Sukses

Obat Mujarab Cegah Kekerasan Klithih ala Seniman Yogya

Aksi klithih terakhir sudah benar-benar membuat warga Yogyakarta geram karena cuma menambah panjang daftar aksi kekerasan tersebut.

Liputan6.com, Yogyakarta - Aksi klithih membuat warga Yogyakarta semakin khawatir jika aksi kekerasan di jalanan itu terus-menerus menelan korban jiwa. Terakhir pada Minggu dini hari, 12 Maret 2017, seorang pelajar yang masih duduk di bangku SMP, Ilham Bayu Fajar tewas karena aksi klithih yang dilakukan sejumlah pelajar SMP dan SMA di Kota Pendidikan tersebut.

Aksi klithih terhadap Ilham juga sudah benar-benar membuat warga Yogyakarta geram karena menambah panjang daftar aksi kekerasan tersebut. Kondisi ini membuat Seniman asli Yogyakarta, Djaduk Ferianto angkat bicara. Sebagai seniman, aksi klithih ini sebenarnya juga terjadi di era mudanya dulu.

Namun saat itu memang tidak ada media yang memberikan informasi tersebut. Alhasil, perhatian masyarakat terhadap kasus ini tidak begitu terlihat.

"Dulu itu sebenarnya juga ada, kltihih itu ada setiap generasi, tapi yang penting tanggung jawab untuk meminimalisir itu yang penting. Saya juga khawatir punya anak juga soalnya," ujar Djaduk di Westlake Resort, Yogyakarta, Sabtu, 17 Maret 2017.

Djaduk mengatakan, hal paling penting dari aksi klithih adalah peran orangtua. Menurut dia, anak-anak itu butuh perhatian orangtua sekaligus butuh eksistensi. Anak-anak itu mungkin kecewa dengan kondisi yang ada di lingkungannya. Namun karena tidak didukung oleh keluarga atau orangtuanya, berujung pada hal-hal negatif.

"Kecewa dengan orangtua dan senior. Intinya ada perhatian. Dan ini seperti bisul, semakin lama maka semakin siap blunggg. Makanya ada yang lari ke miras. Kalau miras kan larinya bisa macam-macam, mungkin juga klithih," ujar dia.

Saudara kandung dari Butet Kertaradjasa ini menambahkan, saat ini ruang ekspresi di Kota Yogyakarta juga sudah mencukupi jika ditarik alasan para remaja butuh ruang ekspresi. Menurut dia, hal yang paling dari balik aksi klithih ini adalah kasih sayang orangtua dalam menjaga anak-anaknya.

"Kejengkelan-kejengkelan itu muncul semua berorentasi keluarga. Jadi contoh paling dekat, ya keluarga. Jadi keluarga adalah obat paling mujarab (mencegah aksi klithih)," ujar Djaduk.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.