Sukses

Banjir dan Belajar yang Tercerai

Mereka belajar meski hanya beralaskan tikar. Badan membungkuk saat menulis tak jadi masalah bagi anak-anak itu.

Liputan6.com, Semarang Banjir tak menghalangi semangat Nurul dan Ahmad. Dua siswa SDN Sayung 1 Demak kelihatan gembira. Kaki-kaki kecil mereka melangkah hati-hati menyibak genangan air. Mereka tetap berangkat ke sekolah, yang sudah berpekan-pekan direndam air.

Lokasi sekolah yang dekat dengan Kali Dombo, menyebabkan sekolah itu sangat akrab dengan banjir. Terlebih lagi ketika musim hujan seperti sekarang. Genangan air akibat luapan Kali Dombo bahkan pernah mencapai kedalaman 1 meter.

Jelas situasi ini sangat tidak nyaman untuk proses belajar mengajar. Kepala SDN 1 Sayung, Ning Swarti, mengatakan pihaknya tetap berusaha menjalankan amanat mencerdaskan anak didiknya, meski harus tempat belajar tak lagi di sekolah.

"Kelas 4 ,5 dan 6 kegiatan belajar mengajar (KBM)  dipusatkan di balai desa. Untuk kelas 1, 2 dan 3 dititipkan ke rumah penduduk. Airnya semakin tinggi. Untuk KBM sudah tidak memungkinkan lagi. Kasihan anak anak," kata Ning Swarti, Sabtu (18/2/2017).

Selain kedalaman genangan yang pernah mencapai 1 meter di halaman sekolah, ternyata ruang kelas juga terendam. Hanya saja, para guru dan punggawa sekolah lainnya sudah cukup hapal dan mengantisipasi perlengkapan sekolah di tempat yang lebih tinggi, sehingga aman dari genangan. Mereka mencoba mengakrabi banjir.

"Ada lima ruang kelas, ruang guru dan perpustakaan terendam banjir. Kesehatan guru dan siswa terganggu. Kadang kami mengajar seperti berlomba garuk-garuk kaki karena gatal. Guru dan siswa kakinya gatal karena kutu air," kata Ning.

Kini, para siswa menemukan tempat yang lebih kering, yaitu aula atau balai desa setempat. Jangan bayangkan ruang belajar itu memadai, mereka hanya beralaskan tikar saja. Badan membungkuk saat menulis tak jadi masalah bagi anak-anak itu.

"Ada juga yang tidak berangkat sekolah. Tapi kami memaklumi jika ada siswa yang tidak berangkat sekolah. Kondisinya memang sedang darurat. Selain itu, mungkin saja mereka sakit," kata Ning.

Ning Swarti berharap, anak-anak didiknya tak hanya belajar sebatas pelajaran yang diajarkan guru. Namun juga bisa memetik pelajaran lainnya dalam situasi darurat. Diharapkan, kelak anak-anak yang bersemangat itu akan lebih bijak menyikapi alam, dan lebih akrab berdialog dengan alam.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini