Sukses

Jurus Jagung Bantu Petani Ubah Kebiasaan Bakar Lahan

Lahan yang biasa dibakar sembarangan itu kini bisa menghasilkan 2,4 ton jagung sekali panen.

Liputan6.com, Palembang - Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) hebat yang terjadi di Sumatera Selatan (Sumsel) pada 2015 lalu juga disumbang oleh kebakaran di lahan petani di beberapa kabupaten di Sumsel. Kini, kebiasaan membakar lahan sudah ditinggalkan para petani karena adanya aktivitas penanaman jagung di lahannya.

Iwan Hendri, Social and Comodity Development PT BAP, mengatakan, melalui program Desa Makmur Peduli Api (DMPA) Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten Banyuasin, Sumsel, pihaknya bekerja sama dengan Asian Pulp and Paper (APP) Sinarmas menyosialisasikan kegiatan tanam jagung untuk memanfaatkan lahan agar tidak dibakar.

"Kita menyediakan 20 persen lahan konsesi dari Hutan Tanaman Industri (HTI) untuk digarap petani, membangun infrastruktur dan memenuhi kebutuhan sarana produksi tani serta membuat kelompok Maju Tani agar mereka meninggalkan tradisi membakar lahan," ujar dia kepada Liputan6.com, Selasa (7/2/2017).

Jumlah kelompok Maju Tani yang mengikuti program DMPA 2016 adalah Kelompok Distrik Air Sugihan Desa Bukit Batu sebanyak satu kelompok, Kelompok Maju Tani Distrik Simpang Heran, Desa Banyu Biru sebanyak satu kelompok.

Lalu, Kelompok Maju Tani Distrik Desa Kampung Bagan Rame sebanyak empat kelompok dan Kelompok Maju Tani Distrik Sungai Batang sebanyak empat kelompok. Jenis tanaman yang digunakan dalam program DMPA 2016 adalah jagung, padi dan usaha rumahan pembuatan terasi.

Satu kelompok perwakilan dari tiap desa, terdiri dari 24 - 25 orang petani. Mereka juga memanfaatkan lahan konsesi seluas 1 hektare untuk tiap petani agar bisa menanam jagung. Dari koperasi desa, para petani bisa mendapatkan bibit, pupuk dan racun dengan harga yang lebih terjangkau.

"Sistem kita pembayaran setelah panen, di mana harganya sangat terjangkau dan hanya ditambahkan bunga 10 persen. Bunga tersebut disetor ke koperasi desa untuk dikelola kembali guna membeli kebutuhan petani selanjutnya," ucap dia.

Menurut Asnawi, Social and Comodity Development PT BAP sekaligus Humas Distrik Simpang Heran, setelah panen padi, biasanya para petani langsung meninggalkan lahannya hingga akhirnya ditumbuhi ilalang tinggi.

"Kebiasaan membakar lahan terjadi setiap tahunnya dan mereka tidak mempunyai pilihan untuk menebas ilalang," kata dia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dobel Pemasukan

Jeni, Ketua Kelompok DMPA Distrik Simpang Heran, Desa Banyu Biru mengungkapkan, program DMPA ini bisa melepaskan para petani dari jeratan bunga tengkulak yang melambung tinggi. Mereka juga tersadar untuk tidak membakar hutan karena bisa memanfaatkan lahan pasca-panen padi.

"Dulu kami melempar api ke sembarang arah di lahan padi. Di mana apinya mati, di situlah batas kami menanam padi kembali. Karena untuk menebas ilalang yang tinggi, hanya mudah dengan membakar lahan," kata Jeni.

Mereka kini tidak lagi menggunakan sistem tersebut karena lahan bekas panen padi bisa dimanfaatkan kembali untuk menanam jagung. Jelang musim penanaman padi, tanaman jagung pun sudah bisa dipanen sehingga mendongkrak perekonomian petani.

Sementara itu, Ketua Kelompok Maju Tani, Jamin mengatakan, sejak penanaman jagung di awal Mei 2016, mereka sudah panen jagung sebanyak dua kali.

"Pada September 2016 lalu, kita panen jagung sebanyak 2,4 ton/hektare dan langsung dijual ke penampung seharga Rp 2.800/buah. Awal Febuari ini, kita panen lagi dan sedang dalam proses pemetikan," kata Jamin.

Sebelum adanya kerja sama itu, para petani di Desa Bukit Batu hanya mengandalkan penjualan panen kelapa sawit yang jauh dari kata layak. Mereka bahkan terkadang harus menerima bayaran dari hasil panennya yang diambil oleh perusahaan sawit di daerah mereka.

Lahan itu juga menjadi ladang rezeki bagi petani lainnya, yaitu dengan bekerja sebagai petani harian saat proses menyebaran bibit, penyemaian pupuk hingga pemetikan jagung di musim panen.

"Sekarang kita bisa mendapatkan uang tambahan lebih dari panen jagung. Kegiatan pembakaran lahan juga sudah lama kami tinggalkan dan semoga semua petani di desa kami bisa mendapatkan kesempatan yang sama dalam program ini," ujar Jamin.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.