Sukses

Torehan Jujur Bocah Autis Warnai Galeri di Yogyakarta

Kenobi, salah satu Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), menorehkan 'kejujuran' dalam setiap lukisannya.

Liputan6.com, Yogyakarta - Suasana semarak ketika memasuki butik Tirana House Yogyakarta, pada Selasa, 27 Desember 2016 lalu. Terpampang 21 lukisan yang langsung memukau mata para pengunjung. Terlihat bukan karya seorang maestro memang, tetapi lukisan itu menggambarkan sebuah kejujuran.

Dialah Kenobi, bocah laki-laki berusia 10 tahun, yang tengah menggelar pameran tunggalnya di butik itu. Pameran ini merupakan pameran perdananya. Karya cantik Kenobi ini ditorehkan di atas kanvas dengan cat akrilik.

Layaknya pelukis

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Jago Mendalang

besar yang tengah menggelar pameran, tanpa malu-malu, Kenobi pun mendatangi pengunjung yang berkerumun dan memberi penjelasan mengenai lukisan-lukisannya.

"Ini Fantastic Beast," ujar Keno, panggilan akrab Kenobi, sembari menunjuk sebuah lukisan yang dipajang di sebelah pintu masuk.

Gaya bicaranya cepat, seolah ingin segera menyudahi percakapan dan pindah ke lukisan yang lain. Liputan6.com mencoba bertanya dari mana datangnya inspirasi. Keno menjawab singkat, "Dari film".

Fantastic Beast yang dimaksud adalah film dengan judul serupa. Bedanya, ia memberi judul lukisan yang diselesaikan dalam kurun waktu dua minggu itu "Fantastic Beast di Bikini Bottom". Perpaduan antara film yang bercerita tentang dunia sihir dengan tempat tinggal tokoh kartun Spongebob.

Para pengunjung butik menikmati torehan cantik karya Kenobi. (Liputan6.com/ Switzy Sabandar)

Keno seolah tidak pernah puas menjelaskan karya-karyanya, dia berjalan cepat, dari satu lukisan ke lukisan lainnya. Tingkahnya yang mirip seniman dewasa ini mengundang senyum pengunjung. Satu per satu judul lukisan dilontarkannya.

The Beatles, Pangeran Diponegoro dengan Surban biru, Tentara Terakota, Wayang Potehi, Otto Iskandardinata, Petruk Berdasi, dan masih banyak lagi. Sebagian besar karyanya terinspirasi dari Youtube, kecuali Otto Iskandardinata yang dilihatnya dari buku dan Wayang Potehi yang wujud aslinya ada di rumah.

Butuh waktu lebih untuk mengajak bocah itu berbincang. Ia sulit diam dan senang sekali bergerak. Ketika ditanya perasaannya bisa membuat pameran tunggal, jawabannya sederhana dan polos.

"Senang dan pameran ini bagus," ucap dia disambut gelak tawa pengunjung.

3 dari 3 halaman

Pengidap Autisme

Pemilik nama lengkap Kenobi Haidar Akmal ini tercatat sebagai siswa di sekolah inklusi Sekolah Alam Bintaro. Pameran tunggalnya tidak bisa lepas dari peran kedua orangtuanya, Renaningtyas (38) dan Harli Rusdiantoro (39).

Sejak usia 2 tahun, Keno sudah tertarik dengan hal berbau seni rupa. Dari tangannya lahir lukisan sampai benda-benda yang dibuatnya dari hasil eksperimen, mulai dari wayang karton sampai hiasan dari plastik yang disetrika.

Pada usia 3,5 tahun, dia didiagnosis Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) yang termasuk dalam spektrum autisme. Kecurigaan saat itu justru muncul dari eyangnya yang seorang psikolog.

Keno tidak pernah fokus ketika diajak berbicara atau dipanggil, sehingga orangtua pun membawanya ke penilai medis untuk mendapatkan diagnosis. Hasilnya, Kenobi memang terdiagnosis ADHD.

Selain susah fokus ketika diajak berbicara, Keno juga tidak bisa mendengarkan musik dengan frekuensi terlalu keras. Ia memilih untuk menutup telinganya ketika mendengarkan musik yang dirasa mengganggu pendengarannya. Satu-satunya musik yang disukainya adalah karya-karya The Beatles.

Itu sebabnya ia mengabadikan kelompok musik asal Inggris itu menjadi salah satu lukisannya. Kebiasaan menutup telinga saat musik diputar ternyata berpengaruh pada suasana hatinya.

Apabila hal itu tidak dilakukan, dia bisa menjadi agresif sampai tantrum atau justru menjadi murung dan tidak bergairah melakukan apapun.

"Fokus pada hal tertentu saja, kalau sudah pegang pensil dan kertas, mulai lah dia membuat sketsa," tutur Rena, sang ibunda yang terus mendampingi Keno sepanjang pembukaan pameran.

Tema yang diusung Kenobi merupakan tema sederhana yang ada di sekitarnya, termasuk film kartun yang dia gemari. (Liputan6.com/Switzy Sabandar)

 

Rena menceritakan, puluhan lukisan yang dipajang ini sebenarnya merupakan koleksi pribadi sang anak di rumah yang dibuat sejak dua tahun lalu. Salah satu kerabat Rena yang bernama Nunuk Ambarwati, yang juga pemilik butik Tirana House ini, menawarkan lukisan-lukisan itu dipamerkan di butiknya yang berada di Yogyakarta.

Keno dan keluarga berdomisili di Jakarta, tetapi Yogyakarta bukan kota yang asing bagi kedua orangtuanya yang sempat tinggal di kota budaya ini semasa muda.

Pameran digelar lebih dari sebulan, dari 27 Desember 2016 sampai 31 Januari 2017 di Tirana House Kotabaru Yogyakarta. Rena menuturkan, Keno kembali ke Jakarta pada akhir tahun ini dan hanya lukisannya saja yang tinggal di Yogyakarta untuk sementara waktu.

Rena merasa perlu menginisiasi pameran tunggal untuk anaknya supaya dua tujuannya tercapai. Pertama, meningkatkan rasa percaya diri Keno yang sudah merasa berbeda dengan teman-temannya. Kedua, memberi tahu ke orangtua yang memiliki anak autisme untuk tidak pernah menyerah.

"Ini jadi ruang buat Keno berekspersi dan bisa menginspirasi orang lain," ucap perempuan berkacamata ini.

Selain melukis, Keno juga menyukai seni wayang. Dia aktif di Komunitas Wayang Potehi di Sastra Jawa Universitas Indonesia. Pada saat pembukaan pameran tunggalnya, kakak dari Kinar Ayu (6) ini juga mendalang, memainkan wayang karton yang dibuatnya sendiri.

Dia memilih memainkan lakon Maju Kena Mundur Kena, yang terinspirasi dari film Warkop DKI. Selain trio komedian yang dibuat versi wayangnya, ada juga tokoh Dimas Kanjeng yang kerap ditontonnya dari berita di Youtube. Alur ceritanya tentang Dimas Kanjeng yang berbuat onar dan ditembak oleh Dono.

Pemilik Tirana House, Nunuk Ambarwati, mengutarakan maksud membuat pameran tunggal di butiknya. "Untuk mengisi liburan, memberi ruang ekspresi, dan memberi hak dasar kepada anak," kata Nunuk.

Dia sengaja membuat konsep ruang seni yang menyatu dengan butik. Harapannya, orang awam yang belum paham dengan seni bisa datang dan tidak merasa berjarak.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.