Sukses

Kiai Cirebon Cegah Paham Islam Radikal di Pesantren 'Dadakan'

Ada ciri khusus paham Islam radikal. Kiai Cirebon membendungnya.

Liputan6.com, Cirebon - Julukan Kota Santri yang melekat di Cirebon belakangan mendapat perhatian serius para kiai dan sesepuh pondok pesantren di kawasan pantura Jawa Barat ini.

Para kiai di seluruh Cirebon kini tengah mewaspadai masuknya paham Islam radikal lebih dalam lagi di kalangan pesantren. Para Kiai mensinyalir, beberapa pondok pesantren khususnya yang ‘dadakan’ sudah dimasuki paham radikal.

Selain radikal, mereka menduga sejumlah santri sudah mengikuti paham radikal yang berujung pada tindak kekerasan.

"Untuk pesantren besar di Cirebon dipastikan tidak akan bisa dimasuki paham radikal karena mereka sudah memiliki komitmen terhadap NKRI dan Pancasila yang kuat," kata Pimpinan Pondok Pesantren Kempek Cirebon KH Mustofa Aqil, Senin, 21 November 2016.

Dia mengatakan, karakter masyarakat Indonesia yang kental dengan budaya ketimuran yakni halus, tepa selira, gotong royong, dan ramah, memudahkan jalur paham radikalisme masuk kemana saja terlebih ke dalam pesantren.

Dia menegaskan kiai di seluruh Cirebon menolak kekerasan dalam bentuk apapun karena Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) harga mati. Kalau ada pihak-pihak yang mengancam kedaulatan negara, mereka akan berkonfrontasi dengan pilar NKRI, yakni alat negara dan kaum Kiai.

"Kami menolak kekerasan. Mereka itu sudah berani mengucapkan ingin mengganti Pancasila berarti sudah mengajak konfrontasi. Bagi Kiai, NKRI harga mati dan Pancasila merupakan klimaks dari perjuangan," tutur dia.

Ia tidak menampik, terdapat sejumlah santri yang sudah masuk mengikuti paham radikal, namun ia memastikan, pesantren-pesantren besar di Cirebon tidak akan bisa disusupi pembawa ajaran radikal.

"Kami tidak bisa mengingkari, ya satu dua ada, kebanyakan mereka itu santri-santri tanggung lah. Pesantren-pesantren tertua dan terbesar di Cirebon tidak akan bisa disusupi ajaran-ajaran radikal. Nah, kalau pesantren-pesantren dadakan yang tiba-tiba ada, itu banyak," ucap dia sembari menolak menyebutkan nama pesantren ‘dadakan' itu.

Ketua Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Maman Imanulhaq mengatakan, sangat mudah untuk melihat pondok pesantren yang terindikasi radikalisme, yakni pondok pesantren yang mengajarkan paham puritanisme, dan itu tidak ada hubungannya dengan Nahdlatul Ulama (NU).

"Apa ciri puritanisme? Salah satunya adalah, mereka hanya memakai satu ayat satu referensi yang tidak pernah berubah dan tidak pernah mencari referensi lain," tutur dia.

Menurut Maman, literatis ini banyak dipakai orang-orang yang suka membenturkan upaya penegakan hukum yang dilakukan oleh petugas yang akhirnya mental, karena dibenturkan dengan ayat Alquran.

"Padahal, hal itu tidak seharusnya terjadi karena polisi sebagai alat pemerintah jangan pakai ayat suci tapi ayat konstitusi," kata Maman.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.