Sukses

Wow, Semarang Bakal Punya Wisata Air Dunia

Langkah mengatasi gulma eceng gondok itu dilakukan sendiri-sendiri. Tidak pernah dilakukan terpadu lintas sektoral.

Liputan6.com, Semarang Tak perlu ke Sun Moon Lake di Taiwan, atau Danau Cheoungpung di Korea, jika hanya ingin berwisata air. Sebentar lagi di Semarang, Jawa Tengah, bakal punya destinasi wisata air dunia, yakni Danau Rawa Pening.

Revitalisasi Danau Rawa Pening ditandai dengan branding baru dan peluncuran iklan Danau Rawa Pening yang dibintangi Ade Rai. Iklan itu memang merupakan iklan minuman energi, namun sebagaimana biasanya produk-produk iklan Sidomuncul, selalu menyajikan bentuk yang berbeda.

Direktur PT Sidomuncul, Irwan Hidayat mengatakan bahwa pilihan itu sengaja dilakukan karena ia ingin masyarakat Indonesia mulai menyadari kekayaan dan keindahan alam Indonesia yang bisa menjadi penopang ekonomi mereka.

"Ketika iklan Labuhan Bajo dibuat enam tahun lalu, penerbangan ke Labuhan Bajo hanya satu kali sehari, dengan penumpang paling banyak 16 orang. Setelah diiklankan dengan bintang Ade Rai juga, kini penerbangan selalu fullbooked dan bisa delapan kali sehari," kata Irwan, Sabtu, 5 Agustus 2017.

Untuk mendukung Danau Rawapening menjadi obyek wisata dunia, dilakukan penanaman berbagai macam jenis pohon. (foto : Liputan6.com/edhie prayitno ige)

Ditambahkan bahwa sebenarnya masyarakat Indonesia yang memilih berwisata ke luar negeri itu karena mereka kurang informasi. Sementara promosi destinasi wisata juga sangat rendah, kalah dibandingkan dengan promosi dari luar negeri.

"Nanti enggak perlu ke Sun Moon Lake di Taiwan, atau Danau Cheoungpung di Korea. Danau Rawa Pening ini jauh lebih bagus. Dikelilingi gunung, luasnya berpuluh kali lipat, dan infrastruktur juga sudah lebih siap," kata Irwan.

Dalam peluncuran iklan minuman Kuku Bima Energy itu, Bupati Semarang Mundjirin menyebutkan sejumlah kesulitan menangani Rawa Pening. Saat ini yang mendesak dan darurat adalah serangan gulma eceng gondok.

"Yang di tengah itu wilayahnya Kementerian PUPR, kemudian agak ke tepi itu di bawah pengelolaan Provinsi Jawa Tengah. Nah, Kabupaten Semarang hanya mengelola daerah pinggiran saja," kata Mundjirin.

Akibatnya, langkah mengatasi gulma eceng gondok itu dilakukan sendiri-sendiri. Itulah sebabnya selama ini penanganan masalah Rawa Pening menjadi kurang terintegrasi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kendala Penanganan

Irwan Hidayat menambahkan, selama ini penanganan eceng gondok adalah kesulitan membuang. Diakui bahwa saat ini memang sudah ada perajin yang memanfaatkan eceng gondok menjadi barang kerajinan, mulai dari tas, sepatu, sandal, hingga topi. Namun daya serap para perajin itu sangat terbatas.

"Biasanya setelah diambil, hanya ditumpuk di pinggir. Ketika hujan, bisa saja dihanyutkan ke tengah lagi. Tumbuh lagi. Begitu seterusnya. Nah sekarang jalan keluarnya sudah ada. Sampah eceng gondok itu bisa diolah menjadi briket bahan bakar," kata Irwan.

PT Sidomuncul sendiri menggunakan bahan bakar briket eceng gondok dan juga biogas hasil pengolahan limbahnya. Selama ini PT Sidomuncul berinisiatif mengambil tumpukan eceng gondok yang sudah diambil masyarakat dan ditumpuk di pinggir jalan.

Rawapening terancam Eceng Gondok (Liputan6.com / Edhie Prayitno Ige)

"Saya berharap yang memiliki wewenang, bisa mengerahkan seluruh kemampuannya untuk mengambili eceng gondok di tengah. Setelah bersih, hasilnya nanti kami beli untuk kami olah. Enak kan? Tapi Sidomuncul tak punya pasukan untuk terjun membersihkan eceng gondok, yang kami punya adalah teknologinya," kata Irwan.

Setelah dibersihkan, Irwan akan mengajak sejumlah pihak untuk membantu mengelola Danau Rawa Pening, sehingga menjadi salah satu destinasi wisata dunia. Ingat ini berada di jalur yang setiap harinya dilalui 35 ribu kendaraan, dekat dengan Borobudur dan Jogja," kata Irwan.

Nah, siap-siap menjadi tuan rumah destinasi wisata air terbesar di Jawa?

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.