Sukses

Segarnya Membelai Inul Si Semangka Kuning Lonjong Saat Pagi

Inul juga dikenal sebagai sebutan bagi semangka yang dibudidayakan karena kesegaran dagingnya dan bentuknya yang unik.

Liputan6.com, Grobogan - Nama Inul tidak saja dikenal sebagai artis dangdut berjuluk Ratu Ngebor. Namun, bagi warga Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Inul juga dikenal sebagai sebutan bagi semangka yang dibudidayakan karena kesegaran dagingnya dan bentuknya yang unik.

Keunikan buah bernama Latin Citrullus lanatus itu bentuknya panjang. Lebih mirip dengan buah timun suri dibandingkan semangka pada umumnya yang berbentuk bulan.

Kesegaran semangka tidak saja dinikmati para penikmat buah. Namun bagi petani di sentra pertanian semangka di Kabupaten Grobogan, juga dikenal menjadi tanaman alternatif yang mampu memberikan banyak pemasukan.

"Tanam semangka untuk satu hektare lahan, bisa panen hingga 10 ton. Jika dihitung rupiah antara Rp 25 juta dan Rp 30 juta jika harga sedang baik," ucap Abdul Aziz, salah satu petani semangka asal Desa Genggangtani, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, saat panen semangka Inul, pagi itu.

Musim hujan yang tidak kunjung berhenti, menurut pria yang menanam di lahan mencapai 1,5 hektare ini membuat petani semangka dalam posisi dilematis.

"Karena hujan masih tinggi, semangka tidak bisa tumbuh besar. Biasanya buah yang bisa mencapai antara 5-6 kilogram. Saat sering hujan buah hanya tumbuh sekitar 4-5 kilogram. Jadi lebih kecil buahnya," katanya.

Di sisi lain, menurut Abdul, keuntungan yang diperoleh para petani adalah buah semangka aman dari tikus. "Jadi bisa dipanen dan dijual semuanya."

Selain jenis Inul, jenis lain yang ditanam petani adalah semangka black orange. Di mana, buah yang memiliki kulit warna kehitaman dan daging berwarna kuning itu memiliki kadar manis yang dianggap pas dan lebih menyegarkan.

Sejumlah buruh harian mengangkut semangka dari ladang ke truk tempat penimbangan. (Liputan6.com/Felek Wahyu)

Kendati jumlah panen tidak terlalu banyak, namun karena semua terjual, maka hasil panen bisa dirasakan dengan baik.

"Di Genggangtani, petani semangka kebanyakan menggunakan pola tanam sebagai tanaman selingan," ujar Muhsan, Kades Desa Genggangtani yang merasakan manisnya semangka dari hasil sewa lahan bengkok kas desa.

Sedangkan ketika kemarau panjang, semangka hanya perlu masa tanam 55 hari di lahan yang kekurangan air. "Jika musim penghujan lahan ditanami padi," sebut dia.

Kendati banyak mengekspor buah semangka hingga ke Jawa Timur dan Jakarta, pertanian semangka baru menggunakan lahan sekitar satu persen dari total lahan pertanian di Kabupaten Grobogan.

"Semangka banyak ditanam di lahan yang mudah disuplai air, namun juga mudah ketika perlu membuang air. Jadi tidak semua lahan pertanian bisa ditanam semangka," ujar Edhie Sudaryanto selaku Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Grobogan.

Lautan semangka asal Grobogan, Jawa Tengah, siap distribusikan ke Jawa Timur. (Liputan6.com/Felek Wahyu)

Lahan semangka banyak dijumpai di Kecamatan Penawangan dan Kecamatan Gubug. "Selain semangka, di Penawangan juga banyak petani yang menanam bawang merah. Karena pola tanamnya hampir sama antara semangka dengan bawang merah," Edhie menambahkan.

Adapun Sri, sang pemborong semangka mengungkapkan, transaksi jual beli semangka sangat dipengaruhi musim.

"Kendati sudah di pasar. Saat hari ini panas dan besok pagi hujan, harga semangka sudah beda. Jika hujan turun, harga semangka juga turun, jadi tidak menentu," ujar wanita yang mengirim semangka tiga truk dari Jawa Tengah ke Jawa Timur.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini