Sukses

Menko Puan Berwudu di Sumur Warisan Bung Karno

Menko PMK Puan Maharani sekalian meminta izin untuk merenovasi rumah pengasingan Bung Karno di Bengkulu.

Liputan6.com, Bengkulu - Mentri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani pulang kampung ke Bengkulu yang merupakan tanah kelahiran neneknya, Fatmawati Sukarno.

Putri Megawati Soekarnoputri tersebut menyempatkan diri melihat isi rumah pengasingan Bung Karno dan menuju sebuah sumur di belakang rumah yang disebut mendatangkan berkah bagi siapa pun yang datang. Saat itu, Puan menyempatkan diri berwudu di sumur belakang rumah Bung Karno.

Kehadirannya bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendi ke Bengkulu sebenarnya dalam rangka membuka kegiatan lawatan sejarah nasional (Lasenas) bagi 200 pelajar tingkat SMA dan SMK se-Indonesia di kediaman Bung Karno saat diasingkan di Bengkulu pada 1938 hingga 1942 itu.

"Suatu kebanggaan saya bisa kembali ke sini untuk pulang kampung bertemu sanak saudara saya," ujar Puan usai berwudu di belakang rumah Bung Karno di Bengkulu, Senin, 15 Mei 2017.

Sebelum ke Bengkulu, Puan Maharani sempat berpamitan kepada ibunya Megawati Soekarnoputri dan meminta restu untuk menggelar kegiatan di rumah kakeknya, Bung Karno.

Ia juga hendak memohon izin supaya bisa merenovasi rumah yang berada di Jalan Soekarno Hatta, Kelurahan Anggut Atas, Kota Bengkulu itu. Setibanya di Bengkulu dia juga meminta restu keluarga besarnya yang disambut baik oleh anggota keluarga.

"Ibu saya dan para Andung (tante, red) memberikan restu. Kata ibu saya, Megawati, jika ada apa-apa, dia yang bertanggung jawab," ujar Puan.

Tidak hanya rumah pengasingan Bung Karno, kata dia, pihaknya juga akan memperbaiki seluruh situs sejarah yang berkaitan dengan Sang Proklamator dan ibu negara Fatmawati di Bengkulu. Renovasi rencananya juga akan dilakukan di semua daerah yang pernah dijejaki Bung Karno, seperti di Ende, Surabaya, Blitar dan daerah lain.

Tujuannya, supaya para generasi penerus bangsa yang akan datang tidak akan melupakan sejarah. Sebab, Indonesia sebagai sebuah bangsa tidak memperoleh kemerdekaan yang turun dari langit. Ada sejarah perjuangan yang merupakan kristalisasi keringat, pertumpahan darah dan air mata.

"Paham radikalisme dan intoleransi sudah masuk ke sekolah dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi, jika tidak mengenal sejarah bangsa, perpecahan akan sangat mudah disulut," kata Puan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ajaran Politik Bung Karno pada Fatmawati

Satu hal yang jarang diketahui publik selama ini, bahwa selama berada dalam masa pengasingan di Bengkulu, Bung Karno ternyata mengajarkan ilmu politik kepada Fatmawati. Ajaran politik itu disampaikan melalui seni yang menjadi minat Fatmawati muda.

Menurut Puan Maharani, saat di Bengkulu, orangtua Fatmawati bernama Hasan Din mendatangi Bung Karno dan meminta anaknya diajari paham kebangsaan lewat kesenian. Oleh Bung Karno, selain paham kebangsaan, ia juga menyisipkan ajaran politik lewat sandiwara atau tonil kepada Fatmawati dan kawan-kawannya.

"Semangat nasionalisme, ajaran sosial, ajaran kebangsaan diajarkan kepada Fatmawati di setiap pementasan sandiwara," ujar Puan.

Hingga Fatmawati resmi dipersunting Bung Karno dan menjadi ibu negara, jiwa berkesenian terus diajarkan kepada anak-anaknya melalui pendekatan kebangsaan. Megawati Sukarnoputri, ibunda Puan Maharani sebagai pewaris jiwa politik "Putra Sang Fajar" terus ditempa hingga mencapai puncak karir politik sebagai Presiden RI perempuan pertama dan satu satunya di Indonesia hingga saat ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.