Sukses

Bupati Brebes Sakit Hati Desa Grinting Disebut Kampung Pengemis

Sudah 10 tahun lebih, stigma Desa Grinting sebagai kampung pengemis selalu muncul dalam pemberitaan setiap jelang Lebaran.

Liputan6.com, Brebes - Bupati Brebes Idza Priyanti mengaku tak terima dan sakit hati dengan stigma Desa Grinting, Kecamatan Bulakamba, disebut kampung pengemis.

"Sekarang kondisinya sudah berbeda, Desa Grinting merupakan percontohan desa berkembang dan mandiri di Brebes. Jadi, saya enggak terima kalau dituding kampung pengemis," ucap Idza kepada Liputan6.com, Kamis, 15 Juni 2017.

Ia menyebut, pemberitaan di media televisi swasta nasional yang mengatakan dan mengupas habis Desa Grinting sebagai kampung pengemis tidak sesuai fakta yang ada. Bahkan, Desa Grinting tahun ini akan mewakili Brebes dalam lomba kebersihan lingkungan tingkat Jawa Tengah.

"Kalau dituding kampung pengemis, paling tidak banyak warga situ yang berprofesi jadi pengemis. Tapi kan enggak begitu, kenyataannya itu salah besar," ucapnya.

Selain kebersihan, perekonomian di Desa Grinting juga menunjukkan peningkatan, menyusul adanya sejumlah perusahaan yang menyerap banyak tenaga kerja di daerah sekitarnya. Tapi, tidak sedikit warga yang memiliki memiliki usaha kecil dan menengah.

"Jadi sekali lagi, perlu saya ingatkan adanya anggapan yang sering mengemuka di masyarakat, khususnya luar kota, terhadap Desa Grinting yang disebut sebagai kampung pengemis, itu tidak benar sama sekali," kata dia.

Idza prihatin, lebih dari 10 tahun terakhir, stigma kampung pengemis bagi Desa Grinting selalu muncul setiap menjelang Lebaran lewat pemberitaan media massa yang tak akurat. Akibatnya, warga Desa Grinting terimbas negatif.

"Saya yakin warga, tokoh agama, tokoh pemuda, perangkat  desa Grinting menolak dengan tudingan itu," katanya.

Ungkapan senada disampaikan Yon, seorang warga Desa Grinting yang merantau ke Jakarta. Ia mengaku kecewa dan sakit hati dengan tudingan kampung pengemis. Ia juga malu karena banyak orang yang menanyakan apakah Desa Grinting benar-benar kampung pengemis.

"Banyak teman saya di sini (Jakarta) yang menanyakan hal itu karena mereka tahu kalau saya asli sana (Grinting). Malu dong selalu saja anggapannya dari dulu desa saya disebut kampung pengemis. Padahal, itu tidak benar," ucap Yon yang juga seorang pejabat di lingkungan Pemprov DKI itu.

 

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Jumlah Warga Miskin Desa Grinting

Ia meminta agar media lebih seimbang dalam memberitakan Desa Grinting. Apalagi, jika hal itu akan berdampak pada masyarakat luas.

"Warga Desa Grinting itu nggak sedikit, jumlahnya lebih dari 17 ribu jiwa. Mereka juga banyak yang menjadi perantauan yang sukses dengan usahanya masing-masing. Tapi tidak dengan cara menjadi pengemis," kata dia.

Namun, Yon tak memungkiri jika sebagian kecil warga Desa Grinting masih ada yang berprofesi menjadi pengemis. "Kalau yang jadi pengemis mungkin masih ada, tapi jumlahnya kecil," katanya.

Sementara itu, Kepala Desa Grinting, Hartono menyatakan kondisi di desanya sangat berbeda dengan anggapan masyarakat luar yang menyebutnya sebagai kampung pengemis. Dari jumlah penduduknya yang mencapai 16.700 jiwa, hanya sekitar 900 warganya yang masih tergolong miskin.

"Rata-rata warga desa kami bekerja sebagai petani, pedagang, dan nelayan. Bahkan, tidak sedikit warga kami yang menjadi pelaku usaha di luar kota seperti Jakarta," ujar Hartono.

Pihaknya maupun masyarakat meminta agar stigma Desa Grinting sebagai kampung pengemis dihilangkan, karena tidak sesuai dengan fakta. "Meskipun masih ada warga yang menjadi pengemis, tapi jumlah tidak seberapa, karena sangat kecil persentasinya dari jumlah penduduk yang ada," kata dia.

Salah satu tokoh pemuda setempat, Khaerul, juga keberatan dengan stigma kampung pengemis kepada Desa Grinting. Apalagi dalam beberapa tahun terakhir, pembangunan didesanya sangat maju pesat dan penanggulangan kemiskinannya teratasi dan sudah menjadi lahan hijau.

"Saya nggak terima desa saya dianggap kampung pengemis. Kami pemuda pemudi di sini siap melawan siapapun yang menuding desa saya kampung pengemis," kata dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.