Sukses

KKP: Segera Kubur Daging Bangkai Hewan Raksasa di Pesisir Maluku

Sudah ada beberapa jenis biota laut yang selama ini hidup di pesisir pantai mati usai bangkai hewan raksasa itu ditemukan di pesisir Maluku.

Liputan6.com, Ambon - Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Loka Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (LPSPL) mengingatkan potensi penyakit yang ditimbulkan dari bangkai hewan raksasa.

Karena itu, bangkai hewan raksasa yang ditemukan di pesisir pantai Dusun Hulung, Desa Iha, Kecamatan Huamual, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), Maluku, itu harus segera dikuburkan agar tidak membahayakan warga sekitar.

Koordinator Satker LPSPL Ambon, Robyandi, menuturkan saat ini bangkai hewan yang memiliki panjang 22 meter itu terus mengeluarkan bau tidak sedap. Langkah yang tepat adalah menguburkan dagingnya.

Pihak KKP turun ke lapangan untuk mengambil sampel dari bangkai hewan raksasa yang memiliki ciri-ciri seperti paus di pesisir Pantai Dusun Hulung tersebut.

"Bangkai itu bisa menimbulkan penyakit, dan harus segera dikuburkan dagingnya," ujar Roby saat dihubungi, Jumat (12/5/2017).

Sementara, rangka atau tulang belulang bisa diselamatkan demi kepentingan pendidikan.

Menurut Roby, LPSPL tidak memiliki kewenangan lebih untuk mengevakuasi bangkai tersebut. Sehingga untuk apa dan bagaimana nasib bangkai hewan tersebut ke depan semua diserahkan kepada pemerintah kabupaten atau pemerintah provinsi.

"Keputusan (penguburan) itu diserahkan kepada pemerintah setempat atau pemerintah provinsi," ujar Roby.

Petugas dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Seram Bagian Barat, Bobi Riry menambahkan, saat ini pihaknya sudah memasang garis pembatas di kawasan penemuan bangkai.

Langkah itu diambil agar menghindarkan warga sekitar dari pengaruh buruk bangkai hewan raksasa diduga mamalia besar tersebut. Apalagi dari temuan di lapangan, sudah ada beberapa jenis biota laut yang selama ini hidup di pesisir pantai Dusun Hulung ditemukan mati.

"Darah bangkai hewan itu mencemari lingkungan, ikan dan teripang sudah ada yang mati," ujar Bobi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini