Sukses

Taher Si 'Kapten Gila' dari Pulau Komodo

Liputan6.com, Manggarai Barat - Namanya Muhamad Taher, 41 tahun, lahir dan besar di Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur. Nelayan dan para pelaut sekitar menjulukinya Kapten Gila. Taher adalah kapten kapal sebuah operator wisata pelayaran di perairan sekitar Labuan Bajo, Pulau Komodo, Pulau Rinca, dan sekitarnya.

Julukan Kapten Gila tentu tidak datang tiba-tiba, tapi merujuk pada rekam jejaknya. Aksinya di laut sangat berani, bahkan menurut rekan-rekannya cenderung nekat. Taher sering menantang bahaya di laut.

"Kalau saya sudah putuskan ke laut, ya maju terus. Yang penting kru kapal siap siaga satu dan ikuti instruksi saya," kata pria bebadan liat legam dengan rambul keriting itu, kepada Liputan6.com dalam pelayaran di Pulau Komodo, Kamis 17 Agustus 2017.

Pada Desember 2016 lalu Taher nekat membawa kapal dari Labuan Bajo ke Pulau Komodo yang jarak tempuhnya sekitar tiga jam. Padahal Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) setempat melarang kapal berukuran kecil melaut karena gelombang tinggi. Namun pihak operator tempat Taher bekerja tak kuasa menahan turis yang ngotot minta diantar berlayar.

Taher pun mengangkat jangkar dan membawa kapalnya yang berukuran 5 GT ke perairan Pulau Komodo. "Hanya ini satu-satunya kapal kecil yang berani jalan," katanya.

Kapal pun menembus gelombang tinggi dan angin kencang. Kru kapal sudah diinstruksikan siaga satu sejak berangkat. Alhasil setelah kapal terombang ambing gelombang, akhirnya merapat juga di Pulau Komodo dengan selamat.

Aksi Taher itu menambah daftar panjang reputasinya sebagai 'kapten gila'. Salah satu aksi lain sebelumnya adalah waktu dia membawa kapal nelayan dalam cuaca tak bersahabat. Saat itu gelombang tinggi dan angin kencang menghempaskan puluhan kapal nelayan ke pulau tak berpenghuni di tengah laut. Namun kapal Taher merapat mulus dengan selamat.

Apa kiatnya lolos dari maut di laut?

Jawaban Taher lugas apa adanya, tapi terdengar liris.

"Cium-cium bau karang, aroma tanah, merasakan angin, menelusup gelombang," tuturnya.

Mengendus bau karang adalah caranya mengidentifikasi adanya karang atau pulau di laut. Dengan demikian kapal bisa dibelokkan agar tak menabrak atau karam. Menurut Taher, aroma tanah dan karang bisa terendus pelaut.

Aksi mengendus bau tanah dan karang ini dilakukannya juga dalam pelayaran pada 17 Agustus 2017 lalu. Pada malam gelap gulita, terlihat Taher berdiri di buritan. Dari sana dia memberi aba-aba ke kru kapal. Akhirnya kapal bisa sandar dengan mulus.

"Dengan cium-cium karang kita juga bisa perkirakan mana yang dalam mana yang dangkal," ucapnya.

Bagaimana dengan merasakan angin? Aksi ini sangat diperlukan jika cuaca benar-benar tak bersahabat, gelombang tinggi. Kapal harus bergerak mengikuti angin agar tak dihempaskan atau terbanting.

Aksi merasakan angin ini tak kalah unik. Taher biasa melakukannya hanya dengan mengenakan celana dalam. Tujuannya agar tubuh lebih peka merasakan hembusan angin.

"Pernah dalam gelombang besar, saya harus merasakan angin bertiup di sini," katanya sambil menunjukkan telinga kiri.

Selain mengikuti arah angin, dalam gelombang tinggi itu kapal juga harus diarahkan menusuk gelombang atau menunggangi gelombang. Jika ditabrak gelombang, kapal niscaya terpelanting dan terbalik.

Taher menguasai jurus-jurus 'bersilat' di laut itu tidak dari pendidikan formal. Dia mempelajarinya sejak kecil. Dia memang mulai mengenal kapal dan laut sejak kecil, dari hanya bermain-main sampai mencari ikan, hingga kini.

Dia memang sangat akrab dengan laut. Saat pelayaran itu, beberapa kali dia terlihat menyelam tanpa alat atau free dive saat kapal di dekat daratan.

"Sebentar ya, kangen ketemu ikan-ikan," katanya sebelum lompat ke air.

Dia mengaku gelisah jika dalam seminggu tak menyelam bertemu ikan-ikan. Tak jarang dia tangkap juga salah satunya. Saat itu beberapa kali terlihat dia membawa ikan yang terkena harpunnya, setelah menyelam selama sekitar satu menit.

Ketika kapal sampai di dekat Pantai Namo, sekitar satu jam perjalanan dengan kapal dari pulau Komodo, Taher kembali memperlihatkan sosoknya sebagai anak laut. Waktu
itu ada hiu pari yang berenang di permukaan.

Bukannya melihat dari jauh, Taher malah mencebur ke laut bermodal masker sambil memegang kamera berikut tongkatnya. Yang terlihat kemudian adalah adegan Taher berenang mengejar-ngejar hiu.

Begitulah sepenggal tentang aksi Taher, anak Suku Bajo, si 'kapten gila' dari Pulau Komodo. 

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Menengok Komodo

Hewan langka Komodo masih menjadi magnet para turis lokal maupun asing. Saat ini ada dua pulau dengan populasi komodo terbanyak yakni di Pulau Komodo dan Pulau Rinca. Beberapa pulau juga dihuni komodo dalam jumlah lebih sedikit.

Dari catatan pihak Taman Nasional Pulau Komodo, di Pulau Komodo saja saat ini tercatat ada sekitar seribu lebih ekor komodo yang hidup liar di kawasan hutan pulau itu.

"Itu hasil dari survey 11 lembah dari 17 lembah yang ada di pulau Komodo," kata seorang ranger dalam perjalanan treking mengamati komodo, Jumat 18 Agustus 2017.

Perjalanan ke Pulau Komodo bisa dilakukan dengan berlayar dari Labuan Bajo. Ada banyak operator yang menyediakan paket perjalanan ke pulau-pulau itu dengan beragam tipe. Ada yang perjalanan sehari pulang pergi, ada yang tiga sampai empat hari di kapal.

Selain melihat komodo sekaligus menikmati pemandangan indah lautan dan gunung Kepulauan Komodo. Daya tarik kawasan itu memang tak hanya komodo. Pemandangan dari
bukit-bukit pulau sekitar sangat indah, juga pemandangan bawah lautnya. Komentar seorang teman seperjalanan,"Pemandangan di atas dan bawah sama-sama luar biasa."

Komodo Binatang Penyendiri

Komodo disebut biawak komodo (Varanus komodoensis), adalah spesies kadal terbesar di dunia. Secara alami hanya ditemui di Indonesia tepatnya di Kepulauan Komodo. Penduduk asli Pulau Komodo menyebutnya Ora.

Habitat komodo di padang rumput kering terbuka, sabana, dan hutan tropis pada ketinggian rendah. Mereka aktif pada siang hari dan kadang-kadang aktif juga pada malam hari. Komodo adalah binatang yang penyendiri, berkumpul bersama hanya pada saat makan dan berkembang biak.

Kajian berbagai sumber menunjukkan reptil besar ini dapat berlari cepat hingga 20 kilometer per jam pada jarak yang pendek. Komodo juga bisa berenang dengan sangat baik dan mampu menyelam sedalam 4.5 meter.

Komodo juga pandai memanjat pohon menggunakan cakar yang kuat. Untuk menangkap mangsa yang berada di luar jangkauannya, komodo dapat berdiri dengan kaki belakangnya
dan menggunakan ekor sebagai penunjang.

Sebagai tempat berlindung, komodo menggali lubang selebar 1–3 meter dengan tungkai depan dan cakar yang kuat. Karena besar tubuhnya dan kebiasaan tidur di dalam lubang, komodo dapat menjaga panas tubuhnya selama malam hari dan mengurangi waktu berjemur pada pagi selanjutnya.

Komodo umumnya berburu pada siang hingga sore hari, tetapi tetap berteduh selama bagian hari yang terpanas.Tempat-tempat sembunyi komodo ini biasanya berada di daerah gumuk atau perbukitan dengan semilir angin laut, terbuka dari vegetasi.

Komodo tak memiliki indera pendengaran, meski memiliki lubang telinga. Komodo mampu melihat hingga sejauh 300 meter, mampu membedakan warna namun kurang cakap membedakan obyek yang tak bergerak.

Komodo menggunakan lidahnya untuk mendeteksi rasa dan mencium stimulus. Lidah komodo panjang, berwarna kuning, dan bercabang.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.