Sukses

Gawat, Perekam Suhu Panas Gunung Api Hilang dari Maluku Utara

Perekam suhu panas gunung api itu merupakan satu-satunya yang dimiliki Indonesia sebagai bantuan dari Jerman.

Liputan6.com, Ternate - Diversi atau perekam aktivitas suhu panas vulkanik gunung api yang diletakkan di Desa Galala, Kabupaten Halmahera Barat, dan Tobololo, Kota Ternate, Maluku Utara, hilang saat dicek Minggu, 29 Januari 2017. Dugaan sementara, alat tersebut dipindahkan warga.

"Alat itu dipasang pada November 2016. Sejauh ini sudah melakukan perekaman. Namun pada saat pengecekan (29 Januari 2017), tidak lagi ditemukan," kata ahli geologi Deddy Arif, kepada Liputan6.com, Senin, 30 Januari 2017.

Koordinator Ikatan Ahli Geologi Indonesia Maluku Utara itu mengatakan, alat tersebut satu-satunya yang dipasang di Indonesia. Alat tersebut berfungsi untuk merekam aktivitas suhu panas gunung api di Halmahera Barat dan Kota Ternate.

"Alat itu kami pasang bersama Germany Geoscience untuk merekam data aktivitas suhu panas yang muncul (terekam). Dari hasil rekaman akan dianalisis untuk mengetahui sumber suhu dari aktivitas volcano atau tektonik wilayah setempat," ucap Deddy menjelaskan.

Dia mengatakan, pemasangan alat tersebut bertujuan menemukan sumber suhu panas aktivitas vulkanik di Maluku Utara. Deddy berharap agar masyarakat yang menemukan keberadaan alat itu segera dikembalikan untuk mendukung keberlanjutan riset.

"Hingga sekarang kami belum melaporkan ke pihak berwajib. Kami baru berkoordinasi dengan pemerintah desa (kelurahan). Kalau pun ditemukan, diharapkan dapat dikembalikan untuk kepentingan perekaman dan pengambilan data vulkanik," ucap dia.

Deddy mengatakan, nilai alat tersebut mencapai Rp 42 juta. "Alat ini merupakan bantuan dari Jerman untuk kepentingan riset aktivitas vulkano. Saya sebagai geologis Indonesia yang terlibat dalam pemasangan ini tentunya sangat kecewa. Kapan lagi daerah kita bisa pantau suhu panas vulkanik?" ucap dia retoris.​

Aktivitas gunung api di Maluku Utara, yakni Gunung Gamalama, terbilang tinggi. Gunung tersebut terakhir meletus pada Agustus 2016 hingga pemerintah setempat menetapkan darurat hujan abu. Seluruh aktivitas warga terganggu karenanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.