Sukses

Menara Pemantau Tsunami di Bengkulu Bakal Dihancurkan

Rencana penghancuran menara pemantau tsunami itu menimbulkan pro kontra di antara warga.

Liputan6.com, Bengkulu - Pemerintah Provinsi Bengkulu berencana menghancurkan Menara Pemantau Tsunami atau View Tower yang berada di alun alun depan rumah dinas Gubernur Bengkulu Ridwan Mukti. Menara yang dibangun saat Bengkulu dipimpin Gubernur Agusrin M Nadjamuddin itu hingga saat ini memang belum difungsikan.

Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bengkulu Suparhim mengatakan, keberadaan menara memang bermasalah sejak awal didirikan. Selain berada di kawasan cagar budaya, menara ini juga tidak dialiri listrik. Padahal, di dalam bangunan terdapat lift untuk petugas dan pengunjung untuk naik ke puncak menara.

"Kita sudah meminta BPK untuk melakukan audit terhadap anggaran pembangunannya. Soal listrik memang sudah tidak dialiri lagi, sebab sudah menunggak pembayaran hingga puluhan juta rupiah," ucap Suparhim di Bengkulu, Senin (28/11/2016).

Menurut dia, faktor lain yang memicu akan dihancurkannya menara adalah biaya perawatan yang sangat tinggi. Kondisi bangunan yang disangga tiang besi sudah keropos di beberapa bagian sehingga sangat membahayakan.

Apalagi, menara pemantau tsunami kerap didatangi para pengunjung setiap ada kegiatan seperti pesta rakyat tahunan Tabot Muharram.

Rencana menghancurkan bangunan Menara Pemantau Tsunami itu sudah menjadi perbincangan di media sosial. Pro dan kontra, bahkan perdebatan sengit, mengemuka di media sosial Facebook.

Pemilik akun Dadang Sutrisno, misalnya. Ia mengatakan, sekalipun berdiri di area cagar budaya, bila memberi manfaat bagi masyarakat sekitar, ia menyayangkan jika menara itu benar dihancurkan.

Jika memang terjadi kerusakan pada beberapa bagian, menurut Dadang, sebaiknya diperbaiki saja, bukan dihancurkan.

"Jika dihancurkan, mau pindah ke mana, buang-buang duit saja," tulis akun Dadang Sutrisno.

Pemilik akun Fandi Nuga dan Bunda Lenny menyatakan, sebaiknya pengelolaan kawasan alun-alun itu diserahkan kepada pihak swasta saja. Supaya bisa dilakukan perawatan dan dikelola secara profesional dan mendatangkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

"Sekarang kondisinya memang semrawut dan keberadaan monumen seperti mubazir saja," Fandi Nuga menegaskan.

Adapun pemilik akun Fitri Yanti mengaku kecewa dengan kebijakan gubernur tersebut. Seharusnya, gubernur membangun tanpa merusak yang sudah ada.

Dia juga menyarankan supaya gubernur menguatkan perputaran uang di Bengkulu supaya tidak lagi menjadi provinsi yang termiskin.

"Saya cuma bisa bicara tidak bisa bertindak," tulis akun Fitri Yanti.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.