Sukses

Kisah Zhan Zhi Hao, Jadi Penipu Karena Tertipu

Warga Tiongkok itu disodori banyak sekali pesawat telepon serta kertas berisi catatan yang harus dihafal.

Liputan6.com, Semarang - Zhan Zhi Hao memang berasal dari Tiongkok. Ia tak menceritakan asal-usulnya. Meskipun namanya Zhan Zhi Hao, ia bukanlah pesepak bola klub Guizhou Zhicheng yang ngetop.

Zhi Hao ini konon menjadi penjahat karena dipaksa. Zhi Hao dijebak oleh mafia yang pekerjaannya menipu.

Zhi Hao terdampar di Semarang karena dijanjikan bekerja di sebuah resor wisata di Bali. Ketika tiba di Indonesia, ia ditekan oleh seseorang yang merekrutnya tanpa tahu siapa nama aslinya.

Zhi Hao hanya memanggil bos kepadanya. Dengan bantuan seorang teman yang menguasai bahasa mandarin pasaran, Liputan6.com mencoba ngobrol.

"Qīngxìn de rén kěyǐ zài zhèlǐ. Wǒ shénme dōu bù zhīdào. (Ditipu bos bisa sampai sini. Saya tidak tahu apa-apa)," kata Zhi Hao.

Merasa ditipu dan disekap, Zhi Hao kemudian kabur dari sebuah rumah di Jalan Kawi Raya Nomor 48, Candisari. Pelariannya ini sangat fenomenal. Bak pendekar Shaolin, dengan kepala yang baru ditumbuhi rambut, ia melompat tembok setinggi dua meter lebih.

Pelariannya itu membuka tabir adanya mafia penipu yang beroperasi dari Semarang. Warga yang mendapati Zhi Hao langsung melapor ke polisi. Singkat cerita, polisi sukses membongkar praktik penipuan itu.

Ini lima WNA yang menjadi kaki tangan mafia penipuan dan berpusat di Semarang. (foto : Liputan6.com/edhie prayitno ige)

Zhi Hao bercerita, ia berminat bekerja di sebuah resor wisata karena dijanjikan bayaran atau gaji antara 7-10 ribu yuan. Jika dikonversi dengan rupiah saat ini sekitar Rp 14 juta. Sampai di Semarang, ternyata Zhi Hao tak sendiri.

Ada empat warga Tiongkok lain yang sudah berada di rumah itu. Ia dan empat warga Tiongkok itu disodori banyak sekali pesawat telepon serta kertas berisi catatan yang harus dihafal, dan juga nomor telepon di Tiongkok.

"Tiězi bèi jìyì. (Tulisan itu harus dihafalkan)," kata Zhi Hao.

Menurutnya, mereka berada di Semarang sudah sejak Juni 2017. Tugasnya adalah menelepon nomor-nomor yang disiapkan "bos" dengan ucapan sesuai dengan catatan.

Merasa gelisah, mereka kemudian berniat kabur. Namun, ada kendala, yakni dokumen seperti paspor dan dokumen lain, ditahan dan dibawa oleh orang yang mengundang mereka ke Indonesia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pelanggaran Imigrasi

Kapolrestabes Semarang, Kombes Pol Abiyoso Seno Aji mengatakan dugaan lima WNA yang kemudian ditahan itu merupakan korban perdagangan manusia. Selain Zhan Zhi Hao, ada juga Cheng Wei (30), Cheng Kang (29), Cheng Guan Lin (30), dan Shen Zhon (39). Mereka mengakui hal serupa, yaitu dijanjikan pekerjaan enak di Indonesia.

"Yang mengundang dan mendatangkan mereka ke Indonesia masih dicari. Kami juga masih menyelidiki siapa yang menyiapkan rumah di jalan Kawi, siapa yang berinteraksi dengan pemilik dan penyewa," kata Kapolrestabes, Rabu (26/7/2017).

Ketika diperiksa, polisi mendapati 80 pesawat telepon, modem, alat elektronik lainnya, serta berkas-berkas beraksara China. Mafia penipu dengan telepon ini diduga berlokasi di beberapa daerah. Polrestabes Semarang berkoordinasi dengan Polda Metro Jaya mencari keterkaitan kasus serupa di daerah masing-masing.

Hasil koordinasi menunjukkan ada beberapa lokasi di Indonesia yang menjadi markas modus para WNA untuk menipu warga di negara asal masing-masing. Salah satu lokasinya di wilayah hukum Polda Metro Jaya. Informasi awal ini akan menjadi pintu masuk untuk membongkar jaringan mafia Tiongkok yang bertindak jahat di Indonesia.

"Apakah betul terikat satu jaringan," kata Abiyoso.

Saat ini Zhi Hao dan teman-temannya diserahkan diserahkan ke kantor Imigrasi Kelas 1 Semarang. Pernyerahan ini dimaksudkan untuk menangani persoalan keimigrasian. Kasi Penindakan Kantor Imigrasi Kelas 1 Semarang, Oki Setiawan, mengatakan imigrasi langsung menyelidiki visa apa yang mereka pakai untuk datang ke Indonesia.

"Akan dilakukan pendetensian di ruang Imigrasi Kelas 1 Semarang. Kita belum tahu dokumen apa, visa apa, baru tahu nama," kata Oki.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.