Sukses

Awas, Ikan Sungai Batanghari Berbahaya Dikonsumsi

Rusaknya ekosistem Sungai Batanghari diduga kuat akibat maraknya aktivitas penambangan emas liar.

Liputan6.com, Jambi - Kondisi sejumlah anak Sungai Batanghari di Provinsi Jambi, semakin hari kian mengkhawatirkan. Terkini, berdasarkan uji laboratorium Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sarolangun, air sudah dalam kategori berbahaya, termasuk ikan di dalamnya.

DLH Sarolangun belum lama ini melakukan uji laboratorium terhadap dua anak Sungai Batanghari yang ada di daerah itu, yakni Batang Limun dan Batang Asai.

Hasilnya, batas baku mutu lingkungan di dua sungai tersebut sudah melebihi batas, yakni 0,002 miligram per liter (mg/L). Kedua sungai itu diketahui sudah tercemar zat merkuri.

"Sedangkan batas toleransi pencemaran merkuri, yakni 0,001 mg/L. Jika kadarnya melebihi batas toleransi itu, maka air di sungai itu tidak layak dikonsumsi. Termasuk untuk MCK sekalipun," ucap Kepala Bidang Pengendalian dan Pengujian Kualitas Lingkungan, DLH Sarolangun, Muhammad Syafaat, Rabu, 19 Juli 2017.

Berdasarkan hasil uji laboratorium itu, di Sungai Batang Asai kadar merkuri mencapai 0,003 mg/L. Sementara, kadar merkuri di Sungai Batang Limun bagian hulu tercatat 0,005 mg/L dan di bagian hilir mencapai 0,004 mg/L.

Menurut dia, secara kasatmata pengaruh merkuri dalam sungai memang tidak langsung terlihat. Namun, yang bahaya adalah apabila konsumsi air seisinya dilakukan dalam waktu berulang-ulang. Hal tersebut akan berbahaya bagi kesehatan manusia.

Terkait hasil uji laboratorium itu, Syafaat mengatakan, Dinas Lingkungan Hidup Sarolangun sudah melayangkan surat edaran bernomor 666/235/DLH/2017 tertanggal 17 Juli 2017. Dalam surat edaran itu berisi imbauan kepada tiga camat, yakni Camat Limun, Camat Batang Asai, dan Camat Cermin Nan Gedang.

Ketiga camat diminta untuk mengimbau warganya akan bahaya merkuri di Sungai Batang Limun dan Batang Asai. "Tidak hanya air sungainya, termasuk juga ikan hasil tangkapannya," kata Syafaat.

Merebaknya merkuri di sejumlah sungai di Kabupaten Sarolangun, diduga akibat maraknya aktivitas penambangan emas liar di daerah itu, di mana Kabupaten Sarolangun dikenal sebagai salah satu daerah yang marak akan aktivitas penambangan emas liar.

Bahkan, akibat maraknya aktivitas penambangan emas yang sebagian besar berada di daerah aliran sungai menyebabkan warna sungai berubah menjadi dua warna. Sebagian tampak lebih jernih, sedangkan di bagian lain terlihat keruh.

Aktivitas penambangan emas liar juga marak di sejumlah kabupaten tetangga lainnya. Paling banyak ada di Kabupaten Merangin, sementara lokasi lain ada di Kabupaten Bungo dan Tebo.

Saksikan video menarik di bawah ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.