Sukses

Pengakuan Mengagetkan Ibu Bayi 5 Bulan Terpapar Sabu

Liputan6.com, Palangkaraya - BNN Provinsi Kalteng akhirnya merawat jalan RU (22), ibu bayi berusia 5 bulan yang positif sabu. Proses rehabilitasi itu bakal dijalani selama tiga bulan ke depan di kantor BNNP Kalteng.

BNNP merawat sang ibu dan bayinya di kantor agar keduanya tak terpisahkan. Saat ini pihak BNNP terus memantau ibu dan bayinya secara medis. Pemantauan perilaku sosial keduanya juga dilakukan oleh pekerja sosial Kementerian Sosial.

"Hari ini juga dilakukan tes urine kepada keduanya dan hasilnya nihil. Saat ini kondisi bayinya juga tampak lincah tak rewel lagi dan tidak pernah menangis seperti saat pertama kali masuk ke sini. Menurut saya, itu kemajuan yang sangat luar biasa," kata Kepala BNNP Kalteng Sumirat, Senin, 23 Januari 2017.

Menurut Sumirat, pihaknya bakal mendampingi keduanya sampai benar-benar tidak ada zat-zat narkotik yang mempengaruhi mereka, baik secara fisik maupun mental. Selama rehabilitasi medis itu, ibunya dipantau ketat untuk mencegah ia kembali ketagihan sabu.

Sumirat juga menyatakan ibu sang bayi terpapar sabu adalah seorang pecandu murni dan bukan pengedar berdasarkan hasil pemeriksaan BNNP. "Pengedarnya adalah suaminya hanya istrinya sering diberi suaminya untuk happy fun (senang-senang)," tutur dia.

Menurut pengakuan RU, ucap Sumirat, ia biasanya menggunakan sabu bersama suaminya di ruangan sempit di rumah mereka yang hanya berukuran 3 x 4 meter persegi. Saat nyabu, ia sambil mengayun sang bayi yang berusia lima bulan itu yang ditaruh dalam gendongan.

"Kebetulan suaminya punya teman seorang bandar narkoba yang baru keluar penjara dan belum punya tempat tinggal. Maka, sang bandar ini sering di rumah mereka untuk menghisap sabu bersama," tutur Sumirat.

Sebelumnya, seorang bayi berusia sekitar 5 bulan dinyatakan positif sabu karena terpapar melalui ASI. Akibat hal itu, bayi itu sempat mengalami panas tinggi hingga 39 derajat Celcius.

Sementara itu, Valencia Wilentine, dokter BNNP Kalteng yang menangani ibu dan bayi itu menjelaskan, langkah yang diambil pihaknya termasuk melakukan kunjungan ke rumah pasien setiap hari untuk mengawasi perubahan tingkah laku ibu sang bayi dan juga melakukan tes urine.

"Ini dilakukan kontinue. Selain itu, juga berikan layanan psikologi seperti konseling lebih banyak agar ia tidak memakai barang itu kembali," ujar Valencia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.