Sukses

HEADLINE: Si Kliwon, Sapi Kurban 1,1 Ton dari Presiden Jokowi

Kenapa Jokowi menyebar hewan kurban ke beberapa daerah? Kenapa pula selalu memilih membeli sapi lokal dari peternak setempat?

Liputan6.com, Jakarta - Sapi ukuran jumbo itu tumbuh dan besar di Sulawesi. Namun, namanya "Jawa sekali": Kliwon.

Beberapa hari terakhir Kliwon sangat dimanjakan pemiliknya, Saeman. Warga Dusun Majalengka, Desa Campurejo, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, ini sangat berhati-hati merawat sapi jenis Simmental berbobot 1,1 ton itu. Bahkan, dia sampai tidur dekat kandang demi memastikan Kliwon aman. 

"Harus dijaga dengan baik," kata Saeman saat ditemui di rumahnya. Dia merawat sapi itu sejak berumur delapan bulan. Sekarang, usia Kliwon 3 tahun. 

Pakan si Kliwon pun sangat dipilih. Tidak seperti sapi pada umumnya, belakangan ini Kliwon tidak diberi makanan rumput, hanya batang pisang dan ampas tahu, dicampur dengan batang pisang yang diiris-iris.

Setelah tidur dan makan, kebersihan Kliwon juga dijaga. Dia dimandikan dua kali sehari. "Pagi dan sore," kata Saeman.

Perawatan ekstra itu lantaran si Kliwon sudah dibeli orang istimewa. Bukan sembarang orang, ia adalah Presiden Joko Widodo.

Jokowi membeli Kliwon untuk hewan kurban Idul Adha tahun ini. Sapi hitam-putih pilihan RI-1 ini memiliki tinggi badan 1,7 meter serta panjang mencapai 3 meter. Harganya, Rp 60 juta.

Sebelum dibeli Presiden, sapi spesial itu sudah banyak ditawar sejumlah pengusaha kaya. Mereka mengincar Kliwon untuk dikurbankan pada perayaan Idul Adha.

"Sempat ditawar Rp 50 juta oleh pengusaha batu bara, tapi saya tidak jual, sampai akhirnya dibeli sama Pak Jokowi," kata Saeman.

Saeman mengaku bangga sapi peliharaannya bisa dibeli orang nomor satu di Republik ini.

Kliwon akan disembelih di Masjid Raya Syuhada, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, setelah salat Idul Adha pada Jumat, 1 September 2017. Dagingnya akan dibagikan ke fakir miskin.

Kliwon tidak sendiri. Pada momen Idul Adha ini Jokowi membeli "Kliwon-Kliwon" lain dari berbagai daerah. Di kampung halamannya di Solo, Jawa Tengah, Jokowi menyiapkan dua ekor sapi lokal yang dibelinya dari peternak di Sukoharjo.

Pemilik sapi, Kuncoro Budi Santoso, mengatakan beberapa hari yang lalu utusan Presiden Jokowi datang ke rumah untuk melihat sapi ternaknya. Beberapa ekor sapi yang memiliki kualitas unggul pun ditunjukkan kepada utusan mantan Wali Kota Solo itu.

"Setelah melihat-lihat ternak sapi, utusan Presiden lebih memilih sapi lokal jenis Brenggolo," kata dia di rumahnya kawasan Mranggen, Polokarto, Sukoharjo.

Kuncoro menambahkan, sapi jenis Brenggolo yang dipilih memang cukup istimewa karena berbobot masing-masing 800 dan 900 kilogram. Sapi yang dipilih ini sudah paling besar bobotnya.

Utusan yang ditugaskan untuk membeli sapi, Quirinto, mengatakan sapi kurban lokal tidak kalah dengan yang impor.

"Beliau (Presiden) memang menghendaki yang lokal untuk hewan kurban di Solo," ujarnya. Dia menambahkan, "Tahun lalu beli dari peternak Boyolali, sedangkan tahun ini beli dari peternak sapi Sukoharjo."

Dua sapi Brenggolo itu diserahkan kepada Bagian Kesra Sekda Kota Solo. Setelah itu, sapi akan dipotong di Masjid Agung dan Masjid Al Wustho.

Kota Bantul, Yogyakarta, juga mendapat bagian sapi kurban dari Presiden. Di daerah ini, sapi kurban jenis peranakan Ongole (PO) akan diberikan ke Desa Srihardono, Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul. Sapi dibeli Presiden dari peternak setempat seharga Rp 45 juta.

"Di wilayah tersebut masih banyak warga yang belum mampu," kata Pelaksana Tugas (Plt) Kabag Pelayanan Biro Umum dan Protokol Setda DIY, Iswanto.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Menyebar Sapi Kurban

Presiden juga menyumbang hewan kurban ke daerah-daerah lain di luar Jawa. Di Kalimantan Barat, misalnya, Jokowi menyumbang satu ekor sapi kurban seberat 900 kilogram ke pengelola Masjid Miftahul Jannah, Paloh, Kabupaten Sambas.

"Lokasi penyerahan di daerah utara Kalbar dan didapatlah Masjid Miftahul Jannah, yang terletak di Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas," ucap Kepala Dinas Pangan, Peternakan dan Kesehatan Kalimantan Barat, Abdul Manaf, di Pontianak, sebagaimana dilansir Antara.

Masih di satu pulau, Presiden Jokowi juga menyumbang seekor sapi kurban di Kota Tarakan, Kalimantan Utara. Sapi itu jenis Limousine-Bali seberat 830 kilogram dengan tinggi badan sekitar 1,98 meter dan panjang badan sekitar 2,25 meter.

Sapi yang dibeli dari seorang warga Tarakan seharga Rp 60 juta ini merupakan perkawinan silang secara suntik antara sapi lokal dan sapi Eropa. Inseminasinya dilakukan sejak enam tahun lalu oleh petugas Dinas Pangan, Pertanian, dan Perikanan Kota Tarakan.

Sapi ini rencananya dikurbankan di Masjid Al Taqwa, Sebengkok, usai salat Idul Adha.

Di Sumatera, Jokowi berkurban seekor sapi untuk warga Kota Bengkulu yang diserahkan ke pengurus Masjid Baitul Izzah. Ketua pengurus masjid, Zainawi Yazid, menerangkan sapi dibeli dari peternak di Kabupaten Seluma.

Awalnya, staf kepresidenan dan peternak merekomendasikan seekor sapi lain yang berbobot 1 ton. Namun, berdasarkan hasil pemeriksaan petugas, sapi tersebut tidak memenuhi kriteria kesehatan.

"Akhirnya diganti dengan sapi nomor dua. Bobotnya 800 kilogram dan sudah diserahkan ke panitia," kata Zainawi.

Jokowi juga mengirimkan seekor sapi kurban seberat 1 ton untuk masyarakat Sumatera Barat. Rencananya, sapi itu akan disembelih pada hari Idul Adha di Masjid Raya Sumbar.

"Nanti daging sapi kurban dari Presiden ini akan dibagikan kepada masyarakat sekitar masjid," kata Ketua Panitia Peringatan Hari Besar Islam Sumbar, Ali Asmar, di Padang.

Di Ibu Kota, Presiden menyumbang sapi kurban ke Masjid Istiqlal. Sapi ini berjenis Ongole dengan seberat 1,5 ton. Inilah sapi kurban Jokowi yang paling besar.

Ekonom Institut Teknologi Bandung (ITB) Anggoro Budi Nugroho punya penglihatan menarik. Dia memandang aksi Presiden menyebar sapi kurban ini sebagai sebuah perlambang. 

"Sengaja atau tidak sengaja, itu simbol untuk mendukung ekonomi kerakyatan, apalagi selalu dibeli dari peternak lokal dan bukan pemasok besar," ujarnya. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.