Sukses

Etape Terakhir Sang Pengawal Jenazah 'Berenang' ke Kuburan

Sang pengawal jenazah berenang akankah menjadi jenazah berenang berikutnya?

Liputan6.com, Semarang Jumeno (28) warga Dusun Ndoro, Desa Tanjungsari, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, menuntaskan hidupnya saat menjalankan tugas sebagai pengawal jenazah berenang.

Rabu, 8 Februari 2017, merupakan etape terakhir aksi pengawal jenazah berenang Si Jago Renang itu. Jumeno hanyut terbawa arus banjir Sungai Lusi saat mengawal jenasah Jinem berenang menuju pemakaman.

Menurut Masruri, salah satu pengawal jenazah berenang lainnya, tanda-tanda Jumeno tidak akan tuntas menjalankan tugas mengantar jenazah Jinem sudah terlihat saat terlihat terengah-engah melawan arus banjir bandang Sungai Lusi.

"Benar, perjalanan masih setengah baru sekitar 50 meter, Jumeno sudah terengah-engah kepayahan. Akhirnya pegangannya pada rakit yang mengusung keranda terlepas," kata Masruri kepda Liputan6.com.

Jumeno sempat hendak diselamatkan Masruri, namun arus yang deras dan konsentrasi Masruri dalam menjaga jenazah Jinem di keranda agar tak hanyut, menyebabkan upaya penyelamatan Jumeno gagal.

Sejak dinyatakan terbawa arus dan hilang ditelan banjir, Tim Basarnas Pos SAR Jepara bersama polisi dan TNI langsung menggelar operasi pencarian dan penyelamatan. Pencarian dan penyelamatan ini lebih terpola, yakni dengan pembagian tim.

Menurut Affandi, salah satu petugas dari Basarnas Kantor SAR Semarang yang menerima laporan dari Pos SAR Jepara, operasi itu melibatkan dua regu. Regu pertama menggunakan perahu karet dan menyusur sepanjang sungai Lusi.

"Tim kedua berada di darat. Mereka menyusuri tepian sungai untuk mencari tanda-tanda keberadaan Jumeno. Sejak operasi digelar kami mengalami masalah, yakni kondisi air sungai masih sangat deras dan keruh," kata Affandi, Jumat (10/2/2017).

Sementara, Koordinator Basarnas Pos SAR Jepara Wisnu Yoga menyebutkan pencarian juga melibatkan masyarakat setempat. Pihaknya mengakui masyarakat setempat lebih mengenal medan dan karakter Sungai Lusi.

"Alhamdulillah, korban ditemukan hari ini berjarak delapan kilometer dari lokasi dia tertelan arus. Jadi korban terseret ke arah timur, sesuai arah arus yang hingga kami evakuasi juga masih deras," kata Wisnu Yoga.

Ketika ditemukan, Jumeno sudah dalam keadaan meninggal dunia. Usai dievakuasi, jenazah langsung diserahkan kepada keluarganya di RT 02/ RW 05 Dusun Pojok, Desa Kalirejo, Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan.

Jenasah Jumeno akan dimakamkan di makam tempat jenazah Jinem dimakamkan. Artinya, Jumeno bakal menjadi jenazah berenangmenuju pemakaman.

"Kami sekarang sudah punya rakit yang terbuat dari pipa PVC atau paralon mas. Sebelumnya kami memanfaatkan batang pohon pisang untuk rakit. Untuk Jumeno, pasti almarhum akan dimakamkan di tempat kemarin, jadi harus dikawal penyeberangannya," kata Masruri.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Takut Membayar

Warga di tepian Sungai Lusi memang tak memiliki tanah makam sendiri. Karena itu, ketika meninggal dunia, masih harus berenang menuju pemakaman. Para tetangga hanya bertugas mengawal dan menjaga agar jenazah tak dibawa arus Sungai Lusi.

Sementara itu, Kepala Humas Basarnas Kantor SAR Semarang Zulhawary Agustianto menyebutkan sebaiknya masyarakat berkoordinasi dengan petugas SAR atau polisi atau BPBD ketika hendak menyeberang sungai mengawal jenazah berenang. Dengan peralatan yang lebih memadai, jumlah korban tentu bisa diminimalisasi.

"Kendala tim SAR adalah jumlah personil yang sedikit. Tapi jika dengan bantuan BPBD setempat tentu akan lebih mumpuni," kata Zulhawary kepada Liputan6.com.

Tentang tawaran Basarnas, warga tak serta merta mengiyakan. Jupri, salah satu warga, menyebutkan pelibatan aparat pemerintah akan menambah beban keluarga. Setidaknya mereka akan mengeluarkan ongkos untuk mendapatkan supervisi dan pengawalan yang memadai.

"Masa mengundang petugas nggak membayar? Meskipun mereka nggak minta, tapi kebiasaan para petugas itu kan seringkali berharap diopeni (jawa, artinya diurusi) kebutuhannya. Misalnya menggunakan perahu karet, kami yang harus membeli BBM mesin perahu tempelnya," kata Jupri, salah satu warga tepi sungai Lusi.

Namun, Zulhawary menegaskan pelayanan Basarnas memang diberikan secara cuma-cuma. Tak ada beban apapun kepada masyrakat.

"Saya tidak tahu jika ada petugas di luar Basarnas yang seperti itu. Yang jelas di Basarnas tidak ada yang seperti itu. Kebahagiaan kami, para petugas SAR adalah saat berhasil membantu masyarakat," kata Zulhawary.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini