Sukses

Kerugian Bencana Alam Rp 30 Triliun Setiap Tahun

Sebanyak 2.384 bencana alam terjadi sepanjang tahun lalu, frekuensi maupun intensitasnya cenderung meningkat.

Liputan6.com, Palembang Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)  menilai  Indonesia adalah negara yang sangat rawan bencana alam. Dari rekapan sepanjang 2016, ada sebanyak 2.384 bencana alam dan secara frekuensi maupun intensitasnya cenderung meningkat.

Kepala (BNPB) Willem Rampangilei,mengatakan, bencana alam di Indonesia menelan kerugian sekitar Rp 30 triliun.

"Itu tidak termasuk bencana besar seperti di kota Bima, Garut dan Aceh,” ujarnya epada Liputan6.com, seusai mengikuti Apel Siaga Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) Sumatera Selatan (Sumsel), di halaman Griya Agung Palembang, Sabtu 18 Februari 2017.

Bencana alam dengan nilai kerugian hingga triliun rupiah itu adalah bencana yang rutin terjadi. Bahkan ada potensi kecenderungan bencana alam terus meningkat.

Menurut Willem, ada beberapa faktor yang mendukung tingginya bencana alam terjadi, seperti laju degradasi lingkungan yang jauh lebih cepat hingga tiga kali lipat dibandingkan upaya pemulihan. Lalu, cuaca hujan yang ekstrem dengan volume yang sama, namun datangnya lebih besar dengan periode yang singkat sehingga daya tampung sedikit.

Faktor urbanisasi juga mempengaruhi karena tidak diimbangi dengan tata ruang yang baik dan perilaku masyarakat memberlakukan sungai dengan tidak baik yang juga menjadi pemicu bencana alam di Indonesia.

Dari data yang disampaikan, ada 150 juta masyarakat Indonesia yang tinggal di kawasan rawan bencana alam, di mana 60 juta masyarakat tinggal di kawasan rawan banjir, 40 juta masyarakat hidup di kawasan tanah longsor, 4 juta masyarakat di kawasan rawan tsunami. Yang terakhir sebanyak 1,1 juta masyarakat yang tinggal di kawasan rawan erupsi.

“Kita sudah punya petanya hingga ke tingkat kabupaten. Bahkan kita punya indeks resiko bencana alam Indonesia. Inilah tantangannya untuk menurunkan indeks bencana,” katanya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Cegah Kebakaran

Untuk bencana kabut asap yang ditimbulkan dari Karhutla di Sumsel dan Riau, BNPB sedang menyiapkan berbagai upaya antisipasi, salah satunya dengan terus berkoordinasi dan bekerjasama dengan Pemerintah Daerah (Pemda) dan perusahaan Hutan Tanaman Industri (HTI).

Bahkan kondisi cuaca pada 2017 ini dinilai akan lebih berat dibandingkan 2016. Sehingga mereka sudah melakukan persiapan pencegahan, seperti mendirikan posko koordinasi, menyiapkan peralatan pencegahan dan pemadaman kebakaran, hingga mendatangkan heli waterboombing.

“Kemarau tahun ini akan lebih panjang dibanding tahun lalu. Jangan sampai lengah, kita akan siapkan 2 unit Heli Water boombing di Sumsel. Di Riau sudah terjadi kebakaran, namun sudah dipadamkan. Antara Riau dan Sumsel mempunyai karakteristik kebakaran yang berbeda,” katanya.

Dalam Apel Pencegahan Karhutla Sumsel, turut hadir Kepala Staf Kepresidenan, Teten Masduki. Kehadirannya dalam acara ini untuk memastikan persiapan Sumsel dalam melakukan pencegahan Karhutla 2017.

“Pesan Presiden RI soal asap, agar penangggulangannya mnjadi perhatian. Pentingnya kerjasama dengan pihak kebun untuk lahan konservasi dan harus puya managemen yang baik,” katanya.

General Manager Fire Managemen Asian Pulp and Paper (APP) Sinar Mas, Sujica Lusaka mengaakan, pihaknya akan memberikan dukungan dan bantuan dalam pencegahan dan penanganan Karhutla 2017.

Pihaknya telah memiliki situation room centre sebagai pusat pendistribusian informasi deteksi hotspot diseluruh lahan konsesi APP Sinarmas dan mitra pemasok. Upaya APP Sinarmas didukung oleh 2.700 pemadam terlatih dan 2.000 Masyarakat Peduli Api (MPA).

Beberapa perangkat pendukung yang disiapkan APP Sinarmas seperti 6 unit helikopter untuk Fire Spotting dan Water Boombing dengan kapasitas 4.000 Liter air. Ada 80 unit menara pendeteksi api, 266 pos pantau, 160 truk air, 500 unit kendaraan patrol dan 1.150 unit pompa air.

“Kita juga menggalakkan program terpadu Desa Makmur Peduli Api (DMPA) untuk menjaga kelestarian lingkungan, merubah kebiasaan petani membakar lahan dan meningkatkan pendapatan masyarakat hingga 70 Persen,” katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini