Sukses

Sambut Pagi dengan Gelar Busana Tradisional di Lereng Bromo

Peragaan Manten Tengger diharapkan bisa meningkatkan kecintaan warga Jawa, khususnya Suku Tengger terhadap busana tradisional.

Liputan6.com, Probolinggo - Sejumlah remaja Suku Tengger yang tinggal di lereng Gunung Bromo, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, punya cara unik merayakan Hari Kebangkitan Nasional atau Harkitnas. Sejak pagi hari, mereka menggelar peragaan busana tradisional Manten Tengger di areal Kantor Kecamatan Sukapura, Probolinggo.

Manten Tengger merupakan busana tradisional yang kerap dikenakan warga Suku Tengger saat acara sakral seperti pernikahan.

"Peragaan busana Manten Tengger juga bertujuan memperkuat rasa kebangsaan dan mempererat kebinekaan, di samping pelestarian adat budaya leluhur," ucap Camat Sukapura, Yulius Christian, Selasa, 23 Mei 2017.

Peragaan busana ini diharapkan bisa meningkatkan kecintaan warga Jawa, khususnya Suku Tengger. Serta, melestarikan warisan adat leluhur. "Seperti pemakaian sanggul, yang mana saat ini kian luntur, akibat banyaknya pengaruh budaya asing," kata Yulius.

Prosesi kegiatan diawali dengan merias wajah para remaja Suku Tengger yang ikut peragaan busana. Tiap peserta dirias wajahnya dengan sanggul di kepala dan pakaian kebaya yang merupakan simbol atau kebiasaan adat Jawa.

Manten Tengger merupakan busana yang kerap dikenakan warga Suku Tengger saat acara sakral seperti pernikahan. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Peragaan busana Manten Tengger dibuka dengan lantunan musik kasidah, ditampilkan oleh warga Suku Tengger yang beragama Islam.

Memasuki acara inti, sejumlah remaja Suku Tengger yang telah dirias cantik. Satu per satu langsung berlenggak-lenggok di atas cat walk, tanpa rasa canggung dan malu. Mereka menampilkan beberapa pose bak peragawati profesional.

Manten Tengger merupakan busana yang kerap dikenakan warga Suku Tengger saat acara sakral seperti pernikahan. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Lokasi cat walk yang berada di pelataran rumah tua bekas peninggalan Belanda, menambah kesan masa silam pada peragaan busana Manten Tengger ini.

Geovana Maydina Labayi, salah satu peserta peragaan busana tradisional Manten Tengger, mengaku senang ikut dalam kegiatan tersebut. Sebab, ia turut serta melestarikan pakaian adat Suku Tengger.

"Ya sempat susah sih jalannya, karena jarik yang dikenakan cukup sempit. Jadi posenya mesti hati-hati," tutur Geovana.


* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.