Sukses

Nestapa Awal Tahun Korban Banjir di Brebes dan Tegal

Banjir merendam ratusan rumah di wilayah pantura Kabupaten Brebes dan Tegal, Jawa Tengah.

Liputan6.com, Brebes - Banjir merendam ratusan rumah di wilayah pantai utara atau pantura Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Banjir akibat hujan dengan intensitas tinggi yang mengguyur sejak kemarin hingga Rabu siang tadi.

Tak hanya rumah, banjir akibat guyuran hujan selama delapan jam juga merendam sejumlah ruas jalan provinsi dan ruas jalan kabupaten. Kondisi ini menyebabkan kemacetan arus kendaraan di pantura Brebes.

Pantauan Liputan6.com, banjir merendam ratusan rumah di sejumlah desa dari enam kecamatan di Kabupaten Brebes. Di antaranya, Desa Bojongsari (Kecamatan Losari), Desa Cimohong (Kecamatan Bulakamba), Desa Ketanggungan, Desa Cikeusal Lor (Kecamatan Ketanggungan), Desa Pejagan (Kecamatan Tanjung), Desa Pebatan, Desa Lengkong (Kecamatan Wanasari), dan Desa Pesantunan (Kecamatan Brebes).

Selanjutnya, ruas jalan provinsi yang tergenang banjir dengan ketinggian 30-50 centimeter terjadi di Exit Tol Pejagan-Ketanggungan, ruas jalan kabupaten di Kecamatan Ketanggungan dan Kecamatan Brebes.

Menurut warga, banjir lantaran luapan air sungai karena sungai tak mampu menampung volume air yang meninggi akibat hujan dengan intensitas tinggi.

"Hujan sejak Selasa malam sampai pagi dini hari tadi menyebabkan banjir di Desa Ketanggungan. Bahkan, air hingga masuk ke dalam rumah saya dan rumah warga lainnya. Ketinggian banjir mencapai 50 centimeter dari jalan," ucap Dasuki (35) warga Desa Ketanggungan, Brebes, Jateng, Rabu (4/1/2017).   

Ia menambahkan, banjir yang merendam rumah warga di desanya terjadi lantaran meluapnya Sungai Babakan dan jebolnya tanggul akibat debit air tinggi.

"Sungai Babakan meluap, itu yang mengakibatkan luapan air membanjiri permukiman warga. Apalagi, beberapa titik tanggul sungai jebol. Apalagi, siang ini hujan kembali turun, mudah-mudahan tidak meninggi lagi banjirnya," dia menambahkan.

Banjir juga merendam sejumlah rumah di Desa Cimohong, Kecamatan Bulakamba. Bahkan, jalur penghubung antardesa mendadak menjadi lautan sungai berwarna air cokelat pekat.

"Enggak cuma rumah warga saja, jalan-jalan desa dan kabupaten terendam banjir, terowongannya juga kelelep karena ketinggian air mencapai 50 centimeter," ujar Rizal, warga Desa Cimohong, Kecamatan Bulakamba, Brebes.

Padahal, ruas jalan yang terendam banjir di Kecamatan Ketanggungan, merupakan jalan utama dan satu-satunya bagi warga untuk beraktivitas sehari-hari. Sedangkan, di Desa Cikeusal Lor, banjir yang merendam rumah warga sejak Selasa malam, hingga Rabu siang tadi mulai surut.

Kendati demikian, satu rumah milik warga desa setempat roboh di bagian depan samping kanan lantaran diterjang banjir. Hingga kini, warga setempat bergotong royong membantu rumah milik seorang janda tua bernama Mbah Kuni di Desa Cikeusal Lor yang roboh.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Kendaraan Mengular 2 KM

Adapun banjir yang merendam jalan provinsi mulai dari Exit Tol Pejagan di ruas Pejagan-Ketanggungan menimbulkan kemacetan parah. Bahkan, arus kendaraan mengular hingga 2 kilometer.

"Jalannya banjir semua, arus lalu lintas jadi macet. Kendaraan yang melintas harus bersabar dan hati-hati khususnya pengendara sepeda motor saat melintas karena di jalur itu ada beberapa lubang jalan yang membahayakan," tutur Yasser Arafat (34), seorang warga yang melintas di ruas jalur Pejagan-Ketanggungan.

Ia menyebutkan, sejumlah pengendara sepeda motor pun banyak yang mogok dan terpaksa menuntun kendaraannya perlahan-lahan akibat rendaman banjir tersebut.

"Tadi pas saya lewat, beberapa pengendara sepeda motor yang ngadat. Mesinnya kemasukan air mungkin, ya terpaksa nuntun mereka. Padahal, kondisi jalan juga macet," ujar Yasser.

Sementara itu, ratusan rumah di Kecamatan Brebes, juga terendam banjir akibat luapan Sungai Pemali di Desa Pebatan dan Desa Pesantunan. Selain luapan sungai, banjir juga diakibatkan kerusakan pintu Sungai Pemali akibat volume dan debit air yang tinggi.

Menurut Murtado (40) warga di Kampung Pulo, Kelurahan Brebes, banjir merendam ratusan rumah di Kecamatan Brebes akibat luapan Sungai Pemali.

"Ratusan rumah terendam banjir, mas, karena luapan Sungai Pemali. Dan juga penyebab lain karena beberapa pintu air yang biasanya difungsikan sebagai pembuangan air ke sungai mengalami kerusakan. Sehingga air pun masuk dan menggenangi permukiman warga," ucap Murtado.

Ia mengatakan pula, banjir yang merendam permukiman warga terjadi sejak Rabu dini hari tadi dengan ketinggian hingga selutut kaki orang dewasa atau setinggi 50 centimeter. Hingga kini, warga yang kediamannya masih terendam banjir mengeluhkan kondisi pintu air Sungai Pemali yang kerap kali rusak jika setiap kali hujan deras.

"Warga di sini khawatir, kalau hujan seperti sekarang ini terus terjadi sampai malam nanti akan terjadi banjir yang semakin meluas dan ketinggian air semakin tinggi," dia menandaskan.

Sejauh ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Brebes mendata jumlah total permukiman warga yang terendam banjir. Namun, warga masih tetap bertahan di rumahnya masing-masing. Adapun hingga kini tidak ada korban jiwa akibat banjir tersebut.

"Kami masih melakukan pendataan dan pemetaan berapa jumlah total rumah yang terendam banjir. Kami imbau warga tetap siaga, terutama di daerah bantaran sungai yang dapat meluap sewaktu-waktu akibat hujan deras," kata Kepala BPBD Brebes Eko Andalas.

Selain potensi banjir, lanjut dia, warga Kabupaten Brebes juga harus waspada terhadap potensi bencana longsor. Terutama yang berada di lereng ataupun perbukitan lantaran dalam tiga hari terakhir hujan turun dengan intensitas tinggi.

3 dari 5 halaman

Warga Diimbau Waspada Bencana

Hujan yang terus mengguyur wilayah Kabupaten Brebes selama beberapa hari, membuat jajaran Kepolisian Resor Brebes langsung mengimbau warga berhati-hati. Terutama, waspada terhadap bencana alam seperti longsor, angin puting beliung, dan banjir maupun bencana lainnya.

"Masyarakat terutama yang berada di daerah lereng perbukitan maupun dekat aliran sungai, harus ekstra hati-hati. Karena curah hujan tinggi yang melanda kawasan Brebes ini, sejak kemarin hingga pagi tadi, bisa saja menjadi penyebab bencana alam seperti longsor maupun banjir," ucap Kapolres Brebes AKBP Luthfie Sulistiawan.

Sejauh ini, menurut dia, Polres Brebes sudah menerima laporan dari para kapolsek mengenai adanya peningkatan debit air di beberapa sungai di wilayah masing masing. Misalnya, Sungai Cisanggaraung di Kecamatan Losari, Sungai Babakan di Kecamatan Ketanggungan, serta Sungai Pemali yang berada di wilayah Kota Brebes dan Kecamatan Wanasari.

Adapun jalan penghubung Kecamatan Salem-Banjarharjo di Desa Bandungsari, ambles beberapa hari lalu. Lantaran itulah, menurut Luthfie, pihaknya juga telah menyiagakan petugas tanggap bencana maupun Unit Reaksi Cepat (TRC) Polres Brebes beserta sarana penunjang.

Polisi juga berkoordinasi dengan BPBD Kabupaten Brebes untuk mengambil langkah penanganan cepat jika bencana terjadi. "Kami meminta agar masyarakat juga berhati-hati saat hujan turun. Segera lapor jika terjadi sesuatu hal yang membahayakan," ia menambahkan.

Sedangkan guna antisipasi dan deteksi dini terjadinya banjir maupun longsor, Kapolres Brebes juga memerintahkan polsek maupun Bhabinkamtibmas agar mengecek setiap daerah binaannya. Terutama yang terdapat sungai atau rumah warga yang berada di lereng perbukitan.

"Ini wajib kita lakukan, agar deteksi dini terhadap situasi terkini, baik bencana alam maupun kamtibmas lainnya, lebih cepat dan tanggap diatasi. Selain itu, lebih mudah untuk berkoordinasi dengan pihak terkait, dan tentunya agar selalu terpantau situasi kamtibmas yang aman, damai dan kondusif," Kapolres Brebes memungkasi.

4 dari 5 halaman

300 Rumah Terisolasi

Tak hanya ratusan rumah warga di pantura Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, yang terendam banjir. Ratusan rumah warga di Kecamatan Suradadi dan Kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, juga mengalami hal serupa pada Rabu siang tadi. 

Akibatnya, satu-satunya akses jalan penghubung di desa-desa setempat terisolasi akibat ruas jalan terendam banjir hingga ketinggian 50 centimeter. Banjir paling parah terjadi di Desa Jatibogor yang berada di RT 01 dan RT 02 RW 01. Ketinggian air 1-1,5 meter, sehingga banjir masuk ke rumah-rumah warga.

Sementara di Desa Sidaharja, banjir melanda lima RT, yakni RT 17, 18, dan 19 di RW 007, serta RT 20 dan 21 di RW 008.

Kepala BPBD Kabupaten Tegal Tedjo Kisworo menjelaskan, banjir yang merendam di dua desa di Kecamatan Suradadi jumlahnya lebih dari 300 rumah. Selain di Suradadi, banjir juga melanda Desa Kemuning dan Desa Plumbungan di Kecamatan Kramat.

Saat ini, BPBD dan sejumlah relawan sudah menerjunkan personel untuk mengevakuasi warga yang rumahnya terendam air. "Berdasarkan pendataan sementara ada sekitar 300 warga yang terendam banjir," ucap Tedjo Kisworo, Rabu (4/1/2017).

Untuk penanganan tanggap daruratnya, kata dia, petugas gabungan dari Polres Tegal, BPBD, dan Tim SAR Galawi berupaya menyeberangkan warga untuk melintas akses yang terendam banjir hingga setinggi satu meter dengan arus deras tersebut.

"BPBD dan pihak kepolisian mengerahkan dua perahu untuk menyeberangkan warga dan mengantar logistik yang dibutuhkan," Tedjo menambahkan.

Jika warga yang terisolasi membutuhkan bahan makanan dan air bersih untuk keperluan sehari-hari. "Satu dapur umum sudah didirikan untuk membantu kebutuhan makan warga yang rumahnya terendam banjir," tutur Kepala BPBD Kabupaten Tegal.

5 dari 5 halaman

Warga Enggan Dievakuasi

BPBD Tegal menyebutkan, banjir yang melanda permukiman warga diakibatkan luapan Sungai Cacaban. Sebab, lebih dari delapan jam sejak Selasa malam hingga Rabu dini hari tadi, hujan turun dengan intensitas tinggi. Alhasil, sungai tak mampu menampung banyaknya debit air tersebut.

"Karena letak permukiman warga lebih rendah dari Sungai Cacaban, sehingga luapan air sungai merendam rumah warga," Kepala BPBD Kabupaten Tegal Tedjo Kisworo

Sedangkan untuk pergi keluar kampung, warga yang terisolasi menyeberang dengan menggunakan perahu karet yang disediakan oleh BPBD Tegal.  

"Ya memang kalau mau ke desa tetangga karena jalannya kebanjiran, maka harus diseberangin pakai perahu karet," ucap Wahyuni (38) warga Desa Jatibogor, Kecamatan Suradadi, Tegal.

Kendati demikian, ratusan warga yang rumahnya terisolasi akibat terendam banjir enggan meninggalkan kediaman mereka untuk dievakuasi ke tempat yang lebih nyaman.

"Enggak maulah kalau sampai ninggalin rumah, enggak apa-apa kok masih bisa diatasi banjirnya," kata dia.

Perempuan berkerudung itu pun sembari menggendong putri balitanya mendapatkan bantuan dari petugas saat akan menyeberangi desa dengan menggunakan perahu karet.

Sementara itu, Kepala Bagian Operasional Polres Tegal Komisaris R Dian Kusumaasmoro membenarkan jika ratusan warga yang terisolasi tidak mau dievakuasi ke desa sebelah yang tidak dikepung banjir.

"Memang benar kalau warga tidak mau dievakuasi, sehingga kami yang kirim bantuan berupa logistik yang dibutuhkan warga," ucap Dian.

Logistik, kata dia, yang dibutuhkan warga saat ini yakni makanan dan air bersih. Saat ini, kepolisian dibantu Pemerintah Kabupaten Tegal telah mengirimkan bantuan logistik menggunakan perahu karet.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini