Sukses

Paras Semarang dari Titik Nol Kilometer

Semarang Night Carnival 2017 mengangkat tema Paras Semarang yang banyak diikuti peserta dari luar negeri.

Liputan6.com, Semarang - Karnaval seni terpilih menjadi sarana menyalurkan kecemasan dan ketegangan warga Semarang. Salah satunya melalui penyelenggaraan Semarang Night Carnival (SNC) 2017 yang berhasil menari ribuan penonton.

Diawali dari titik nol kilometer, peserta karnaval berjalan kaki menuju kawasan Tugu Muda Semarang dengan menyusuri Bodjongweg (Jalan Pemuda). Sepanjang rute yang menjadi poros pengembangan Kota Semarang di masa lampau itu disesaki ribuan warga.

SNC 2017 bertema "Paras Semarang". Para peserta karnaval menggambarkan wajah Semarang dalam busana karnaval mereka. Di antara para penampil kostum, kehadiran rombongan drumband dan penari menjadi penawar kejenuhan.

Satu yang konvensional adalah menempatkan drum band / marching band sebagai pembuka defile SNC 2017. (foto : Liputan6.com / Felek Wahyu)

Defile kostum megah menghebohkan penonton dan wisatawan. Di jajaran terdepan ada defile burung blekok atau burung sejenis bangau yang bisa ditemui di Kota Semarang bagian atas. Kostumnya  berwarna putih dan bersayap layaknya burung.

Di belakang burung Blekok, ada defile kembang sepatu, yaitu bunga khas Semarang berwarna merah dan dilanjutkan defile kuliner di mana kostum mereka ditempeli pernak-pernik berbentuk makanan khas Semarang seperti lumpia, wingko babat, kue ganjel rel, dan bandeng presto.

Defile berikutnya yaitu lampion yang juga merupakan khas Semarang yang sekitar 1942  bernama dian kurung. Kemeriahan juga dibawakan peserta dari mancanegara yang menampilkan budaya.

SNC 2017 semakin memancarkan gairahnya karena sejumlah warga asing ikut terlibat. Mereka menyumbangkan atraksi menghibur warga.

Ada yang berasal dari Taiwan dengan atraksi tarian dan Liong. Sementara, warga Thailand menampilkan sejumlah tarian. Selanjutnya, Korea Selatan dengan aksi menabuh janggu atau genderang khas negeri ginseng itu. Ada pula penyaji dari Sri Lanka dan "tamu" istimewa dari Sawahlunto yang menampilkan kostum bertema Bunga Matahari.

Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi mengatakan SNC kali ini memang lebih meriah karena ada peran peserta dari mancanegara dan daerah lain. Hal itu membuktikan SNC mulai beranjak menjadi wisata Internasional.

"Di Kemenpar, selain Semarang Great Sale, SNC juga menjadi wisata nasional. Merupakan daya ungkit pariwisata. Kita mulai melibatkan peserta luar negeri, targetnya juga wisatawan mancanegara," kata Hendrar, Sabtu, 6 Mei 2017.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kehebohan di Medsos

Para peserta setelah tampil di depan para tamu undangan langsung berjalan menyusuri Jalan Pemuda sejauh 1,3 kilometer menuju Balai Kota dan Lawang Sewu. Pesta kembang api menjadi penutup ajang yang digelar untuk memperingati hari jadi Kota Semarang yang ke-470.

Kemeriahan SNC 2017  memang dirasakan di lokasi acara, tetapi juga ramai di Twitter. Tagar #SNC2017 bertengger di urutan wahid trending topic Indonesia sejak acara dimulai sekitar pukul 20.00 WIB.

"Hari-hari ini Semarang jadi trending topic. Konser (peringatan HUT Semarang), kemarin juga," kata Wali Kota yang akrab disapa Hendi itu.

Sayap patah Blekok Semarang mengharuskan melepas kostum karena kelelahan. (foto : Liputan6.com / Felek Wahyu)

Selain para peserta festival, kehadiran Hendi juga menarik perhatian warga Kota Semarang. Saat akan beranjak dari titik nol kilometer ke Balai Kota, ia dikerumuni warga untuk berswafoto.

Sementara itu, Arwan Bahtera salah satu peserta menyebutkan  ia memang ikut karnaval ini untuk melepas kesuntukan dengan rutinitas kuliah. Selain membuang kejenuhan, ia mengaku mencari hiburan.

"Lumayan capek, tapi gembira. Saya merasa seperti artis, banyak penonton yang minta foto bareng," kata Arwan.

Wulansari, seorang penonton, juga mengaku terhibur dengan karnaval itu. Kesehariannya sebagai perawat memang memungkinkan ia gampang lelah.

"Bukan lelah karena habis tenaga, namun mendengar rintih kesakitan pasien itu juga melelahkan. Karnaval ini sangat menghibur," kata Wulansari yang menonton dari Titik Nol Kilometer.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini