadis, kasihan saya. Nyawa dibayar nyawa, bakar hidup-hidup di depan saya sampai meninggal. Saya enggak terima kalau hanya dihukum 20 tahun," ucap Taufik.

5 dari 5 halaman

Pembunuhan Keluarga di Medan

Polda Sumatera Utara membeberkan motif Andi Lala beserta rekan-rekannya yang tega membunuh lima kerabatnya sendiri, yakni Riyanto (40) beserta istri, kedua anaknya, dan mertuanya di Pasar 1, Gang Tengah, Mabar, Kota Medan, Sumatera Utara, pada Minggu dini hari, 9 April 2017.

Kapolda Sumatera Utara Irjen Rycko Amelza Dahniel mengatakan, Andi Lala menghabisi nyawa Riyanto beserta keluarganya dilatarbelakangi dendam karena utang piutang uang sebesar Rp 5 juta.

Ironisnya, uang tersebut bukan untuk keperluan mendesak keluarga, melainkan untuk keperluan membeli narkotika jenis sabu. Sekitar dua bulan lalu, Andi Lala memberikan uang tersebut kepada Riyanto untuk membeli sabu.

"Andi Lala sempat menagih uang tersebut, tapi tidak kunjung dikembalikan Riyanto hingga akhirnya muncul niat pelaku membunuh," kata Rycko di Mapolda Sumut, Jalan Sisingamangaraja, Medan, Senin, 17 April 2017.

Utang piutang tersebut terjadi sekitar dua bulan lalu. Andi Lala kemudian merencanakan pembunuhan sejak dua hari sebelum eksekusi, tepatnya pada Jumat, 7 April 2017.

Dalam merencanakan aksinya, Andi Lala sempat menggadaikan sepeda motornya kepada Riky di Lubuk Pakam, Deli Serdang. Uang hasil gadai sepeda motor selanjutnya digunakan Andi Lala membeli perlengkapan untuk membunuh, seperti besi, merental mobil dan narkoba jenis sabu.

"Sebelum membunuh, Andi Lala sempat ajak Riyanto konsumsi sabu. Andi Lala juga mengaku sendiri dalam menghabisi nyawa Riyanto beserta keluarganya," tutur Kapolda.

Disinggung mengenai keterlibatan Andi Sahputra dan Roni, Kapolda menyebut keduanya bertugas sebagai orang yang mengawasi dari luar rumah. Namun, keduanya mengetahui jika Andi Lala merencanakan pembunuhan.

Andi Lala ternyata tidak hanya sekali membunuh. Pada 2015 lalu, pria 35 tahun tersebut juga pernah membunuh korban lainnya atas nama Suherman alias Iwan.

Pembunuhan kala itu dilatarbelakangi amarah akibat istrinya, Reni Safitri, telah berhubungan intim sebanyak tujuh kali dengan korban yang merupakan warga warga Blok VI, Desa Sumberjo, Kecamatan Pagar Merbau, Kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang.

Mengetahui hal itu, Andi Lala menyuruh Reni menghubungi Suherman untuk datang ke rumah mereka di Jalan Pembangunan 2, Desa Sekip, Kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang.

Setelah menghabisi nyawa Suherman, untuk mengelabui masyarakat atas tindakannya, Andi Lala beserta Irfan membuang jenazah korbannya tersebut ke dalam parit yang berada di kawasan Lubuk Pakam.

"Hal itu mereka lakukan seolah-olah Suherman korban kecelakaan lalu lintas," kata Kapolda.

Hingga saat ini, pihak kepolisian terus menyelidiki untuk mengungkap kemungkinan kasus-kasus lain yang dilakukan oleh Andi Lala. Pihaknya juga telah mengamankan enam orang, yaitu Andi Lala, Andi Sahputra, Roni, Reni Safitri, Irfan dan Riky.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.