Sukses

Bersatu dalam Ikatan Merah Putih di Kepala

Berbagai atraksi mewarnai Apel Nusantara Bersatu yang digelar serentak di seluruh daerah di Tanah Air.

Liputan6.com, Bengkulu - Warga Provinsi Bengkulu mendeklarasikan semangat persatuan dan persatuan dalam ikatan merah putih di kepala. Deklarasi bertajuk Nusantara Bersatu yang digelar di Gedung Balai Buntar, Kota Bengkulu, itu diikuti tak kurang dari 2.000 orang mewakili berbagai elemen. Termasuk, para pimpinan lembaga, organisasi kemasyarakatan, dan pelajar tingkat sekolah dasar hingga mahasiswa.

Tampak hadir dalam Deklarasi Nusantara Bersatu, Kapolda Bengkulu Brigjen Pol Yovianes Nahar, Danrem 041 Garuda Emas Kol Inf Andi Muhammad, Gubernur Ridwan Mukti, ketua DPRD Ihsan Fajri, walikota Helmi Hasan dan ketua DPRD Kota Bengkulu Erna Sari Dewi.

Danrem 041/Gamas Kolonel Inf Andi Muhammad mengatakan, Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI ini dibangun atas dasar semangat menyatukan perbedaan. Kebinekaan yang memebentuk Indonesia harus dijaga, jangan sampai ada pihak pihak yang mencoba memecah belah persatuan yang sudah dipelihara selama 71 tahun dan akan dipertahankan sampai kapan pun.

"Indonesia ini berdiri di atas Bhinneka Tunggal Ika, ini yang harus kita jaga," ucap Danrem Gamas di Bengkulu, Rabu (30/11/2016).

Terkait demo 2 Desember atau lebih dikenal dengan istilah aksi damai 212, menurut Andi, pihaknya tidak akan melarang, sebab itu merupakan hak setiap warga negara dan dijamin oleh undang undang.

Tetapi khusus di Bengkulu, imbuh dia, seluruh ormas Islam dan organisasi kepemudaan sudah mengambil kata sepakat untuk menggelar zikir dan doa bersama. Acara itu dipusatkan di Masjid Raya Baitul Izzah saja dan tidak ada aksi turun ke jalan.

"Bengkulu saya tegaskan dalam kondisi aman terkendali dan kondusif," kata Andi Muhammad.

Gelar Pasukan

Sementara itu, Kepolisian Daerah Bengkulu mengelar apel siaga pasukan pengamanan demo 2 Desember di Mapolda Bengkulu yang dipimpin langsung Kapolda Brigjen Pol Yovianes Mahar.

Nusantara Benrsatu dalam Ikatan Merah Putih di Bengkulu

Inspeksi dan pemeriksaan pasukan lengkap dari semua kesatuan dilakukan Kapolda untuk memastikan kesiapan personel dan peralatan pengamanan aksi.

Kapolda mengatakan, pihaknya hanya melakukan pengamanan dan berjanji tidak akan bertindak represif terhadap para peserta zikir akbar dan kegiatan lain pada 2 Desember 2016 di seluruh wilayah dalam Provinsi Bengkulu.

Menurut dia, tindakan tegas sesuai SOP pengamanan akan diambil jika memang nanti ada pihak yang mencoba untuk melakukan tindakan inkonsistensi. Dengan kata lain, mencoba berbuat sesuatu yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku.

"Semua sudah bersepakat, apalagi seluruh elemen sangat antusias menyatukan visi untuk kebersamaan dan bersatu dalam Bhinneka Tunggal Ika," Kapolda Bengkulu memungkasi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Semarak Artis Ibu Kota

Ribuan warga dari berbagai elemen, organisasi, dan paguyuban, bersama personel TNI/Polri memadati Dataran Engku Putri, Batam, Kepulauan Riau (Kepri). Mereka menghadiri Semarak Nusantara Bersatu yang digagas TNI/Polri bersama Pemerintah Kota Batam.

Aksi Nusantara Bersatu disemarakkan kehadiran sejumlah artis dan band Ibu Kota, yakni Tukul Arwana, Boomerang, dan Duo Srigala. Tukul Arwana yang tampil dengan gaya khasnya mampu menggairahkan suasana dan keakraban seluruh elemen masyarakat yang hadir.

Komandan Kodim (Dandim) 0316 Letkol Andreas Nanang mengajak seluruh elemen masyarakat Kepri dan anak bangsa bersatu demi keutuhan NKRI. "Mari kita cintai negara kita ini. Bangkitkan terus rasa cinta tanah air," kata Andreas, Rabu (30/11/2016).

Pun demikian Wali Kota Batam HM Rudi yang tampil di atas panggung menyerukan semua elemen masyarakat agar membangkitkan semangat persatuan dan cinta Tanah Air. "Hari ini kita semua berkumpul untuk meneguhkan kembali semangat kita mencintai negeri ini. Mencintai Indonesia dan menjaga kebinekaan," kata Rudi.

"Kalau saya bilang Pancasila, jawab dengan Indonesia. Begitupun sebaliknya," teriak Rudi di hadapan ribuan warga yang hadir. Dengan penuh semangat masyarakat, TNI dan Polri mengikuti apa yang disampaikan Rudi.

Terik matahari tak menyurutkan semangat warga dan aparat TNI/Polri mengikuti Nusantara Bersatu penuh dengan nuansa keakraban .

3 dari 5 halaman

Masyarakat Tak Ingin Terpecah-belah

Sementara di Surabaya, Jawa Timur, sekitar 25 ribu orang terdiri dari TNI, Polri, veteran, pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum antusias mengikuti Aksi Nusantara Bersatu yang digelar di Lapangan Makodam V/Brawijaya.

Pangdam Brawijaya Mayjen TNI I Made Sukadana di sela aksi mengatakan, kegiatan ini untuk menunjukkan kepada seluruh masyarakat bahwa persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia melalui kebinekaan masih ada.

"Kita bisa lihat antusiasme masyarakat berbondong-bondong datang, meski di bawah terik sinar matahari mereka tetap semangat, semua bersukacita," tutur Pangdam Brawijaya, Rabu (30/11/2016).

Pangdam menegaskan dengan adanya Aksi Nusantara Bersatu ini membuktikan seluruh masyarakat ingin bersatu tidak ingin terpecah belah. "Melihat banyaknya yang hadir, menandakan jika masyarakat Indonesia masih utuh, karena aksi ini digelar serentak di seluruh Indonesia."

Sementara, Bambang Sulistomo, anak pejuang nasional Sutomo atau Bung Tomo, menyatakan pentingnya persatuan dan kesatuan di tengah kebinnekaan sebagai bangsa Indonesia.

"Kita perlu ketahui dan memahami bahwa yang dilakukan para pendahulu kita adalah untuk mencapai kemerdekaan. Menjadi bangsa yang mandiri terbebas dari cengkeraman bangsa asing," ucap Bambang.

Dari catatan panitia diketahui, para peserta ada yang datang menggunakan bus, minibus, atau naik motor. Para peserta ini bukan hanya dari Surabaya, tetapi beberapa daerah lain seperti Sidoarjo, Gresik, Mojokerto, dan Pasuruan.

Sebelum masuk ke lokasi, panitia penyelenggara sengaja menyiapkan pita merah putih untuk dikenakan para peserta saat melakukan aksi. "Bazar makanan rakyat gratis buat para peserta dan undangan seperti soto ayam, soto daging, siomay, nasi ayam goreng, dan bakso, juga telah disiapkan," ujar Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) V Brawijaya, Kolonel (Arh) Sinthu Bas Ignatius.

Selain menikmati makanan rakyat, peserta juga dihibur beberapa aksi seperti aksi para Taruna AAL yang tergabung dalam Genderang Suling Jala Taruna, Drama kolosal dari Dewan Kesenian Jawa Timur, senam Gemu Famire, dan Parade Reog Ponorogo.       

Aksi yang juga digelar serentak di seluruh Indonesia ini terkesan serius, tapi santai. Hampir tidak ada batas antara TNI, Polri, masyarakat umum dan jajaran pejabat pemerintah. Mereka membaur senam bersama, bernyanyi, dan makan bersama.

"Saya senang ikut acara seperti ini, bukan hanya meriah tapi juga bisa melihat dari dekat bahkan naik dan foto di kendaraan tempur milik Kodam," ujar Eko Prasetya, peserta aksi asal Surabaya.

4 dari 5 halaman

Atraksi Budaya Meriahkan Nusantara Bersatu

Tak hanya Surabaya, Gerakan Nasional Nusantara Bersatu yang diselenggarakan serentak berlangsung meriah di Banyuwangi, Jawa Timur. Sekitar seribu orang dari berbagai elemen memadati Pendopo Shaba Swagata Blambangan yang menjadi lokasi acara.

Selain para pejabat forum pimpinan daerah, TNI, polisi, tokoh lintas agama, ormas, organisasi kepemudaan, partai politik, mahasiswa dan juga pelajar tampak berbaur bersama mengenakan ikat kepala merah putih sembari mengibarkan bendera merah putih kecil.

Meski gerakan nasional, pelaksanaan Nusantara Bersatu berbeda satu daerah dengan daerah yang lain. Ada yang mengekspresikannya dengan apel, kirab dan lain sebagainya. Di Banyuwangi, misalnya, menampilkan atraksi budaya sebagai ekspresi persatuan.

Para hadirin yang memenuhi pendopo Banyuwangi tersebut disuguhi berbagai jenis tari-tarian dari berbagai daerah di Indonesia. Tak ketinggalan berbagai nyanyian daerah yang dibawakan oleh paduan suara SMAN 1 Banyuwangi turut mengiringi.

"Jika di daerah lain ada yang melaksanakan apel, kirab, konvoi dan lain sebagainya, tapi kita di Banyuwangi mengekspresikannya dengan atraksi kebudayaan," tutur Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com dari Humas Pemkab Banyuwangi, Rabu (30/11/2016).

Dengan kebudayaan itu, papar Anas, berbagai perbedaan bisa terjalin dengan indah dalam satu kesatuan. "Perpaduan tari-tarian dari berbagai daerah yang ditampilkan, mengajarkan pada kita bahwa kebudayaan mengajarkan keindahan jika kita persatukan," kata Anas.

Dalam momen tersebut, Anas juga mengajak seluruh elemen untuk berdoa bersama untuk kesatuan dan kedamaian bangsa Indonesia. "Kita senantiasa berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar Negara kita ini tetap aman dan damai, dijauhkan dari berbagai disintegrasi bangsa."

Selain disuguhkan dengan sendratari dan lantunan lagu-lagu daerah, Nusantara Bersatu di Banyuwangi juga diisi dengan deklamasi puisi oleh perwakilan pelajar dari latar belakang agama yang berbeda. Masing-masing dari mereka membawakan puisi bertemakan persatuan dan toleransi sesama anak bangsa.

Sebelumnya, para hadirin juga membubuhkan tanda tangan di atas kain putih sepanjang sepuluh meter sebagai bentuk komitmen untuk menjaga persatuan bangsa.

5 dari 5 halaman

Suara Anak Tenggara untuk Nusantara Bersatu

Adapun acara Nusantara Bersatu di alun-alun rumah jabatan Gubernur Nusa Tenggara Timur di Kota Kupang, Rabu (30/11/2016), membawa suasana haru. Suasana haru itu saat acara diisi dengan curahan hati tentang Indonesia yang damai dan bersatu dari seorang siwa SMPN 2 Kupang, Fetor Bijak Anakai.

Ada juga puisi berjudul "Suara Anak Tenggara", dari dua siswa SMA St Carolus Penfui. Puisi itu membuat sebagian peserta kegiatan itu meneteskan air mata.

Pantauan Liputan6.com, usai pembacaan puisi, dilanjutkan dengan doa bersama dari lima pemuka agama dan diakhiri dengan pembacaan dan penandatangan seruan bersama seluruh pemimpin agama di NTT.

"Kemerdekaan merupakan hasil kerja sama dan perjuangan seluruh anak bangsa. Karena itu, tidak boleh ada satu kelompok mana pun, mengklaim negara ini sebagai miliknya sendiri. Bangsa ini adalah milik bersama. Negeri ini diproklamirkan untuk semua," ujar Gubernur NTT Frans Lebu Raya dalam orasinya.

Lebu Raya mengungkapkan, perbedaan merupakan realitas yang harus diterima. Namun, perbedaan yang sudah disadari sejak awal oleh pendiri bangsa, merupakan kekuatan besar yang harus dijaga dan dipertahankan.

"Di mana pun di seluruh dunia, selalu ada yang menyebut dirinya mayoritas dan minoritas. Republik Indonesia yang menjunjung tinggi demokrasi, mayoritas bukanlah menjadi jaminan dan minoritas bukanlah tirani. Mayoritas baru memiliki makna apabila ia mengayomi dan melindungi minoritas," Lebu Raya menambahkan.

Pahlawan Bangsa dari Semua Agama

Sementara itu, anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Kiai Haji Hasyim Muzadi menegaskan, kemerdekaan Indonesia dibangun oleh semua agama.

"Tidak boleh ada agama mana pun, boleh mengklaim diri sebagai satu-satunya yang memperjuangkan kemerdekaan. Pahlawan-pahlawan bangsa berserakan di seluruh negeri, dari semua agama," ujar Hasyim.

"Maka konsekuensinya, tidak boleh ada satu agama pun, yang boleh mengambil alih negara, untuk dirinya sendiri tanpa keterkaitan dengan agama lainnya," mantan Ketua PBNU itu menambahkan.

Dia menyatakan pula, saat ini selalu ada potensi gangguan terhadap Nusantara Bersatu, baik dari dalam maupun dari luar negeri. Menurut dia, pintu masuk yang paling cepat untuk memecah kesatuan Indonesia adalah melalui konflik agama.

"Konflik-konflik agama di Indonesia, umumnya terjadi karena faktor-faktor nonagama yang diagamakan oleh agama itu sendiri," ujar Hasyim.

Menurut Hasyim, tokoh-tokoh agama memilki kewajiban, untuk kembali menempatkan agama sebagai agama. Agama harus menjadi potensi negara, bukan sebagai sumber masalah. Agama harus diletakkan sebagai pegangan hidup dan keluhuran. Agama akan berkembang, kalau menawarkan semangat humanisme.

"Tokoh-tokoh agama juga hendaknya terbuka, untuk belajar ajaran agama lain. Saya selalu mengimbau kepada penyelenggara negara, untuk menempatkan Pancasila sebagai satu-satunya ideologi negara," ujar dia.

Hasyim mengingatkan pula agar kebenaran tidak diidentikkan dengan mayoritas dan minoritas.

Sementara itu, Ketua Sinode GMIT Pendeta Merry Kolimon menyatakan, Indonesia adalah suatu fakta kemajemukan atau Bhinneka Tunggal Ika. Keberagaman adalah modal sosial bangsa. "Ketika kita menolak keragaman, kita sedang menolak menjadi Indonesia, seperti komitmen awal para pendiri bangsa."

Karena itulah, ia meminta kepada Presiden Jokowi Widodo atau Jokowi untuk tidak berkompromi dengan kelompok intoleran yang memiliki agenda-agenda terselubung.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini