Sukses

Ciri-Ciri Penculik 2 Bocah yang Melawan Balik

Kawanan penculik bocah yang gagal karena korban melawan balik itu diduga berjumlah empat orang. Salah satunya disebut berpura-pura gila.

Liputan6.com, Sumenep – Meski upaya penculikan tak berhasil karena dilawan balik, dua bocah lelaki di Kecamatan Batang-batang, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, mengalami trauma. Ciri-ciri dua dari tiga kawanan penculik itu masih diingat jelas oleh keduanya.

Dua penculik yang berpakaian wanita dan berpenutup mulut diketahui memiliki tubuh kekar, sedangkan rekannya diketahui berbadan kurus, berkaki pincang dan bertingkah seperti orang gila saat mendekati kedua bocah itu.

Menurut orangtua korban berinisial QI, Moh Noh (45), kedua orang itu mendatangi anaknya dan rekannya bernama Ba saat menjaga sawah dari burung. Pelaku berkaki pincang itu tiba-tiba bernyanyi di hadapan QI, sementara salah satu lelaki bertubuh kekar langsung memeluk tubuh QI dari belakang.

"Yang pincang itu menutup mulut QI dengan menggunakan tisu setelah pelaku yang satunya memegang dari belakang. Sedangkan, pelaku yang juga memiliki tubuh kekar memegang Ba," tutur Noh, Kamis, 16 Maret 2017.

Dua penculik yang bertubuh kekar menggunakan cadar sehingga wajahnya tidak bisa terlihat jelas. Sementara meski pelaku bertubuh kurus tidak berpenutup muka, QI mengaku tidak mengenalinya. Sosok yang pura-pura gila itu disinyalir warga merupakan warga dari luar desa mereka.

Pada saat yang sama, sopir yang diduga masih kawanan mereka tetap berada di dalam mobil. Kedua korban tidak bisa melihat perawakan sopir itu sebab jarak pandang dari tempat dua bocah itu disergap cukup jauh.
 
"Itu yang pura-pura gila membawa pisau. QI awalnya tidak merasa ada pelaku yang bertubuh kekar berada di belakangnya, dia mulai merasa sadar jika ada yang pegang ketika pelaku langsung membekap mulutnya dengan tisu. Kalau pakaian yang digunakan kedua pelaku bertubuh kekar terlihat rapi, sementara yang pura-pura gila tidak rapi," kata Noh saat dihubungi Liputan6.com.

Upaya penculikan dua bocah tersebut membuat masyarakat daerah setempat trauma. Para orangtua kini selalu mengantarkan anaknya apabila hendak berangkat sekolah maupun mengaji. Mereka tidak ingin terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan terhadap anak-anaknya.

Mereka berharap agar kejadian itu tidak kembali terulang, baik kepada anaknya sendiri maupun orang lain. Noh hanya memasrahkan sepenuhnya kepada pihak berwajib agar ke depan tidak lagi dihantui peristiwa yang cukup menakutkan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.