Sukses

6 Pertarungan Manusia versus Hewan Buas yang Bikin Merinding

Ada sebab ada akibat. Begitu pula dengan serangan-serangan hewan buas tersebut kepada manusia, pasti ada penyebabnya.

Liputan6.com, Jakarta - Meski kerap terjadi serangan hewan buas kepada manusia, namun hewan dan manusia sejatinya hidup berdampingan. Bahkan, banyak manusia yang ternyata punya hubungan khusus dengan hewan, sekalipun hewan itu termasuk hewan buas.

Sudah banyak cerita manusia bersahabat dengan harimau, singa, ular, ataupun buaya. Tapi tak sedikit pula kisah tentang manusia mendapat serangan dari hewan, baik hewan buas maupun hewan yang biasanya jinak.

Ada sebab ada akibat. Begitu pula dengan serangan-serangan hewan tersebut kepada manusia, pasti ada penyebabnya.

Dalam catatan Liputan6.com, dalam setahun terakhir, setidaknya ada enam cerita hewan buas menyerang manusia di Indonesia. Berikut catatannya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 7 halaman

Beruang Madu Serang Petani Karet

Bahrun (45), warga Jalan Tanjung Raden RT 6, Kelurahan Danau Teluk, Kota Jambi, menjadi korban serangan beruang madu (Helarctos malayanus) Senin, 30 Januari 2017, saat beraktivitas di kebun karetnya.

"Paman diterkam beruang madu di kebun karetnya hingga mengalami luka cukup serius di bagian kepala dan tubuhnya. Dia masih dirawat di salah satu ruang perawatan rumah sakit ini," kata keponakan korban, Asep di RSUD Raden Mattaher Kota Jambi, Jambi seperti dikutip Antara, Selasa (31/1/2017).

Kejadian yang menimpa pamannya tersebut terjadi pada kemarin sore. Pria paruh baya yang ketika itu sedang memotong karet di daerah Sungai Toman, Kecamatan Mendahara Hulu, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, tiba-tiba diterkam beruang madu dewasa berukuran besar dari belakang.

Akibat serangan beruang madu yang tiba-tiba itu, Bahrun mengalami luka cukup serius di bagian kepala dan tubuhnya.

Bahrun sempat mencoba melawan sekuat tenaga untuk lepas dari serangan beruang tersebut. Ia bisa melawan beruang setelah berhasil mengambil kayu ukuran besar dan kemudian memukulkannya ke tubuh binatang buas tersebut.

"Kemudian ia ditolong warga dan dilarikan ke rumah sakit," kata Asep.

Warga setempat sempat mengetahui di daerah kebun karet tempat Bahrun bekerja itu memang beberapa hari lalu terlihat ada beruang madu yang berkeliaran.

3 dari 7 halaman

Ular Sawah Jadi Tersangka Kematian Warga

Seekor ular sawah diamankan puluhan warga di Dusun Payarumbai, Kecamatan Siberida, Kabupaten Indragiri Hulu, Riau. Dia menjadi "tersangka" pembunuhan terhadap seorang warga atas lilitan mautnya.

Menurut Kabid Humas Polda Riau Kombes Pol Guntur, korban bernama Wahyu ditemukan tewas di Jalan Poros dusun tersebut. Tubuhnya saat ditemukan warga sudah remuk.

"Korban diduga kehabisan napas ketika dililit ular sepanjang enam meter itu," kata mantan Kapolres Pelalawan ini, Jumat, 20 Januari 2017.

Keterangan dari warga, korban diduga dililit ular pada Kamis, 19 Januari 2017, sekitar pukul 23.00 WIB. Kala itu, korban baru saja pulang dari tempatnya bekerja dan bertemu dengan ular dimaksud.

"Diduga ular ini ingin memakan korban dan dililit," kata Guntur.

Hanya saja setelah lilitan itu dan korban tak bernyawa lagi, warga setempat melintas. Ular itu kemudian menghilang ke semak-semak dan susah dicari akibat gelapnya malam.

Untuk menghindari adanya korban lain, warga berkumpul pada Jumat pagi dan melanjutkan pencarian.

"Ular itu kemudian ditemukan di sebuah parit kecil. Warga langsung menangkapnya dan mengamankannya ke sebuah rumah warga," kata Guntur.

Ular ini menjadi perhatian warga. Puluhan orang berbondong-bondong untuk menyaksikan dan mengabadikannya lewat kamera telepon seluler atau ponsel.

"Selanjutnya ular ini akan diserahkan kepada pihak berwenang yang menangani masalah satwa," kata Guntur.

Jenazah korban belitan ular sawah tersebut, tambah Guntur, sudah dibawa keluarganya untuk disemayamkan dan dikuburkan.

4 dari 7 halaman

Harimau Serang Pencari Daun Nipah

Warga Desa Prumpung Raya Kecamatan Lalan, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan (Sumsel), dihebohkan dengan penyerangan Harimau Sumatera. Hewan langka itu menyerang warga yang sedang mencari daun nipah di Hutan Lindung Desa Prumpungan Raya.

Dari informasi yang diperoleh, kejadian berlangsung pada Selasa malam, 10 Januari 2017, sekitar pukul 20.00 WIB. Lima warga Kabupaten Banyuasin, Sudir (25), Udin, Mus, Saidina, dan Limin sedang mencari daun nipah di pinggir sungai Hutan Lindung Desa Prumpung Raya menggunakan perahu ketek.

Setelah menambatkan perahunya di pinggiran sungai, kelima warga tersebut lalu berjalan pulang ke arah Desa Prumpungan Raya. Tiba-tiba, harimau datang dari belakang dan langsung menerkam kelima warga tersebut.

Keempat warga berhasil meloloskan diri dari serangan harimau tersebut. Sedangkan, seorang pencari daun nipah tak sempat selamatkan diri.

Menurut Kasat Reskrim Polres Muba AKP Novi Etyanto, Harimau Sumatera langsung menerkam korban dan mengenai hampir seluruh tubuh korban. Karena terluka parah akibat serangan harimau itu, Sudir akhirnya tewas di tempat.

"Korban mengalami gigitan di leher, patah tulang kaki kanan dan cerkaman di wajahnya. Setelah korban tewas, harimaunya langsung berlari masuk ke dalam hutan lagi. Kini, korban sudah dikebumikan di kediamannya, di Desa Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin. Benar, di pinggiran hutan lindung," ujar Novi kepada Liputan6.com.

Herman Sawiran, polisi hutan BKSDA Sumsel mengaku mendapat informasi dari Sekretaris Desa (Sekdes) Mekar Jaya, Kabupaten Muba, Sumsel. Kelima warga tersebut, kata dia, memang sering mencari daun nipah di kawasan tersebut.

"Kita awalnya Kita memang kesulitan mendapatkan informasinya, karena sinyal telepon di sana kurang bagus dan jaraknya jauh dari kota Kabupaten Muba," ujar Herman.

Menurut Asep Adhi dari Conservation Saints, penyerangan harimau kepada warga kemungkinan disebabkan insting untuk melindungi diri, bukan untuk memangsa manusia.

"Mungkin karena tidak ingin diburu oleh manusia, harimau tersebut duluan menyerang manusia. Bisa jadi karena habitat mangsanya juga habis dan warga tersebut masuk ke kawasannya, sehingga harimau itu menyerang," kata dia.

Namun, ada juga kemungkinan Harimau Sumatera yang menyerang itu sudah berusia lanjut, sekitar 40-50 tahun. Pasalnya, harimau muda bersikap menghindari manusia.

"Tapi, kasus seperti ini baru pertama kali saya dengar di kawasan Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel). Karena beberapa tahun terakhir, justru harimau yang diburu manusia," kata Asep.

5 dari 7 halaman

Buaya Lahap Nelayan

Warga Desa Asantola, Kecamatan Pulau Banyak Barat, Kabupaten Aceh Singkil, menangkap seekor buaya laut.

Penangkapan hewan reptil sepanjang 5,6 meter pada Rabu, 28 Desember 2016, itu melibatkan pawang buaya dari kabupaten tetangga Pulau Simeulue. Sebab serangan buaya itu selama ini meresahkan warga. Apalagi buaya itu diduga telah memangsa seorang nelayan.

Danposal Pulau Banyak Pangkalan TNI AL (Lanal) Simeulue membawahi Pos TNI AL (Posal) Pulau Banyak dan Posal Singkil, Letda Laut (E) Prabowo, menjelaskan kronologi penangkapan buaya tersebut, Kamis (29/12/2016), dilansir Antara.

Awalnya, pada Selasa 27 Desember 2016, pukul 09.00 WIB, dua orang pawang buaya Zainudin (45) dan M. Rudin (50) beserta enam warga Dusun Lama Desa Asantola berangkat ke lokasi sarang buaya untuk memasang jebakan perangkap. Di lokasi yang diduga menjadi sarang buaya disiapkan perangkap di Pulau Matahari dan Kampung Lama.

Di lokasi itu, kedua pawang buaya menyiapkan perangkap di dua tempat yang menggunakan umpan seekor anjing. Sehari kemudian mereka bergerak ke Kampung Lama. Jebakan kedua berhasil menjerat seekor buaya dengan panjang perkiraan kurang lebih 4 meter.

Buaya yang berhasil ditangkap saat ini berada di lokasi pekarangan Pesantren Al-Muflihun Asantola. Buaya itu diduga telah memakan salah satu warga yang hilang pada 29 November 2016. Saat itu korban menyelam untuk memburu tripang di dasar laut sekitar perairan Pulau Matahari.

6 dari 7 halaman

2 Bocah Perempuan Lawan Buaya Muara

Dua bocah perempuan di Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Riau, selamat dari serangan buaya besar setelah berjibaku dengan hewan purba itu di Sungai Parit Batil. Keduanya kini dirawat intensif karena mengalami luka serius di bagian kaki.

Kapolres Inhil AKBP Hadi Wicaksono menyebutkan, serangan buaya yang menimpa AL (12) dan Cek (7) itu terjadi pada Rabu, 13 Juli 2016, sekitar pukul 16.00 WIB.

Saat itu, dua putri dari Nasir itu sedang mandi di tepian sungai tersebut. Setengah jam berada di sungai, AL tak melihat lagi keberadaan sang adik. Dia pun mencari-cari sambil memanggil nama saudarinya itu.

"Selanjutnya 15 menit kemudian, AL melihat adiknya muncul di permukaan dengan kaki berada di mulut buaya," kata Hadi, Kamis siang (14/6/2016).

Tanpa rasa takut, AL langsung mengayuh sampan kecil ke tengah sungai dan menarik tubuh adiknya dari cengkeraman buaya. Beberapa menit berjibaku, buaya muara itu melepas gigitannya.

"Tangan kanan memegang sampan dan tangan kiri AL menarik adiknya," ucap mantan Kabag Dalpress Biro SDM Polda Riau ini.

Setelah berhasil menyelamatkan adiknya, AL menjadi sasaran kemarahan buaya. Anak perempuan itu diserang dan tangan kirinya diterkam, serta ditarik ke dasar sungai.

7 dari 7 halaman

Petani Lolos dari Kepungan 3 Harimau Sumatera

Martadinata, laki-laki 43 tahun, warga Desa Selampaung, Kecamatan Gunung Raya, Kabupaten Kerinci, Jambi itu hampir saja kehilangan nyawa usai diterkam seekor Harimau Sumatera di kebunnya.

Berdasarkan informasi yang diperoleh Liputan6.com, Selasa 29 Maret 2016, sesaat sebelum kejadian, Martadinata yang sehari-hari bekerja sebagai petani itu tengah memanen dan mengupas kulit kayu manis di kebun miliknya itu.

Siang itu sekitar pukul 14.00 WIB, seperti hari biasanya, lokasi kebun terlihat sepi. Hanya suara angin dan cuitan burung-burung yang terdengar di desa yang berbatasan dengan kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) itu.

Di tengah rimbunnya pohon kayu manis, Martadinata samar-samar melihat seekor hewan belang. Jaraknya hanya beberapa meter dari dirinya. Dengan jelas ia melihat sang 'Raja Hutan' tengah mengintainya. Tak hanya satu, ternyata ada tiga ekor yang tengah berdiam di kebun miliknya.

Seperti diceritakan kembali oleh Boris, seorang kerabat Martadinata. "Korban sempat hendak lari, tapi keburu diterkam oleh seekor harimau. Jadi yang menyerang cuma satu ekor," ujar Boris saat dihubungi dari Jambi, Selasa (29/3/2016).

Menurut Boris, Martadinata mengalami luka gigitan di bagian paha akibat serangan harimau tersebut. Namun dengan sekuat tenaga, dia berhasil melepaskan diri dari terkaman harimau tersebut.

"Setelah itu minta tolong warga dan langsung dibawa ke Puskesmas Gunung Raya. Lukanya sudah diobati dan dijahit," tutur dia.

Peristiwa itu dibenarkan Kepala Seksi Wilayah I Balai TNKS Agusman. "Benar, saat ini empat orang petugas kita dan Polhut tengah mengecek lokasi di lapangan," ujar Agusman saat dihubungi Liputan6.com melalui pesan singkat.

Menurut dia, lokasi kejadian berada di daerah Masgo, Kabupaten Kerinci. Tidak jauh dari kawasan TNKS. "Kalau jumlah harimau belum dipastikan ada berapa. Ini nanti nunggu hasil pengecekan di lapangan," imbuh Agusman.

Kawasan TNKS merupakan salah satu daerah habitat Harimau Sumatera. Lokasinya yang membentang di bagian barat Provinsi Jambi ini banyak mengundang sejumlah peneliti.

Namun demikian, perambahan hutan hingga rencana pembukaan jalan yang membelah TNKS menjadi ancaman serius bagi populasi sejumlah satwa langka dan dilindungi di sana, termasuk Harimau Sumatera.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini