Sukses

Warga Gunungkidul Mengais Air Telaga di Musim Kemarau

Air Telaga Banteng di Gunungkidul sudah dua bulan mengering setelah hujan tak turun-turun.

Liputan6.com, Yogyakarta - Sebagian wilayah di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, mengalami kekeringan. Warga kini memanfaatkan sisa air Telaga Banteng untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Watinah (63), warga Ngricik, Desa Melikan, Kecamatan Rongkop, Gunungkidul, terpaksa membuat lubang kecil di Telaga Banteng untuk mengambil sisa air telaga yang mengering sejak dua bulan terakhir.

Ada belasan lubang yang dibuat warga, tapi hanya tiga lubang yang masih mengeluarkan air dengan kedalaman lubang rata-rata 50 cm. Ia pun menggunakan air dari lubang itu untuk membersihkan kedelai yang akan dibuat tempe demi mengurangi penggunaan air pembelian dari tangki swasta.

"Airnya di sini lebih bersih dari tangki, karena di sini tidak mengandung kapur. Kadang saya menggunakan untuk masak," ucapnya, Minggu, 16 Juli 2017.

Watinah mengaku debit air di sekitar lubang akan bertambah pada pagi dan sore hari sehingga warga akan ramai mengisi jeriken atau ember dengan air tersebut. Sementara, sebagian warga memilih meninggalkan tempat air untuk diendapkan dan diambil pada sore hari agar air lebih jernih.  

"Pagi sama sore di sini pasti ramai," ujarnya.

Warga lainnya, Sukini (56), mengaku jika di tempatnya sudah beberapa bulan tidak turun hujan. Hal itu juga yang menyebabkan air telaga yang digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari habis.

Tak ada sumur karena wilayah tersebut berada di perbukitan karst cukup sulit menemukan sumber air dangkal. Sementara, PDAM yang digadang-gadang memenuhi kebutuhan air tak menjangkau wilayahnya meski ada pipa yang terpasang.

"Beli air dari tangki itu Rp 120 ribu e bisa buat seminggu. Untuk makan ternak sama mencuci, mengambil dari sisa telaga dengan membuat sumuran (Lubang)," katanya.

Dari Data BPBD Gunungkidul, sudah ada permintaan pengiriman air bersih ke tujuh kecamatan, meliputi Panggang, Purwosari, Tepus, Tanjungsari, Paliyan, Rongkop, dan Girisubo. Kecamatan itu terdiri dari 32 desa dan 254 padukuhan dengan jumlah 9.046 kepala keluarga dan 45.230 jiwa.

 

Saksikan video menarik di bawah ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.