Sukses

Bantu Bapak Penjual Ginjal, Wali Kota Palembang Malah Disudutkan

Wali Kota Palembang Harnojoyo telah memerintahkan bapak yang berencana menjual ginjal itu dipekerjakan kembali di Dinas Pertamanan setempat.

Liputan6.com, Palembang - Wali Kota Palembang Harnojoyo merespons cepat atas informasi warganya yang berkeliling kota Palembang untuk menjual ginjal. Namun, ada saja isu yang beredar bahwa aksi Herman merupakan rekayasa.

Harnojoyo langsung merespon isu tersebut. Orang nomor satu di Palembang ini menegaskan bahwa aksi Herman bukan merupakan rekayasa seperti yang dituduhkan.

Ketua DPC Palembang Partai Demokrat ini mengetahui informasi warganya yang mau menjual ginjal melalui Instagram, pada Sabtu, 8 Juli 2017. Pihaknya langsung menginstruksikan pejabat Dinas Sosial (Dinsos) Palembang untuk mencari Herman.

"Posisi saya waktu itu di Jakarta, saat pulang ke Palembang dan selesai menghadiri acara, langsung ke rumahnya," ucapnya kepada Liputan6.com, saat ditulis Rabu (12/7/2017).

"Memang saya beritahu kalau mau ke sana, jadi ada ibu Ketua Rukun Tetangga (RT) di sana, tapi sendirian. Juga ada Herman sekeluarga. Tidak ada warga yang datang. Kalau rekayasa, wartawan sudah dikumpulkan," katanya.

Di kediaman Herman di Jalan Sultan Syahril Lorong Gelora, Kecamatan Alang-Alang Lebar (AAL) Palembang, istri Herman, Fitrianti (39) menceritakan bahwa Herman sempat mengalami depresi karena keterbatasan ekonomi.

Kendati sudah berhenti dari pekerjaannya di Dinas Pertamanan Palembang, Herman masih berusaha bekerja sebagai tukang parkir di kawasan Kambang Iwak, Palembang.

Bahkan, bapak penjual ginjal itu memilih berjalan kaki dari rumah ke tempatnya bekerja padahal sudah mengantongi bekal uang Rp 10.000. Uang yang diberikan oleh istrinya tersebut disimpan Herman untuk kebutuhan di rumahnya.

"Ini perlu jadi motivasi, kita putuskan malam itu (Herman) bekerja lagi (di Dinas Pertamanan Palembang) dan sudah diurus. Anaknya juga sudah sekolah. Kalau ada terhambat biaya, langsung hubungi saya. Jadi tidak ada direkayasa," ujarnya.

Pihaknya mengaku tak merasa terganggu dengan isu rekayasa yang menyudutkannya. Program Harnojoyo seperti safari salat Subuh dan gotong royong pun sering diisukan berita negatif, tapi dirinya tidak menanggapi berita miring tersebut.

Bahkan saat disinggung keterkaitan isu rekayasa dengan pencalonannya kembali pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Palembang 2018 mendatang, Harnojoyo tidak ambil pusing.

"Saya tidak memikirkan Pilkada, yang penting bekerja untuk masyarakat. Saya melaksanakan tugas, mewujudkan aspirasi masyarakat terus menerus," ujarnya.

Dirinya juga menghimbau kepada warga Palembang agar melaporkan jika ada oknum yang meminta uang pelicin untuk masuk sekolah. Aduan tersebut bisa dilaporkan melalui akun Instagram @harno.joyo. Dia berjanji akan langsung menindak jika aduan tersebut juga dilengkapi dengan bukti konkret.

 

Saksikan video menarik di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pembelaan Gubernur Soal Program Sekolah Gratis

Sekretaris Dinsos Palembang, Ricky Harahap pun membenarkan bahwa aksi bapak penjual ginjal memang terjadi. Bahkan, dirinya sendiri yang mencari tahu keberadaan Herman di seputaran Rumah Sakit (RS) Charitas Palembang.

"Saya cari tahu di medsos juga, lalu saya ke seputaran RS Charitas sekitar pukul 12.00 WIB. Namun, baru ketemu pak Herman sekitar  pukul 14.30 WIB. Saya ajak mengobrol dan akhirnya saya antar pulang ke rumahnya," katanya.

Hermannekat berkeliling Kota Palembang dengan mengalungi kertas bertuliskan ‘Dijual Ginjal Untuk Biaya Sekolah Anak’. Sontak aksi Herman mengundang perhatian warga Palembang, bahkan sempat viral di berbagai akun media sosial (medsos).

Dari informasi yang didapat, empat dari lima orang anak Herman masih mengenyam pendidikan di tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Gubernur Sumsel Alex Noerdin menegaskan bahwa warga miskin bisa mendapatkan sekolah gratis. Terutama Annisa, anak ketiga Herman yang baru masuk di SMK Negeri 5 Palembang.

"Orang tua jual ginjalnya karena tidak sanggup membayar jumlah sekian, katanya Rp 1,9 juta, anak itu (Annisa) tidak boleh sekolah. Yang benarnya, ini adalah kesepakatan komite sekolah yang harganya Rp 1,2 juta untuk seragam murid, bukan biaya sekolah," ujarnya.

Namun, ada Peraturan Daerah (Perda) yang mengatur 20 persen sekolah gratis bagi anak-anak yang tidak mampu. Annisa bisa mendapatkan pendidikan gratis di SMK Negeri 5 Palembang.

Ia juga menyinggung kemungkinan ada yang mengira program Sekolah Gratis yang dicanangkannya gagal terlaksana.

"Ini barangkali, tapi saya tidak mau suudzon, sekolah gratis gagal. Apanya yang gagal. Kalau dipungut biaya untuk bayar sekolah itu yang salah," katanya.

Program sekolah gratis, lanjutnya, sudah terlaksana dari beberapa tahun lalu dan sampai sekarang masih berjalan lancar. Bahkan, program andalan ini sudah dicanangkan sejak ia menjabat jadi Bupati Musi Banyuasin (Muba) pada 2001.

"(Program sekolah gratis) sukses, ini untuk kita semua, bukan cuma ngomong, (karena) saya tidak mau kampanye lagi," ujarnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.