Sukses

Nikmati Sensasi Pagi dengan Memanen Paprika Kualitas Ekspor

Bila ingin merasakan sensasi memanen paprika, para pelancong bisa berkunjung ke perbukitan Desa Deles, Kecamatan Bawang, Batang, Jateng.

Liputan6.com, Batang - Memanen buah ataupun sayuran seperti paprika di kawasan berhawa sejuk dengan suara kicauan burung di pagi hari, boleh jadi impian banyak orang, terutama yang tinggal di perkotaan. Nah, bila ingin mewujudkan impian tersebut, para pelancong bisa datang dan menyempatkan diri berkunjung ke perbukitan Desa Deles, Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang, Jawa Tengah.

Di sana tempat impian memanen paprika yang juga buah elite dapat terwujud. Siapa saja yang datang ke sana bisa melihat bagaimana cara alam menyapa sang mentari di pagi hari.

Paprika yang dalam bahasa Latin disebut Capsium annum var.grossum adalah sejenis sayuran buah yang tergolong cabai-cabaian. Rasa paprika manis dan sedikit pedas.

Komoditas hortikultura ini memang bukan produk pertanian asli Indonesia dan berasal dari Amerika Selatan. Kendati demikian, paprika potensial dibudidayakan di berbagai daerah tropis, termasuk di Desa Deles, Kecamatan Bawang.

Paprika yang dibudidayakan oleh Kelompok Tani (Gapoktan) Peni Murni di desa tersebut mempunyai kualitas yang baik dengan standar ekspor. Sayuran itu juga bernilai ekonomis tinggi, walaupun tergolong sayuran mahal, permintaan akan komoditas ini cukup tinggi.

Menurut Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Batang, Migayani Tamrin, kualitas paprika yang dibudidayakan Gapoktan Peni Murni ini memang sudah diakui sampai ke luar negeri. Buktinya, setiap kali panen hampir sebagian besar paprika diekspor ke Singapura.

"Ini tentu saja sangat membantu perekonomian petani di sana," ucap dia saat memanen paprika di Desa Deles, Kecamatan Bawang, Batang, awal pekan lalu.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Permintaan Terus Meningkat

Ia menuturkan, budi daya paprika di Desa Deles memang sudah mulai dilakukan sejak beberapa tahun belakangan. Sebab, berdasarkan data DKPP Batang, permintaan paprika dari wilayah lokal dan luar negeri terus meningkat setiap tahun.

"Karena permintaan paprika yang terus meningkat, sehingga kami pun berusaha meningkatkan pula produksi. Namun juga tak melupakan kualitasnya yang tetap terjaga sesuai standar ekspor," dia menambahkan.

Nama Desa Deles, Kecamatan Bawang, memang masih asing didengar. Desa ini bahkan terletak cukup jauh dari jalur pantura atau berjarak lebih dari 50 kilometer.

Kendati demikian, bentang wilayah desa ini sebagian besar berbukit dan lereng bukit termasuk ke dalam zona iklim sedang dan iklim sejuk.

Tak mengherankan, bila kemudian kawasan desa tersebut cocok untuk perkebunan dan tanaman hortikultura.

"Produk-produk pertanian seperti inilah yang dapat menyumbang devisa bagi negara. Makanya, kami terus mendorong dan membantu para petani paprika di Desa Deles agar lebih maju. Karena mereka sangat bergantung pada hasil pertanian sebagai sumber pendapatan," Tamrin menjelaskan.

3 dari 3 halaman

Budi Daya Secara Hidroponik

Sebagian besar petani paprika di Desa Deles membudidayakan paprika secara hidroponik dalam greenhouse dengan menggunakan media tanam arang sekam. Namun ada juga yang masih menggunakan tanah sebagai media tanam.

Teknik budi daya paprika secara hidroponik meliputi persiapan lahan dan greenhouse, persemaian dan pembibitan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, dan perlakuan usai panen.

"Pemanenan dibagi menjadi dua, yaitu panen buah matang hijau dan panen buah matang berwarna. Pemanenan dilakukan tergantung permintaan, setiap satu pohon paprika dapat menghasilkan dua sampai tiga kilogram dalam satu periode tanam (8-9 bulan), sehingga dapat dilakukan beberapa kali pemanenan," Tamrin mengungkapkan.

Paprika yang ditanam di desa ini memiliki kualitas yang baik. Penjualannya pun sudah mencapai pasar ekspor (Singapura) dan juga pasar domestik.

Setiap pagi para pekerja memetik paprika yang siap panen dari beberapa greenhouse, setelah itu dilakukan sortasi dan grading. Sortasi dan grading dilakukan untuk memilih dan mengelompokkan paprika berdasarkan kualitasnya.

Berdasarkan kualitasnya paprika dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu grade A, B, dan C. Grade A merupakan paprika dengan kualitas super diperuntukkan bagi pasar ekspor dan untuk pasar lokal khusus.

Grade B diperuntukkan bagi pasar lokal dengan kontrak tertentu, seperti supermarket dan restoran siap saji. Grade C diperuntukkan bagi pasar lokal lepas, yaitu pasar tradisional di beberapa daerah.

Harga yang ditetapkan per kilogram pun berbeda-beda, tergantung kualitas dan warnanya. "Sering kali kita melihat paprika yang dijual di supermarket berwarna merah, hijau, dan kuning, harganya pun sangat mahal. Padahal harga jual di tingkat petani tidak semahal itu," beber dia.

Harga paprika di tingkat petani setempat berkisar mulai Rp 30 ribu hingga Rp 40 ribu per kilogram.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini