Sukses

Teroris dan Narkoba di Kebun Sawit

Sejumlah sopir angkutan sawit doping narkoba.

Liputan6.com,Pekanbaru - Sebagian orang menyalahgunakan lahan perkebunan sawit untuk kejahatan. Selain jadi lokasi pelatihan teror, ada penyalahgunaan narkoba juga di kebun sawit. 

Sebuah perkebunan sawit di Kabupaten Kampar, Riau, dinyatakan pernah menjadi tempat latihan kelompok teroris. Kelompok ini diduga masih ada kaitannya dengan pelaku bom panci di Jakarta beberapa waktu lalu.

Terkait ini, Kapolda Riau Irjen Pol Zulkarnain‎ mengaku sudah dipanggil Detasemen 88 Anti Teror. Polisi di Riau diperintahkan menyelidiki tempat latihan tersebut dan jaringannya di Provinsi Riau.

"Pelaku bom panci di Jakarta mengenal sejumlah orang yang diketahui pernah melakukan latihan terorisme di Kabupaten Kampar beberapa waktu lalu," kata Zulkarnain, Kamis, 22 Desember 2016.

Menurut mantan Kapolda Maluku Utara ini, pelaku bom panci yang diduga diperintahkan Bahrun Naim itu pernah menyuruh tiga orang untuk pergi ke Pekanbaru.‎ Orang suruhan ini kemudian melakukan latihan di Kabupaten Kampar.

"‎Waktu itu mereka datang cover-nya jadi buruh di sawit," ujar Zulkarnain, didampingi Kabid Humas Polda Riau AKBP Guntur Aryo Tejo SIK.

‎Kapolda menegaskan, adanya orang yang pernah melakukan pelatihan itu tidak perlu dikhawatirkan karena terpantau sudah tak ada lagi di Riau. Meski demikian, Polda Riau tetap waspada atas informasi dari Densus 88 ini.

"Mereka pernah di sini, bukan orang sini (tidak ada lagi). Mereka hanya menggunakan lokasi latihan di Riau, karena sebelumnya sempat ketahuan melakukan hal serupa di provinsi lain," sebut Zulkarnain.

Zulkarnain menyebut pihaknya ‎sudah mengantongi data dari ketiganya, kendati tidak berhasil menangkap mereka, karena sudah terlanjur kabur. Mengenai nama dan inisialnya, Kapolda enggan membeberkannya lebih lanjut.

"Sudah ketahuan, ya lari lagi. Namanya ada, nama oraganisasinya juga ada," katanya. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sopir Angkutan Sawit Doping Narkoba

Tekanan pekerjaan dan target tinggi yang ditetapkan oleh parusahaan kelapa sawit kepada karyawannya membuat mereka harus tetap dalam kondisi bugar. Salah satu yang dilakukan sebagian pekerja agar tubuh mereka tetap fit, yakni dengan mengkonsumsi narkotika.

Dari hasil sample tes urine yang dilakukan Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Kalteng kepada 50 sopir angkutan crude palm oil (CPO) didapati delapan orang positif menggunakan narkoba jenis shabu.

Kepala BNNP Kalteng Kombes Sumirat Dwiyanto, mengatakan , para sopir angkutan CPO yang ditest urine ini jumlahnya 50 orang dan yang didapati menggunakan narkoba mencapai delapan orang atau sekitar 20 persen. Mereka ini semua menggunakan narkoba jenis sabu.

"Sedangkan ketika melakukan test di kawasan perkebunan kelapa sawit didapati 28 orang postif menggunakan narkoba. Dari jumlah itu sebanyak 27 orang dilakukan rehabilitasi dan 1 orang ditahan karena diketahui sebagai pengedar.

Menurut Sumirat sejumlah masalah yang dihadapi dalam pemberantasan narkotika di Kalteng yakni hingga saat ini masih banyak rumah sakit yang belum menyediakan ruangan khusus untuk tempat konsultasi kepada para pengguna narkoba. Padahal bila ada ruangan tersendiri maka pasien tak akan canggung menyampaikan masalahnya kepada para dokter pendamping.

"Kita sudah melatih sebanyak 60 orang dokter dan tenaga medis sebangai assesor di 14 rumah sakit umum daerah dan puskesmas di 14 kabupaten /kota,"ujarnya.

Dari data BNNP Kalteng pada tahun 2015 jumlah pengguna di Kalteng 1,84 persen dari populasi atau setara 34.586 orang. Sedangkan pada 2016 yang telah dilakukan rehabitasi sebanyak 363 orang yang terdiri 327 orang laki-laki dan perempuan sebanyak 36 orang. 

AKBP Gayot Dariyadi Kabag Pengawasan dan Penyidikan Direktorat Narkob Polda Kalteng mengatakan selama tahun 2016 jumlah tersangka pengguna narkoba mencapai 933 tersangka (TSK) rinciannya 805 laki-laki dan 128 orang perempuan.

"Para tersangka ini di antaranya empat orang dari Polri, 16 orang dari PNS, dan sisanya dari pelajar dan mahasiswa," jelasnya.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.