Sukses

Sehari Mencekam 4 Pelaut Madura di Perairan Ganas Masalembu

Kapal yang dinaiki para pelaut Madura tiba-tiba oleng dan tenggelam setelah dihantam ombak besar karena cuaca buruk di perairan Masalembu.

Liputan6.com, Surabaya - Empat anak buah kapal (ABK) Kapal Layar Motor (KLM) Sri Utama akhirnya terselamatkan setelah sempat terkatung-katung selama sehari di perairan Masalembu, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Kapal yang mengangkut kayu itu dihantam ombak dari sisi kanan hingga tenggelam pada Senin, 19 Desember 2016.

Keempat korban kapal tenggelam tersebut adalah Sahe (49) Achmad Tagin(55), Syukur (54), dan Matun (60). Mereka semua itu berasal dari Desa Lebak Barat dan Timur, Kecamatan Pasean, Kabupaten Pamekasan, Pulau Madura, Jatim.

"Iya, kemarin, keempat korban itu sudah kami serahkan ke keluarga masing-masing," tutur Kepala Bidang (Kabid) Penjagaan Patroli dan Penyidikan Kantor Kesyahbandaran Utama Tanjung Perak, Surabaya, Edi Sumarsono saat dikonfirmasi Liputan6.com, Jumat (23/12/2016).

Edi mengatakan, keempat ABK tersebut awalnya berlayar dari Bahaur Jumanten, Kalimantan, tujuan Pasean, Pamekasan, Madura menggunakan KLM Sri Utama. Para pelaut Madura yang berangkat berlayar pada 17 Desember 2016 itu, tiba-tiba kapalnya oleng hingga akhirnya tenggelam setelah dihantam ombak besar karena cuaca buruk di perairan Masalembu pada 19 Desember 2016.

"Kabar tentang kecelakaan laut itu, kami terima dari MV Meratus Batam saat sedang melintas di sekitar lokasi korban. Sesaat, kami langsung melakukan upaya penyelamatan dengan melakukan penjemputan menggunakan kapal patroli KN 371 milik Pangkalan PLP Tanjung Perak," kata Edi.

Edi menjelaskan, aksi penyelamatan harus terhenti dan tidak bisa dilanjutkan karena cuaca buruk dengan tinggi gelombang yang cukup besar. Mengingat, situasi rentan dan rawan dari keamanan di laut, operasi penjemputan dengan kapal patroli KN 371 milik Pangkalan PLP Tanjung Perak terpaksa dihentikan sambil menunggu kondisi cuaca kembali normal.

"Padahal, tim evakuasi sudah menyepakati penjemputan korban di lokasi Buoy 2 Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS) pada 21 Desember 2016. Dengan kondisi cuaca buruk seperti itu sangat tidak memungkinkan untuk kami mencapai Buoy 2 APBS," ujar Edi.

Edi menegaskan, dengan dihentikannya operasi penyelamatan tersebut, kondisi korban harus bertahan dalam posisi tak menentu di laut lepas selama sehari, sambil menunggu tim evakuasi kembali melakukan upaya penyelamatan. Para korban yang terombang-ambing di lautan itu akhirnya diselamatkan hingga sampai daratan.

"Karena cuaca tak kunjung membaik, akhirnya MV Meratus Batam memutuskan untuk lego jangkar di Buoy 2 APBS untuk menyelamatkan korban. Begitu cuaca mulai normal, MV Meratus Batam berinisiatif melanjutkan perjalanan ke Dermaga Berlian, Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, sekalian menyerahkan empat korban ini kepada kami," ujar Edi.

Saat disinggung mengenai keadaan korban pada saat mengapung di air selama sehari, Edi mengatakan, para korban berupaya menyelamatkan diri dengan cara mengapung di atas drum yang diikat dengan bambu.

"Seluruh awak KLM Sri Utama sempat terombang-ambing di perairan Masalembu selama sehari, sebelum akhirnya bisa diselamatkan oleh MV Meratus Batam dari situasi mencekam tersebut," salah satu kabid Kesyahbandaran Utama Tanjung Perak, Surabaya itu memungkasi.


* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.