Sukses

Bajak Sawah Petani Sumenep, Pilih Pakai Manusia daripada Kerbau

Menurut petani setempat, kecepatan membajak sawah dengan tenaga manusia tak beda jauh dengan menggunakan kerbau.

Liputan6.com, Sumenep – Membajak sawah dengan menggunakan tenaga kerbau adalah lumrah. Namun, petani di  Kecamatan Lenteng, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, justru menggunakan tenaga manusia sebagai penarik alat bajak.

Tradisi membajak menggunakan tenaga manusia sudah turun-temurun dilakoni warga setempat. Maka itu, Anda bakal sulit menemukan traktor di desa itu.

Bagi mereka, tenaga manusia untuk menjalankan alat bajak sawah terbuat dari kayu--dikenal dengan Nanggala--lebih memudahkan mengolah ladang yang hendak ditanami. Dengan kondisi lahan yang serba bebatuan, manusia dinilai lebih memahami kondisi lahan yang sedang dibajak.

Hal itu berbeda jika menggunakan tenaga hewan. Mereka lebih sulit dikenalikan, sehingga berisiko merusak alat bajak.

"Dulu orang yang belum memiliki sapi biasanya yang narik alat bajak memang orang, tetapi hal itu menjadi kebiasaan bagi petani sampai sekarang," kata Jidal (50), seorang petani yang sedang membajak sawah tenaga manusia, Jumat, 3 Maret 2017.

Jidal menjelaskan, cara membajak sawah dengan menggunakan tenaga manusia secara keseluruhan cukup terbilang unik, karena kebiasaan yang sudah turun-temurun tidak mudah ditemukan di daerah lain, khususnya di kabupaten ujung timur Pulau Garam.  

"Sebenarnya membajak menggunakan tenaga manusia bukanlah perkara mudah. Sangat sulit apalagi sawah yang digarap penuh dengan bebatuan. Makanya harus bergiliran menarik Nanggala (alat bajak terbuat dari kayu) untuk mengobati rasa lelah," tutur dia saat ditemui Liputan6.com.

Menurut Jidal, kecepatan membajak sawah dengan menggunakan tenaga manusia tidak jauh beda dibanding menggunakan hewan. Bahkan, lebih banyak menguras tenaga saat menjalankan aktivitas mengolah sawah.

Menurut petani setempat, kecepatan membajak sawah dengan tenaga manusia tak beda jauh dengan menggunakan kerbau. (Liputan6.com/Mohamad Fahrul)

"Kalau garapan lahan itu banyak, bisa saja kami membajak sawah sekitar lima jam. Jika mulai pukul 06.00 WIB, selesainya mungkin pukul 11.00 WIB. Itu kira-kira luas lahan yang digarap seluas 625 meter persegi," kata Jidal.

Jidal menuturkan, aktivitas membajak sawah membutuhkan dua orang. Satu bekerja sebagai penarik alat bajak, sedangkan satunya menjadi pengendali yang memegang alat bajak tersebut agar jalannya alat bajak menjadi lancar.

Apabila hendak menanam sebuah komuditas seperti jagung atau kacang hijau, terdapat seorang perempuan yang mengikuti di belakang orang yang sedang membajak dengan menabur benih ke lubang bekas dari moncong alat bajak di depannya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.