Sukses

Menengok Sejarah Makar di Nusantara

Aksi makar tercatat dalam sejarah kerajaan-kerajaan di nusantara.

Liputan6.com, Jakarta - Wacana makar sempat mencuat di ruang sosial publik Tanah Air di penghujung akhir tahun lalu. Pemerintah sempat menahan sejumlah politisi dan tokoh dengan jeratan dugaan makar. Istilah makar pun sempat populer di media dan media sosial. 

Aksi makar memang selalu mengusik pemerintah yang berkuasa, sebab mengguncang tata harmoni yang dibangun. Kegiatan merebut kekuasaan yang sah tanpa melalui mekanisme yang normal itu bukan barang baru di nusantara. Berbagai literatur menunjukkan praktik makar mewarnai sejarah kerajaan-kerajaan yang pernah berdiri di nusantara. 

Bicara sejarah makar di Nusantara tak bisa meninggalkan nama Ken Arok, sosok sentral di balik penggulingan Tunggul Ametung, akuwu Tumapel - cikal bakal Kerajaan Singasari. Penggulingan itu tercatat sejarah sebagai makar pertama yang terjadi di bumi Nusantara.

Arok, seorang keturunan petani yang sukses menjadi prajurit militer di Tumapel--kepanjangan tangan Kerajaan Kediri--itu dengan sempurna melakukan kudeta berkat kejeliannya dalam permainan catur politik. Dia pintar memainkan intrik dengan sokongan rakyat jelata, tempatnya berasal.

Sebelum mendirikan kerajaan Singasari kelak pada 1222 Masehi, Arok tahu dan paham betul kondisi Tumapel saat itu sangat kacau. Kondisi itu dijadikannya sebagai lahan basah untuk membentuk basis pemberontakan bersama rakyat. Dia memahami penderitaan rakyat yang hartanya dirampas untuk upeti Kerajaan Kediri oleh sang Akuwu.

Setiap pergerakan Arok menuju puncak kekuasaan direncanakan sangat matang. Arok yang tak diketahui orangtuanya itu mendekati kelompok intelektual dan Brahmana (kelompok agamawan). Kelompok-kelompok itu memang dari awal kurang diperhatikan oleh Tumapel.

Arok juga menyadari, seorang pemimpin butuh legitimasi. Karenanya, dia melobi keras kelompok intelektual dan Brahmana untuk mendapatkan legitimasi tersebut. Gayung pun bersambut. Mereka mendukung rencana Arok.

Arok benar-benar menunjukkan kepintarannya dalam berpolitik. Dia membangun jaringan dengan akar rumput. Ia menempatkan orang-orangnya di beberapa sektor strategis. Mulai petani gurem yang tanahnya dirampas penguasa, hingga kelompok budak dan buruh.

Arok bahkan mendirikan laskar perempuan yang dipimpin Ken Umang. Masing-masing sektor itu kemudian membangun hubungan secara strategis satu sama lain untuk menunjang rencana makar kepada Ametung.



* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kambing Hitam

Siasatnya juga ditunjukan saat dia hendak menghimpun dana pergerakan. Dia bersama kelompoknya menciptakan kekacauan dengan cara mencegat pengiriman upeti dari Tumapel yang hendak disetorkan ke Kediri.

Mereka kemudian merampas barang-barang yang dibawa. Ada emas, hasil bumi, uang, dan lain-lain. Semua barang itu yang digunakan Arok dan kelompoknya sebagai anggaran pergerakan.

Rencana Arok kemudian berlanjut. Usai tatanan di bawah mapan, dia masuk ke level selanjutnya. Dia menjadi prajurit militer dan mengabdi pada Tumapel. Dia bahkan berhasil menjadi pengawal Ametung.

Di tingkatan ini, dia juga sudah mematangkan rencana dengan cara kembali meraih dukungan. Dia tahu dukungan tak cuma dari rakyat semata, untuk mencapai puncak butuh tangan-tangan lain yang bisa menopangnya berdiri, termasuk dari kalangan militer.

Sampai pada suatu ketika, dia berhasil mendapat dukungan dari kelompok bersenjata. Tak lupa ia memaksa seorang pembuat keris, Mpu Gandring untuk membuatkannya keris yang ampuh untuk menewaskan orang hanya sekali tikam. Sebab semua tahu, Ametung tak mempan ditembus keris biasa.

Arok sempat menunjukkan keris yang diambil paksa dari Mpu Gandring itu kepada Kebo Ijo. Anak buah Mpu Gandring yang suka pamer itu pun meminjam keris tersebut dan memamerkannya ke seluruh Tumapel. Semua rakyat pun jadi tahu bahwa keris itu milik Kebo Ijo. Cipta kondisi itu yang memang diinginkan Arok untuk rencana pembunuhan Ametung.

Kini, Arok sudah punya semuanya untuk menggulingkan Ametung yang direncanakan selama dua tahun. Legitimasi dari kaum intelektual dan Brahmana, rakyat mendukung, punya dana besar, kekuatan militer, dan persenjataan.

Belum lagi peran Ken Dedes, si cantik jelita istri Ametung juga sangat penting dalam rencana kejatuhan suaminya itu. Dedes jatuh cinta pada Arok yang naik kelas dari kaum sudra menjadi ksatria itu.

Arok yang pintar dalam bahasa sanksekerta dan jago merapal kitab-kitab itu kian membuat Dedes terpesona. Cinta buta itu yang membuat Dedes mau bersekongkol dengan Arok menjungkalkan Ametung, suami yang menikahinya secara paksa itu.

Arok pun dengan mudah bergerak. Satu komandonya cukup untuk membuat istana Tumapel terkepung. Dia pun berhasil membunuh Ametung di kamarnya Dedes dengan sekali tikaman keris buatan Mpu Gandring.

Ametung pun lewat. Tumapel jatuh ke tangan Arok. Aksinya tak berhenti di situ. Dia mengambinghitamkan Kebo Ijo, rekan persekongkolannya dalam pembunuhan Ametung. Bukti sahihnya adalah keris yang sebelumnya dipamerkan Kebo Ijo di depan rakyat Tumapel.

Dengan bukti tak terbantahkan itu, Kebo Ijo kemudian diadili di depan khalayak dan dihukum mati juga menggunakan keris yang sama untuk membunuh Ametung tersebut.


* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.