Sukses

Berbagi dengan Difabel di Bioskop Bisik-Bisik

Program nonton bareng bersama kaum difabel ini diadakan komunitas Bioskop Harewos.

Liputan6.com, Bandung - Suasana Bioskop CGV di Paskal Hyper Square berubah menjadi riuh pada Sabtu pagi, 13 Mei 2017. Pagi itu, sekitar 100 difabel memenuhi auditorium 7 gedung pertunjukan untuk nonton bareng.

Di salah satu pintu masuk mal, ratusan orang itu sudah menanti aba-aba dari panitia. Uniknya, di antara mereka ada puluhan tunanetra. Apa sebenarnya yang mereka lakukan?

Ternyata pagi itu sedang diadakan acara bertajuk Bioskop Tanpa Batas. Ini merupakan program nonton bareng yang diadakan komunitas Bioskop Harewos.

Tunanetra yang hadir di acara itu didampingi relawan. Satu tunanetra didampingi satu relawan.

Agung Kurniawan (23) salah seorang relawan untuk kaum difabel ini misalnya. Dia menuntun tiga orang sekaligus ke gedung pertunjukan. Mereka adalah Kinkin, Ryan, dan Farid.

Sepanjang jalan menuju gedung, Agung bercerita tentang pengalamannya kepada rekan-rekan barunya tersebut. "Ini yang kedua kalinya saya ikut jadi relawan. Rasanya menyenangkan," ujar Agung.

Film yang diputarkan panitia Bioskop Harewos hari itu adalah Surau dan Silek, sebuah film garapan sutradara Arief Malinmudo yang diproduksi pada 2017.

Sepanjang film diputar, Agung terlihat berbisik kepada rekannya. Sesekali dia berganti posisi duduk. Agung membisikkan kepada Kinkin yang duduk di sebelahnya. Lalu berpindah posisi duduk di antara Ryan dan Farid.

Agung mengaku ini bukan kali pertama dia menjadi relawan Bioskop Harewos. Menurut dia, ajang ini membuatnya terkesan.

"Kalau menonton film itu sudah biasa, tapi bersama kaum difabel itu saya bisa menjadi penutur cerita. Itu yang tidak biasa," kata Agung.

Dari pertemuan dengan orang-orang baru itu Agung mengaku mendapat banyak manfaat. Bahkan, dia mencoba untuk menjalin hubungan lebih lanjut dengan teman barunya tersebut.

"Saya jadi suka riset tentang tunanetra. Sekarang ini saya sedang menggarap penulisan naskah film tentang tunanetra. Senang bisa bekerja sama dari pertemuan ini," ungkap Agung.

Sementara bagi Kinkin (23), acara ini jadi ajang menambah pertemanan. Menurut dia, para visual reader sudah cukup terlatih dalam menarasikan film-film yang diputar bagi penonton difabel ini.

"Bagus, mereka cepat beradaptasi. Kegiatan ini jadi memperbanyak  kenalan," tutur mahasiswa jurusan Sastra Indonesia di Universitas Islam Nusantara tersebut.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tak Sekadar Ajang Nonton Film

Bioskop Harewos merupakan wadah yang mengajak siapa pun untuk berbagi dengan kalangan difabel lewat acara nonton di bioskop. Wadah ini dibentuk ketika perayaan Hari Film Nasional 2015.

Inisiatornya adalah Robby Prasetyo dan Dita Widya Putri. "Waktu itu masih di bawah Bandung Film Council untuk merayakan hari film melalui program acara 1000 Wajah Bandung," kata Robby.

Merujuk pada Bahasa Sunda, "harewos" memiliki arti "berbisik". "Kita juga terinspirasi dari kegiatan Bioskop Bisik di Jakarta. Dengan program yang sama namun kita pakai istilah lokal, harewos," papar Robby.

Bioskop Harewos pun menggelar acara perdananya pada tahun yang sama di Taman Film Bandung. Selanjutnya, acara nonton film digelar di NuArt Sculpture Bandung.

"Mulai September 2016, Bioskop Harewos berdiri sendiri. Acara regulernya pemutaran film di NuArt," ucap Robby.

Acara ini bukan semata nonton bareng. Namun, mempertemukan sahabat tuna netra dengan orang-orang baru di luar lingkungan mereka adalah nilai tambah yang ditawarkan.

"Gol terbesarnya adalah lahir gagasan baru di antara mereka. Mungkin setelah nonton ini ada bentuk-bentuk kegiatan lain yang positif tentunya," jelas Robby.

Technical support Bioskop Harewos ini lebih jauh menuturkan, dari kegiatan ini semakin banyak relawan yang tertarik untuk terlibat. Dia pun harus menyortir relawan karena semakin banyak yang ingin bergabung.

Untuk menjadi relawan, Robby menjelaskan, tidak ada syarat khusus. Relawan bebas dari semua kalangan dengan syarat usia 12 tahun ke atas. Relawan juga tidak terpatok asal kota, asalkan mereka bisa datang saat rapat teknis dan hari pelaksanaan.

"Tidak dipungut biaya," ujar Robby.

Untuk mengikuti kegiatan Bandung Harewos dapat dilihat di Instagram @bioskopharewos. "Biasanya kegiatan akan diinfokan satu bulan sebelum digelar acara," Robby memungkasi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.