Sukses

Ritual Suru Maca, Doa Jelang Ramadan ala Suku Bugis-Makassar

Suru Maca, berarti membaca doa secara bersama untuk dikirimkan kepada leluhur yang biasa dilakukan jelang Bulan Ramadan.

Liputan6.com, Makassar - Sulawesi Selatan merupakan satu di antara banyak daerah di Indonesia yang punya ritual menjelang Bulan Ramadan. Di Sulsel, utamanya suku Bugis-Makassar ada ritual 'Suru Maca' yang sudah tradisi dilaksanakan sebelum memasuki bulan puasa.

Suru Maca yang berarti membaca doa secara bersama untuk dikirimkan kepada leluhur yang telah lebih awal menghadap Ilahi merupakan ritual turun temurun. Ritual menjelang Bulan Ramadan ini sudah dilakukan oleh nenek moyang suku Bugis-Makassar yang sampai saat ini masih terus terjaga.

"Itu biasanya dilakukan sepekan hendak memasuki bulan puasa dan hampir semua suku Bugis-Makassar masih melakukan hal demikian sebagai penghormatan kepada leluhur yang telah tiada," kata Daeng Baji (68), warga Desa Minasabaji Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulsel kepada Liputan6.com, Rabu, 17 Mei 2017.

Nenek bercucu delapan orang itu mengatakan, dalam ritual Suru Maca tersebut disediakan beragam macam masakan khas Bugis-Makassar yang diletakkan di atas terpal dan ada juga yang diletakkan di atas tempat tidur.

"Kemudian seorang guru atau tokoh agama setempat memimpin doa dengan membacakan beberapa ayat-ayat suci Alquran dengan tujuan selain mendoakan leluhur yang telah tiada juga untuk sarana bersih-bersih jiwa dan rohani sebelum memasuki bulan suci Ramadan," ujar Baji.

Setelah pembacaan doa selesai, para keluarga yang menggelar ritual tersebut kemudian menyantap masakan yang telah didoakan tadi dengan seluruh anggota keluarganya. Selain keluarga, para tetangga sekitar juga kerap diajak makan dan kumpul bersama.

"Tetangga sekitar juga tak luput dipanggil atau dibawakan makanan yang telah dibacakan doa tadi agar bersama-sama mendapatkan berkah dari Allah SWT," kata Baji.

Makanan yang biasanya disediakan dalam ritual Suru Maca itu diantaranya opor ayam, ayam goreng tumis, serta nasi ketan dua warna, yakni ketan putih maupun hitam serta gula merah yang telah dicairkan atau akrab disebut songkolo palopo.

"Onde-onde tradisional atau biasa masyarakat Bugis-Makassar sebut umba-umba tak lupa hadir serta pisang raja sesisir," ucap Baji.

Usai menggelar ritual Suru Maca, masyarakat Bugis-Makassar juga memiliki tradisi berziarah kubur ke leluhur dan makam-makam para penyiar Islam.

"Selain makam penyiar islam yang diziarahi juga makam para keluarga atau orangtua yang telah tiada. Jadi ini budaya yang sampai saat ini masih dilakukan dan tetap dilestarikan," ujar Baji.

Berziarah ke makam keluarga dan para wali Allah sebelum Bulan Ramadan tak lain bertujuan agar mereka yang masih hidup dapat memaknai arti kematian.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.