Sukses

Longsor di Minggu Petang, Dalam 2 Menit Harta Benda Hilang

Di antara harta benda warga Purbalingga yang terseret longsor itu ada rumah yang baru dibangun sebulan lalu.

Liputan6.com, Purbalingga – Sejumlah 59 rumah di atas tebing Dusun Karangwuni, Desa Sirau, Kecamatan Karangmoncol, Purbalingga, terancam terbawa longsor. Hujan lebat menjadi momen paling kritis yang bisa menyebabkan longsor.

"Jika hujan lebat, warga harus langsung mengungsi," kata Bupati Purbalingga, Tasdi, saat meninjau lokasi longsor di desa tersebut, Selasa, 21 Februari 2017.

Ia mengatakan dua rumah sudah hilang akibat diterjang banjir dan longsor. Menurut dia, kajian geologi sedang dilakukan untuk menilai apakah daerah tersebut masih layak untuk ditinggali manusia atau tidak.

Kajian tersebut tidak hanya untuk lokasi longsor di Sirau, tetapi juga untuk lokasi lain yang berpotensi timbul tanah longsor. "Yang akan dilakukan pertama adalah mendatangkan alat berat untuk menyingkirkan tanah longsoran yang ada di jalan sehingga memperlancar arus lalu lintas. Kalau mungkin besok sudah ada di lokasi longsor," kata dia.

Kepala Pelaksana Harian BPBD Purbalingga Satya Giri Podo menuturkan, longsor di Dusun Karangwuni, Desa Sirau, Kecamatan Karangmoncol, terjadi pada Minggu petang, 19 Februari 2017, sekitar pukul 18.00 WIB, mengakibatkan dua rumah hilang. Masing-masing rumah dihuni empat jiwa.

Material longsor juga menimbun tiga unit sepeda motor dan satu kandang ayam milik Darsono (45), warga setempat. Longsoran juga menimbun sawah warga.

Jalan utama penghubung Desa Sirau, Kecamatan Karangmoncol dan Desa Danasari, Kecamatan Karangjambu juga putus total karena tertutup longsoran tanah. Beruntung saat kejadian penghuni rumah sudah mengungsi, sehingga tidak ada korban jiwa.

"Penanganan yang sifatnya darurat, sudah kita sampaikan kebutuhan pokok berupa makanan. Kemudian tikar, mi instan, beras dan sebagainya," kata dia.

Penanganan darurat yang lain, pihaknya sudah mengimbau warga yang dimungkinkan terdampak longsor itu, apabila intensitas hujan tinggi bersedia untuk diungsikan di tempat yang aman.

"Lokasi pengungsian ditunjuk oleh kepala desa dan sudah kita rekomendasikan," ujar dia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dua Menit nan Kritis

Sugiyanto (45), warga Sirau yang kehilangan rumahnya mengatakan, rumah yang diterjang longsor baru selesai dibangun satu bulan lalu. Ia mengatakan, sebelum longsor sudah diberitahu kalau tanah di lahan Perhutani sudah bergerak.

"Begitu diberitahu dan seperti terdengar suara gemuruh, saya langsung pergi dengan mengajak istri dan anak. Hanya selang dua menit, rumah saya langsung tersambar tanah longsor itu. Jika terlambat sedikit, mungkin nasib kami sudah lain ceritanya," kata Sugiyanto.

Sugiyanto menuturkan, lokasi rumahnya berada di dekat sungai kecil dan berjarak sekitar 50 meter dari lokasi rumah tetangga lainnya. Rumahnya dan rumah Teguh (30) korban lain memang berada di bagian bawah tebing. Tidak jauh dari dua rumah itu juga ada kandang ayam milik Darsono.

"Sepertinya lekukan, lokasi itu menjadi jalan tanah yang bergerak. Saya sempat melihat pohon-pohon yang masih utuh dan menjulang tinggi bergerak menyapu rumah kami," kata Sugiyanto.

Sisa puing rumah yang masih tersisa hanya terlihat dari besi cor yang tinggal kerangkanya saja. Sementara, sungai yang semula berada di sisi kanan rumah sudah tertutup tanah. Aliran sungai belum membentuk dan melewati jalan desa. Gorong-gorong sungai itu juga tersumbat batang pohon ukuran besar.

Sugiyanto dan keluarga kini hanya bisa pasrah. Hanya baju yang dikenakannya yang masih tersisa. Harta benda ludes terbawa lumpur yang bercampur air.

Ia kini mengungsi di rumah kerabatnya di Desa Danasari, Kecamatan Karangjambu, hanya beberapa puluh meter dari lokasi bencana. Lokasi bencana itu berada di perbatasan desa antara Desa Sirau dan Desa Danasari.

Hal senada juga diungkapkan Teguh. Ia tak sempat menyelamatkan barang-barang yang ada di rumah. Begitu mendapat kabar jika tanah di bagian atas gunung bergerak, yang dibenaknya hanya harus segera pergi menyelamatkan diri. Ia memilih pergi ke wilayah Desa Danasari yang lokasinya lebih tinggi.

"Saya juga tak sempat membawa barang-barang di rumah. Semuanya lenyap begitu saja, ada emas, uang tunai dan sepeda motor. Saya tetap bersyukur karena kami sekeluarga selamat," tutur Teguh.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini