Sukses

Kronologi Konflik Berdarah Manusia dan Ular Piton di Sulawesi

Konflik manusia dan ular piton di Sulawesi makin memanas. Ular piton terancam punah.

Liputan6.com, Makassar - Konflik manusia dan ular piton di Sulawesi semakin memanas. Konflik itu diawali dari seorang petani sawit di Mamuju Tengah, Sulawesi Barat, yang tewas ditelan bulat-bulat oleh seekor ular piton.

Usai kejadian menghebohkan itu, kejadian nyaris serupa kembali terulang. Kali ini ular piton yang tewas usai gagal "menyantap" seorang petani kakao di Bone, Sulawesi Selatan.

Selanjutnya, konflik manusia dengan hewan melata tak berbisa itu semakin memanas. Para warga Desa Salo Biro, Kecamatan Karosso, Mamuju Tengah, semakin gencar memburu ular piton. Mereka khawatir kawanan ular piton yang lain akan membalas dendam.

Sebab, dari dua lokasi kejadian berbeda ular piton dan petani itu, kedua ular sama-sama dihabisi.

Di Mamuju Tengah warga sudah menangkap dan menghabisi tiga ekor ular piton. Sementara di Bone, warga sudah siap siaga dengan membawa parang sebagai senjata ketika diserang ular piton.

Dalam rangkuman Liputan6.com, ada sejumlah hal yang mengiringi kejadian-kejadian manusia versus ular piton tersebut. Berikut rentetan kejadian yang mengiringi ketika manusia dan ular piton saling sikat di dua lokasi berbeda di Sulsel.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 7 halaman

Petani Ditelan Ular Piton

Masyarakat Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) mendadak sontak digegerkan dengan kabar penemuan ular piton sepanjang 4-5 meter. Sebab, dari dalam perutnya ditemukan jasad seorang petani bernama Akbar.

"Semalam kejadiannya di Desa Salo Biro Kecamatan Karossa, Kabupaten Mamuju Tengah, Sulbar. Korbannya petani sawit yang diketahui namanya Akbar (25)," kata Supriadi, warga Desa Salo Biro, Selasa, 28 Maret 2017.

Menurut dia, dari informasi yang ia dapatkan, korban Akbar diserang ular piton berukuran besar itu saat sedang berada di area kebun kelapa sawit.

"Kata keluarga yang ada di dekat lokasi saat itu, kelapa sawit yang dipanen tampak terhambur. Jadi kemungkinan memang korban diserang ular piton tersebut saat mengambil kelapa sawit," ujar Supriadi.

Proses evakuasi korban dari perut ular piton itu langsung viral usai sebuah video berdurasi 5 menit 43 detik yang menayangkan sekelompok warga membelah perut ular piton itu tersebar di media sosial.

Satriawan, salah seorang warga yang menyaksikan langsung proses pembelahan perut ular tersebut, menjelaskan bahwa Akbar pergi ke kebun kelapa sawit miliknya sejak Minggu, 26 Maret 2017 pukul 09.00 Wita. Namun ia tak kunjung pulang hingga keesokan harinya. Akhirnya warga memutuskan untuk mencari Akbar.

"Setelah beberapa jam mencari, sekitar jam 10 malam warga menemukan ular piton sepanjang kira-kira 4 meter. Ular itu besar, seperti kekenyangan, sehingga sulit bergerak," ujar Satriawan.

Warga curiga Akbar yang sejak sehari sebelumnya hilang ditelan oleh ular piton tersebut. Pasalnya, kata dia, kelapa sawit yang habis dipetik ditemukan berserakan di sekitar lokasi penemuan ular tersebut.

"Kemungkinan ular tersebut menyerang Akbar dari belakang," ujarnya.

Warga pun berembuk. Akhirnya warga bersepakat untuk membelah perut ular tersebut dengan menggunakan peralatan seadanya.

"Kami sepakat membelah perut ular itu malam itu juga dengan menggunakan alat seadanya, hanya menggunakan senter dan parang. Lalu kami menemukan Akbar yang sudah tidak bernyawa di dalam perut ular tersebut," ujar dia.

Saat dikeluarkan perlahan dari perut ular piton itu, jasad Akbar langsung dikenal kerabatnya dengan ciri-ciri mengenakan celana pendek dan kaus, sedangkan wajah korban masih utuh.

Usai dievakuasi dari dalam perut ular piton itu, jasad korban lalu diambil pihak keluarganya untuk dimakamkan.

"Memang sejak lama masyarakat setempat juga sering kehilangan ternak sapi yah kemungkinan besar ular itu juga yang menyantapnya," kata Supriadi menambahkan.

3 dari 7 halaman

Petani Lolos dari Gelungan Piton

Belum lepas dari ingatan soal peristiwa nahas yang terjadi di Mamuju Tengah, Sulawesi Barat, ular piton berukuran raksasa kembali berusaha memangsa seorang manusia.

Korbannya kali ini adalah Darwis, seorang petani kakao di Kampung Tengah, Kelurahan Pallette, Kecamatan Tanete Riattang Timur, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.

Peristiwa itu terjadi pada Sabtu, 1 April 2017 sekitar pukul 15.30 Wita. Beruntung, Darwis berhasil lolos dari terjangan mematikan ular piton sepanjang 7 meter yang diyakini warga setempat sebagai penjaga hutan sekitar.

"Ular itu sudah mati saya tebas di bagian perut dan kepalanya," kata Darwis via telepon, Senin 3 April 2017.

Ia menceritakan kejadian bermula saat hendak berangkat ke kebun untuk membersihkan alang-alang dari pohon kakaonya. Saat sedang membersihkan pohon-pohon kakao, tiba-tiba ular piton itu menggigit tangannya yang sedang memegang parang dan melilit kakinya.

"Parang yang saya pegang sempat jatuh, namun saya kembali raih dan langsung menebas perut ular itu. Kemudian, ular itu melepaskan lilitannya di kaki saya, selanjutnya hendak pergi. Tapi saya kejar lalu menebas kepalanya sehingga mati," tutur Darwis.

Saat dililit ular piton itu, Darwis mengaku sempat berteriak memanggil warga setempat, tetapi tak ada yang berani mendekat. "Saya sendirian berusaha melawan. Meski sempat sesak dan tak sadarkan diri, tapi hanya berlangsung beberapa menit. Saya bangkit meraih kembali parang yang terlepas dari tangan," kata Darwis.

Usai membunuh ular piton tersebut, Darwis langsung berlari memberitahu warga setempat, sehingga warga beramai-ramai mengerumuni ular tersebut. Ia baru dilarikan ke rumah sakit di Kabupaten Bone untuk menjalani perawatan medis.

"Alhamdulillah saya selamat. Sempat juga tak habis pikir dengan kejadian itu di mana saya berhasil selamat dari peristiwa maut," kata dia.

Jauh sebelumnya, ucap Darwis, warga setempat sudah sering melihat ular piton berukuran besar di sekitar hutan dekat kebun kakao. Namun, warga hanya membiarkannya begitu saja.

"Warga yakin kalau diganggu ular itu malah bisa beringas dan mengganggu juga, sehingga kadang dilihat jelas dibiarkan begitu saja," kata Darwis.

Atas kejadian yang dialami Darwis, Lurah Palette Andi Pangeran mengingatkan kepada seluruh warganya agar selalu berhati-hati ketika sedang beraktivitas di hutan.

"Untuk semua warga hendak berhati-hati kalau beraktivitas karena memang di sini rawan serangan ular," kata Andi.

4 dari 7 halaman

Siaga Parang

Warga Kampung Tengah, Kelurahan Pallette, Kecamatan Tanete Riattang Timur, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, kini siaga penuh setiap hendak ke kebunnya masing-masing. Kesiapan ini seiring kejadian nahas yang menimpa seorang petani setempat, Darwis (50), yang nyaris ditelan ular piton sepanjang 7 meter, Sabtu, 1 April 2017 sekitar pukul 15.30 Wita.

"Kejadian yang menimpa Darwis membuat warga lainnya di sini lebih hati-hati. Setiap hendak masuk ke kebunnya tidak sendirian dan bersenjata tajam berupa parang," kata Andi Syarif (43), warga setempat, kepada Liputan6.com via telepon, Selasa, 4 April 2017.

Selain itu, warga juga menjaga anak-anaknya agar tidak bermain sendirian di sekitar kawasan kebun yang rimbun. "Anak anak juga kami jaga agar tidak bermain di area kebun yang tak jauh dari rumah karena takutnya bisa jadi korban ular. Apalagi memasuki musim hujan," kata Syarif.

Ia mengaku ular piton yang kemarin nyaris membunuh Darwis punya kawanan lain yang masih bersembunyi di sekitar kebun milik warga. Hanya saja ular-ular tersebut belum menampakkan diri.

"Tentu masih ada di sekitar kampung sini, hanya saja belum nampak. Makanya warga harus selalu waspada melihat ke kanan dan ke kiri dan barang yang bergelantungan di sekitar pohon kakaonya. Jangan gegabah karena ular bisa beradaptasi di mana saja di sekitar pohon," ujar Syarif.

Sebelumnya, Darwis yang merupakan petani kakao di Kampung Tengah, Kelurahan Pallette, Kecamatan Tanete Riattang Timur, Kabupaten Bone, nyaris ditelan ular piton, Sabtu, 1 April 2017 sekitar pukul 15.30 Wita.

Untungnya Darwis berhasil lolos dari terjangan mematikan ular piton sepanjang 7 meter yang diyakini warga setempat sebagai penjaga hutan sekitar.

Kejadian bermula saat ia berangkat ke kebun untuk membersihkan alang-alang dari pohon kakaonya. Saat sedang membersihkan pohon pohon kakao, tiba tiba ular piton itu menggigit tangannya yang sedang memegang parang dan melilit kakinya.

"Parang yang saya pegang sempat jatuh, namun saya kembali raih dan langsung menebas perut ular itu. Kemudian ular itu melepaskan lilitannya di kaki saya, selanjutnya hendak pergi tapi saya kejar lalu menebas kepalanya sehingga mati," terang Darwis.

Saat dililit ular piton itu, Darwis mengaku sempat berteriak memanggil warga setempat namun tak ada yang berani mendekat. "Saya sendirian berusaha melawan meski sempat sesak dan tak sadarkan diri, tapi hanya berlangsung beberapa menit. Saya bangkit meraih kembali parang yang terlepas dari tangan," jelas Darwis.

Usai membunuh ular piton tersebut, Darwis pun langsung berlari memberitahu warga setempat, sehingga warga beramai-ramai mengerumuni ular tersebut. Darwis sendiri dilarikan ke rumah sakit di Kabupaten Bone untuk menjalani perawatan medis.

"Alhamdulillah saya selamat, sempat juga tak habis pikir dengan kejadian itu karena saya berhasil selamat dari peristiwa maut," katanya.

Jauh sebelumnya, diakui Darwis, warga setempat sudah sering melihat ular piton berukuran besar di sekitar hutan dekat kebun kakao. Namun, ular itu hanya saja dibiarkan begitu saja.

"Warga yakini kalau diganggu, ular piton itu malah bisa beringas dan mengganggu juga, sehingga kadang dilihat jelas dibiarkan begitu saja," kata Darwis.

5 dari 7 halaman

3 Ular Piton Terbunuh

Warga Mamuju, Sulawesi Barat, intensif menangkap ular piton yang bergentayangan di permukiman. Terakhir, pada Senin, 3 April 2017, tiga ekor ular piton raksasa ditangkap warga.

Ketiga ekor ular yang ditangkap tersebut diyakini warga sebagai kawanan ular piton yang telah menelan bulat-bulat petani kelapa sawit asal Desa Salo Biro Kecamatan Karossa, Mamuju Tengah, Sulbar, bernama Akbar (28).

Ketiga ekor ular piton yang ditangkap itu langsung ditebas dengan parang kemudian dikeringkan di bawah terik matahari dan dikuliti. Tiga ekor piton yang tertangkap itu berukuran 7 meter dan ditangkap di lokasi yang berbeda.

"Masing-masing di dekat kantor pajak Mamuju, dalam kanal kompleks Pemda Mamuju, serta di dekat Bandara Mamuju," kata Anriadi, warga Lingkungan Tampadang, Kel. Bebanga Kec. Kalukku Kab. Mamuju, Sulbar, kepada Liputan6.com via telepon, Selasa, 4 April 2017.

"Ini sepertinya akan terus berlangsung jika semua pihak terkait tidak mencari solusi. Habitat ular piton akan punah, demikian juga warga setempat akan terancam," ujar Anriadi yang juga Ketua Mapala Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar itu.

Menurut dia, ular piton sering muncul di daerah Mamuju karena kondisi hutan yang mulai kritis akibat pembukaan lahan sawit. Lahan sawit hampir menguasai seluruh area hutan yang ada di Sulawesi Barat.

"Kawasan hutan diubah menjadi lahan perkebunan sawit menjadi salah satu faktor kerusakan habitat ular piton dan hewan lainnya yang menggantungkan hidupnya di hutan," terang Anriadi.

Kejadian ular piton yang memangsa petani kelapa sawit kemarin seharusnya dapat dijadikan sebagai pelajaran penting. Dahulu ular piton yang berada di kawasan hutan hanya memakan babi hutan. Sekarang karena hutan telah diubah menjadi lahan kebun sawit secara luas, ular pun kesulitan mendapatkan makanan.

"Jadi kita tidak bisa menyalahkan ular pada kejadian ini, karena mereka juga butuh makan untuk bertahan hidup, sama dengan manusia," kata Anriadi.

Menurut dia, membunuh ular piton merupakan perbuatan yang kurang efektif untuk mencegah ular masuk ke area kebun sawit. Aksi itu bisa menghilangkan populasi ular piton atau membawa kepunahan ular tersebut.

"Pemerintah seharusnya turun tangan dengan kondisi ini memberikan solusi kepada masyarakat, khususnya di area kebun sawit," kata Anriadi.

6 dari 7 halaman

Polisi Turun Tangan

Kepolisian Daerah Sulawesi Barat terus berupaya meredam konflik antara warga dan ular piton. Belakangan ini konflik memang 'memanas'. Setelah kejadian ular piton menelan petani dan nyaris terulang dengan korban lain, warga intensif menangkapi ular piton yang merangsek pemukiman.

Untuk meredamnya, Kapolda sudah menginstruksikan para Kapolres se-Sulbar untuk berkoordinasi dengan Kepala Dinas Kehutanan masing-masing. Salah satu yang ditekankan Kapolda adalah imbauan agar masyarakat tetap tenang dan menjalankan aktivitas berkebun seperti biasanya.

"Imbauannya itu untuk tetap lakukan aktivitas namun tetap waspada serta tidak turun ke kebun seorang diri tapi dalam ikatan tim minimal tiga orang," kata Kepala Bidang Humas Polda Sulawesi Barat (Sulbar), AKBP Mashurah  kepada Liputan6.com, Rabu 5 April 2017.

Mashurah mengatakan saat ini seluruh personel Bhabinkamtibmas di Sulbar sudah dikerahkan untuk terus memberikan arahan dan pendampingan kepada warga agar tetap berkebun dengan normal.

"Bhabinkamtibmas kita sudah proaktif di lapangan dalam memberikan imbauan kepada warganya masing-masing, khususnya para petani kelapa sawit," kata dia.

Sebelumnya, tiga ekor ular piton raksasa berhasil ditangkap warga Mamuju, Sulbar, Senin 3 April 2017. Ketiga ekor ular yang ditangkap tersebut diyakini warga sebagai kawanan ular piton yang telah menelan hidup-hidup petani kelapa sawit asal Desa Salo Biro Kecamatan Karossa, Mamuju Tengah, Sulbar, Akbar (28) hingga kemudian dinyatakan tewas.

Ular piton sepanjang 7 meter itu ditangkap warga di lokasi yang berbeda masing-masing di dekat kantor pajak Mamuju, dalam kanal Kompleks Pemda Mamuju serta Di dekat Bandara Mamuju. Ketiga ekor piton yang ditangkap itu, langsung ditebas dengan parang kemudian dikeringkan di bawah terik matahari dan dikuliti.

7 dari 7 halaman

Penyebab Manusia Versus Ular Piton

Peristiwa mengenaskan dialami petani kelapa sawit yang ditelan hidup-hidup ular piton berukuran besar. Kejadian yang menimpa petani bernama Akbar (25) itu memunculkan anggapan spekulasi warga setempat.

Syamsuddin (45) warga Desa Salugatta, Kecamatan Budong-Budong, Kabupaten Mamuju Tengah Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) kepada Liputan6.com via telepon menduga, kemungkinan ular piton tersebut marah. Sebab, habitatnya yang dahulunya adalah hutan belantara kini disulap menjadi kebun kelapa sawit.

"Sejak hutan belantara itu diubah menjadi lahan kebun kelapa sawit. Sejak itu pula warga sering melihat penampakan ular piton. Bukan kali ini saja," kata Syamsuddin, Rabu, 29 Maret 2017.

Bapak tiga anak itu menduga kuat kejadian ular piton menelan petani kemarin itu kemungkinan adalah karma. Hewan melata itu merasa terusik sejak rumah mereka yang berada di tengah hutan belantara dirusak dan dijadikan lahan kelapa sawit yang luasnya puluhan hektare.

"Ular piton dulunya sering muncul di daerah pasang kayu bahkan ke jalan raya sering sekali melintas dan buat pengendara kaget tiba-tiba. Yah kemana lagi mereka mencari makan kalau rumahnya dirusak bahkan diubah jadi lahan kelapa sawit," terang Syamsuddin.

Aktivis lingkungan setempat, Herman Kambuna, mengatakan kejadian naas yang menimpa petani sawit kemarin merupakan pelajaran yang berharga. Kata dia, ular adalah mahluk hidup yang butuh adaptasi dan juga merupakan hewan yang dilindungi.

"Sebenarnya ini karena awal dari habitatnya yang terganggu dimana dahulunya para ular itu menjadi hutan belantara sebagai rumahnya untuk berkembang biak. Setelah diubah menjadi lahan kelapa sawit baru ada kejadian demikian," ujar dia.

"Artinya ini ular ini jelas merasa terusik sehingga perlu perhatian serius dari semua pihak terutama dinas kehutanan," kata Herman yang juga senior dari Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar itu.

Jika hal ini tak menjadi perhatian serius pemerintah setempat, ke depan maka tak mungkin akan ada korban berikutnya. Bahkan terbuka kemungkinan ular piton di daerah Sulbar juga akan terancam punah akibat menjadi kejaran masyarakat yang dendam dengan hewan melata tersebut. Terutama usai peristiwa yang terjadi kemarin.

"Jadi ini tidak boleh disepelekan karena akan berdampak terhadap terancamnya nyawa petani lainnya, juga lebih kepada hewan ular itu sendiri," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.