Sukses

Buntut Panjang Demo Menolak UKT Tinggi di Kampus Unsri

Kericuhan terjadi dalam demo menolak UKT di kampus Unsri yang rata-rata disuarakan mahasiswa tingkat akhir.

Liputan6.com, Palembang - Suasana kampus Universitas Sriwijaya (Unsri) yang berlokasi di Inderalaya Kabupaten Ogan Ilir (OI), Sumatera Selatan (Sumsel) pada Kamis, 3 Agustus 2017, tegang. Ribuan mahasiswa Unsri mendatangi ruang rektorat di depan kampus dengan memakai baju almamater kuning.

Para mahasiswa berdemonstrasi atas tingginya harga Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang dibebankan ke mahasiswa. Mereka juga menolak kebijakan pihak Unsri terkait penonaktifan tiga mahasiswa Unsri dan pelaporan Presiden Mahasiswa (Presma) Rahmat Fahrizal ke pihak kepolisian oleh pihak Unsri.

Perwakilan para pendemo lalu diterima Wakil Rektor 3 Unsri Zulkarnain dan Wakil Rektor 4 Unsri Ahmad Muslim di ruang rektorat. Sedangkan, Rektor Unsri Anis Saggaf tidak berada di tempat.

Dari informasi yang dihimpun, perwakilan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unsri menuntut pihak rektorat untuk menurunkan UKT semester 9 hingga 50 persen.

Mereka juga meminta kampus menurunkan UKT penerima beasiswa Bidikmisi hingga ke level satu, transparansi dalam pengelolaan UKT, menghentikan tindakan represif rektorat dan mengaktifkan kembali tiga akun mahasiswa yang telah dinonaktifkan.

Menurut Warek 4 Unsri Ahmad Muslim, mereka akan menampung aspirasi mahasiswa dan merapatkannya dengan Rektor Unsri terlebih dahulu sebelum memutuskannya. "Pak Rektor sedang berkunjung ke Universitas Brawijaya Malang, tapi aspirasi mahasisw akan kita sampaikan," ujarnya.

Setelah pertemuan tertutup antara perwakilan BEM Unsri dan pihak rektorat, massa yang sudah menanti di depan gedung rektorat diduga tidak menerima hasil mediasi tersebut. Sejumlah mahasiswa lalu mencoba memaksa masuk ke gedung rektorat.

Pihak keamanan dan polisi langsung menahan aksi mahasiswa. Beberapa kaca gedung rektorat pecah. Sementara, beberapa mahasiswa mendapatkan kekerasan dari polisi dan sempat diamankan.

Hingga berita ini ditayangkan, Rektor Unsri Anis Saggaf belum memberikan terkait aksi demo dan penonaktifan tiga mahasiswa Unsri tersebut. Para mahasiswa akan melanjutkan aksinya di gedung DPRD Sumsel pada Jumat (4/8/2017). Aksi ini ditaksir akan diramaikan oleh ribuan mahasiswa Unsri, aliansi BEM universitas di Sumsel dan aliansi pergerakan solidaritas lainnya.

Saksikan video menarik di bawah ini:



* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Demo Mahasiswa Unsri Lanjutan

Anggraini, Sekretaris Menteri Luar Negeri (Menlu) BEM Unsri mengatakan aksi seruan mahasiswa Unsri ini bertepatan dengan adanya rapat paripurna DPRD Sumsel.

"Sebenarnya ini momentum, ada rapat di DPRD Sumsel, ada perwakilan dari komisi DPRD Sumsel. Kita ingin menyampaikan tentang kejadian kemarin tentang tuntutan kita," ungkapnya.

Dalam tuntutannya, mereka juga memperjuangkan nasib mahasiswa penerima Bidikmisi Unsri yang dibebani pembayaran kuliah. Tahun ini, mahasiswa Bidik Misi yang seharusnya dibebaskan sepenuhnya pembiayaan kuliah, harus membayar UKT sebesar Rp 2,4 juta.

"Mahasiswa Bidikmisi harus mengurus juga, awalnya masih full (beasiswa). Ini sudah masuk kajian kami, karena itu harus diberitahu ke mereka (anggota DPRD Sumsel)," ujarnya.

Menurutnya, aksi itu juga dilatarbelakangi suksesnya penurunan UKT yang diperjuangkan oleh beberapa mahasiswa kampus. Salah satunya Universitas Lampung (Unila).

Sistem perkuliahan dan status kampus yang sama membuat mahasiswa Unsri tergerak untuk memperjuangkan UKT mereka ke pihak rektorat. "Kawan-kawan di kampus lain, terutama di Unila bisa, kenapa Unsri tidak bisa, seminimal mungkin (penurunan UKT)," ujarnya.

Terkait kasus pemukulan yang dialami oleh beberapa mahasiswa Unsri, pihak BEM Unsri masih akan menelusuri penyebabnya. Mereka juga akan membeberkan detail kronologi aksi demo kepada anggota DPRD Sumsel dan media massa.

"Yang pasti dari video yang tersebar, kita tahu itu semua aparat (diduga melakukan pemukulan). Ada dua orang diamankan, tapi yang sampai ditarik-tarik pihak keamanan ada beberapa orang," ujarnya.

Dalam aksinya, banyak mahasiswa yang mendapatkan tekanan dari pihak kampus, terlebih mahasiswa yang sudah memasuki semester 9. Mereka mengaku ditekan pihak kampus agar lebih fokus menamatkan kuliah saja dan tidak menggelar demonstrasi seperti ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.