Sukses

Top 3: Salam Terakhir Sertu Bayu pada Ibunya Sebelum Heli Jatuh

Sebelum berangkat menaiki heli milik TNI AD bersama awak lainnya, Bayu sempat berpesan kepada sang istri.

Liputan6.com, Dumai - Dari lima prajurit TNI yang menumpang Heli Bell 412 EP milik TNI AD dan jatuh di hutan Kalimantan Utara, empat di antaranya berhasil ditemukan, pada Minggu, 20 November 2016. Sedangkan satu lagi masih dalam proses pencarian Tim SAR.

Dari empat awak, tiga prajurit TNI AD dinyatakan tewas. Salah satunya Sertu Bayu, prajurit di Satuan Penerbang Angkatan Darat yang bertugas sebagai mekanik.

Sebelum berangkat menaiki heli milik TNI AD bersama awak lainnya, Bayu sempat berkomunikasi dengan ibundanya, Delima, melalui telepon seluler atau ponsel.

Berita tersebut paling banyak disorot pembaca Liputan6.com, terutama di kanal Regional.

Kabar lainnya yang juga tak kalah menarik perihal tanda-tanda alam yang diyakini bisa mendeteksi akan datangnya gempa bumi. Salah satunya bisa diamati dari perubahan perilaku binatang tertentu, seperti ikan lele menjadi gelisah. 

Berikut berita-berita terpopuler yang terangkum dalam Top 3 Regional:

1. Sebelum Heli Jatuh Sertu Bayu Telepon Ibunda di Dumai

Ilustrasi helikopter jatuh. (Istimewa)

Sebelum berangkat menaiki heli milik TNI AD bersama awak lainnya, Lettu Yohanes, Lettu Ginasa, Praka Suyanto, dan Lettu Absi (selamat), Sertu Bayu sempat berkomunikasi dengan ibundanya, Delima, melalui telepon seluler atau ponsel.

Delima menyebut memang jarang berkomunikasi dengan anaknya itu. Bukan karena lupa terhadap orangtua, melainkan lantaran Bayu memang disibukkan dengan tugasnya sebagai prajurit negara.

"Pendidikan kedua anaknya semoga diperhatikan sama TNI AD hingga ke perguruan tinggi," kata Delima di kediamannya Gang Pusaka, Jalan Bintan, Kelurahan Sukajadi, Kota Dumai, Riau, Senin, 28 November 2016.

Delima menceritakan, Bayu meninggalkan istri bernama Rahmawita Dewi dan dua anak, Bara Alimsyah dan Artarsyah.

Sertu Bayu merupakan prajurit di Satuan Penerbang Angkatan Darat sebagai mekanik. Dia terbang bersama Lettu Yohanes, Lettu Ginasa, Praka Suyanto dan Lettu Abdi (selamat) pada Kamis, 24 November lalu.

Selengkapnya...

2. Awan Aneh hingga Ikan Lele Gelisah Jadi Penanda Gempa Bumi

Bentuk awan yang dipercaya sebagian warga Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai pertanda akan munculnya bencana ataupun gempa bumi. (Liputan6.com/Switzy Sabandar)

Gempa bumi tidak datang dan pergi begitu saja. Sebab, ada beberapa tanda alam yang diyakini bisa diperhatikan untuk memantau pergerakan lempeng bumi tersebut.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Nyoman Sukanta menyebutkan, hal tersebut bisa diamati dari perubahan perilaku binatang tertentu, seperti ikan lele menjadi gelisah. 

Selain itu, adanya cahaya sekilas secara mendadak, adanya suara-suara tidak lazim secara tiba-tiba, perubahan suhu air tanah, anomali medan magnet bumi, dan timbul radiasi radon.

"Cahaya itu seperti muncul kilat yang tiba-tiba dan suara menyerupai ledakan atau suara runtuhan. Energi panas juga akan memengaruhi peningkatan suhu air tanah secara tiba-tiba."

Selengkapnya...

3. Longsor Terjang Bandung Barat 6 Kali dalam Seminggu

Sejumlah rumah diterjang longsor dan sempat menimbun 2 orang. Sementara itu, Buni Yani akhirnya ditetapkan sebagai tersangka.

Curah hujan yang tinggi membuat kondisi tanah tidak stabil, sehingga membuatnya terus bergerak hingga ambles. Hal itulah yang terjadi di enam desa di Bandung Barat, Jawa Barat (Jabar).

Demikian rangkuman Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang diperoleh Liputan6.com, Selasa (29/11/2016). Berikut resume kejadian gerakan tanah alias longsor tersebut:

Curah hujan yang tinggi mengakibatkan longsor di Jalan Kolonel Masturi, Kampung Kramat, Desa Cikahuripan, dan Kampung Sukaluyu, Desa Jayagiri, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat.

Longsor terjadi pada Minggu, 13 November 2016, sekitar pukul 19.15 WIB. Jenis gerakan tanah adalah longsor bahan rombakan.

"Gerakan tanah berasal dari tebing setinggi 70 meter dan menutupi badan jalan. Di sekitar lokasi juga terjadi retakan di jalan sepanjang 50 meter," kata Ego.

Selengkapnya...

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.