Sukses

Serai Wangi Pengisi Pundi-Pundi Petani

Setelah petani menanam serai wangi, jumlah pemuda dan perempuan yang jadi korban majikan atau penipuan PJTKI menurun.

Liputan6.com, Brebes - Pada 2014 lalu, lahan pertanian milik warga Dusun Kalibanteng, Desa Pamulihan, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, kering kerontang dan tidak mampu menghasilkan. Dua tahun berlalu, hamparan seluas 20 hektare kini segar dengan keberadaan serai wangi.

Perubahan itu menyusul keterlibatan kelompok masyarakat dari Solidaritas Perempuan untuk Perempuan dan Hak Asasi Manusia (SPEK-HAM) Surakarta dan Pemkab Brebes. Mereka memikirkan cara agar lahan produktif sepanjang waktu.

Menurut penuturan masyarakat setempat, lahan hanya bisa ditanami pada musim hujan, sehingga petani menganggur pada musim kemarau.

"Pengangguran di musim kemarau ini memicu masyarakat untuk bermigrasi baik ke luar kota maupun ke luar negeri," kata Koordinator SPEK-HAM Surakarta Elies Listiani usai launching Rumah Minyak Atsiri di Desa Pamulihan Larangan di Brebes Jateng, Rabu, 14 Desember 2016. 

Akibatnya, tidak sedikit pemuda dan perempuan desa yang mengalami perlakuan buruk saat menjadi buruh migran, dari mulai penipuan, tenaga kerja ilegal, korban perdagangan orang, bahkan kekerasan terhadap perempuan.

"Kondisi ini tentu saja sangat mengancam masa depan pertanian maupun kehidupan pemuda dan perempuan," kata dia.

SPEK-HAM kemudian meriset tanaman apa yang bisa tumbuh di lahan yang kering tanpa pengairan pada musim kemarau dan bisa sekaligus memulihkan kesuburan lahan. Ide itu bermuara pada penanaman serai wangi yang bekerja sama dengan CV Agro Buana Indonesia.

Serai wangi merupakan tumbuhan berumpun yang memiliki akar serabut. Serai wangi di Indonesia terkenal dengan nama Citronella Oil of Java. Tanaman tropis ini bisa tumbuh pada kisaran suhu 10-33°C dengan paparan sinar matahari minimal 65 persen.

Tanaman ini sebaiknya ditanam pada musim hujan agar bisa hidup terlebih dahulu dan bisa tetap hidup pada musim kemarau. Jika dirawat dengan baik dan dipupuk secara teratur, serai wangi mampu bertahan hingga 20 tahun dengan panen pertama selama 6 bulan. Panen selanjutnya setiap 3 hingga 4 bulan sekali tanpa harus menanam bibit lagi.

"Sosial entrepreneurship atau kewirausahaan sosial ini dilakukan karena kami melihat persoalan lahan tidak produktif atau mangkrak yang jumlahnya luas dan ketiadaan lowongan pekerjaan yang memadai di desa yang semakin melanggengkan kemiskinan pada masyarakat desa," ungkap Elies.

Menurut dia, persoalan itu tak ubahnya menjadi sebuah peluang untuk membentuk sebuah model bisnis baru yang bermanfaat bagi pemberdayaan masyarakat sekitar. Ia berharap usaha itu mampu memotivasi kerja keras dan gotong royong masyarakat untuk mengelola lahan milik desa agar menopang kehidupan ekonomi masyarakat secara berkelanjutan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Minyak Atsiri Serai Wangi

Usai membudidayakan serai wangi, mereka kini mendirikan Rumah Minyak Atsiri. Pengembangan usaha itu menjadi langkah nyata menyerap tenaga para pemuda dan perempuan desa dalam semua tahapan.

"Di Dusun Kalibanteng nantinya juga akan dibangun sentra pembelajaran pertanian peternakan terpadu melalui rumah penyulingan yang sinergi dengan peternakan dan rumah kompos dan menyatu dengan hamparan lahan serai wangi," kata dia.

Program itu, kata Elies, didesain menjadi program pertanian dan peternakan terpadu yang tersentral dalam satu lokasi hingga pemasaran produk turunannya. Limbah hasil penyulingan serai wangi akan menjadi pakan ternak yang bergizi bagi kambing ataupun sapi pada peternakan.

"Sedangkan, limbah hewan peternakan akan diolah menjadi pupuk cair dan padat pada rumah kompos," dia menambahkan.

Hasil kompos akan digunakan untuk menyuburkan lahan dan produktivitas serai wangi kembali. "Hasil minyak atsiri akan dikembangkan pula menjadi produk-produk yang variatif seperti obat dan kosmetik herbal oleh perempuan dan pemuda," kata dia.

Sebelum itu, masyarakat harus dilatih untuk memanajemen usaha dari hulu hingga pemasaran. Dengan begitu, para wirausahawan desa akan semakin banyak yang tumbuh dan berkembang untuk menguatkan pondasi ekonomi desa dan berkontribusi pada semakin kokohnya perekonomian nasional.

"Upaya ini tentunya tidak bisa dilakukan oleh SPEK-HAM sendiri. Tugas utama untuk membangun kesejahteraan masyarakat dengan mengelola berbagai potensi lokalnya ada di pundak pemerintah, baik pemerintah kabupaten, kecamatan, maupun pemerintah desa," dia menjelaskan.

SPEK-HAM telah berkoordinasi agar ada sinergi program antara program-program yang dilakukan oleh SPEK-HAM dengan program-program yang telah dan akan ada pada pemerintah Kabupaten Brebes dan memastikan keberlanjutan ditangkap oleh pemerintah desa setempat melalui BUMDes yang bersumber dari dana desa atau APBDes desa-desa dampingan.

3 dari 3 halaman

Dukungan Pemkab Brebes

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Brebes Budiharso mengaku sangat mendukung program yang diinisiasi SPEK-HAM untuk kesejahteraan petani di Kabupaten Brebes.

"Kami dari Pemerintah Kabupaten Brebes sangat mendukung dengan program dari SPEK-HAM. Ini juga merupakan perubahan baik sekali dengan program dengan alternatif budidaya untuk pengoptimalan hasil produksi pertanian dan peternakan warga setempat," kata Budiharso.

Di Desa Pamulihan, kata dia, sekitar 5.000 warganya sebagian besar berprofesi sebagai petani jagung dan sebagian kecil di antaranya petani padi. Selain itu, warga setempat juga memiliki ribuan hewan ternak.

"Dengan sistem yang terpadu ini, antara limbah pertanian dan limbah dari peternakan itu akan diolah menjadi pupuk kompos. Sehingga tidak ada limbah dari pertanian yang dibuang ataupun tidak terpakai," ujar dia.

Sedangkan, alternatif budidaya penanaman serai wangi, kata Budiharso, juga sangat membantu petani di desa setempat untuk meningkatkan kesejahteraan. Apalagi, dengan adanya pemberdayaan warga untuk mengolah sendiri hasil tanaman serai wangi di rumah minyak atsiri.

"Program ini benar-benar sangat membantu petani memberikan alternatif untuk mengembangkan potensi pertanian disana," kata dia.

Ke depan, Pemkab Brebes juga mengembangkan program pertanian dan peternakan terpadu di Desa Buara dan Desa Karangbandung Kecamatan Ketanggungan.

"Pengembangan Desa pertanian dan peternakan terpadu ini akan terus kami dorong. Sehingga dapat membantu masyarakat Brebes hidup sejahtera dan tidak lagi dalam kemisikinan," dia menandaskan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini