Sukses

Rasa Tak Biasa Kopi Liberika dari Lahan Gambut

Meski kurang dikenal, peminat Kopi Libtukom datang dari Malaysia dan Singapura.

Liputan6.com, Jambi - Sejak dahulu, kopi menjadi bagian tak terpisahkan dari Indonesia. Suburnya bumi nusantara menjadikan banyak jenis kopi tumbuh subur merata sepanjang khatulistiwa.

Tak jarang, meski berasal dari jenis kopi yang sama, namanya bisa berbeda-beda karena membawa ciri khas daerah masing-masing. Namun secara umum, ada dua varietas pohon kopi yang dikenal di Indonesi yakni kopi Robusta (Coffea canephora) dan kopi Arabika (Coffea Arabica).

Selain dua varietas populer itu, ada satu jenis kopi berbeda yang kini mulai banyak dibudidayakan petani Jambi. Jenis kopi ini adalah kopi Liberika (Coffea liberica).

Dari catatan situs Jurnal Bumi, kopi liberika disebut-sebut berasal dari tanaman kopi liar di daerah Liberia. Kopi liberika dibawa bangsa Belanda ke Indonesia pada abad ke-19.

Kopi ini dikembangkan untuk menggantikan tanaman arabika yang terserang wabah penyakit karat daun. Di Indonesia, kopi liberika bisa ditemukan di daerah Jambi dan Bengkulu.

Berbeda dengan arabika dan robusta, tanaman kopi liberika berukuran besar, bisa mencapai tinggi 9 meter. Biji kopi liberika juga lebih besar, kadang mencapai dua kali lipat ukuran biji arabika. Yang unik, daun tanaman kopi ini mengandung kafein lebih banyak dari bijinya.

Bila biasanya tanaman kopi tumbuh di daerah pegunungan maupun dataran tinggi. Kopi liberika justru subur di dataran rendah, tepatnya lahan gambut.

Khusus di Jambi, jenis kopi ini hanya ada di kawasan timur. Tepatnya di atas lahan gambut di Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar).

Ditemui pertengahan Oktober 2016 lalu, Murdianto selaku koordinator lapangan Masyarakat Perlindungan Indikasi Geograis (MPIG) di Kecamatan Betara, Kabupaten Tanjabbar mengatakan, kopi liberika digadang-gadang bisa menjadi salah satu kopi unggulan dari Provinsi Jambi.

Agar lebih dikenal secara kedaerahan, kopi liberika asal Tanjabbar ini diberi nama khusus dan menjadi varietas turunan kopi Liberika yakni Kopi Liberika Tungkal Komposit atau disingkat Libtukom.

Nama Tungkal diambil dari nama ibu kota Kabupaten Tanjabbar yakni Kuala Tungkal. Nama khusus ini juga sudah disandang sebagai hak paten sejak 2015 lalu.

"Kopi Libtukom ini banyak peminatnya dari Malaysia dan Singapura," ucap Murdianto.

Harga Menjanjikan

Murdianto menyebutkan, di Kabupaten Tanjabbar ada 2.800 hektare lahan gambut yang sudah ditanami kopi Libtukom. Wilayahnya tersebar di tiga kecamatan yakni, Kecamatan Betara, Pengabuan dan Bram Itam.

Sejauh ini, kata Murdianto, tidak ada persoalan mencolok dalam hal produksi maupun pemasaran kopi Libtukom. Menurut dia, kopi liberika tergolong mudah perawatan dan pemeliharaannya. Selain itu, jenis kopi ini juga kuat terhadap penyakit.

"Untuk pemasaran, pengepul (pembeli) langsung datang ke kami (petani) saat panen," kata dia.

Tak hanya dari Malaysia dan Singapura, sejumlah kafe dari kota-kota di Pulau Jawa juga mulai banyak yang memesan kopi Libtukom.

Salah satu faktor banyak petani di Tanjabbar yang mulai beralih menanam kopi liberika adalah harganya yang lumayan menjanjikan. Murdianto menyebutkan, harga jual kopi Libtukom di tingkat petani mencapai Rp 34 ribu per kilogram.

Sedangkan, kopi yang sudah dipilih dengan biji terbaik (SOP) harganya lebih mahal lagi yakni Rp 65 ribu per kilonya. Harga tersebut bisa makin mahal lagi apabila kopi sudah disangrai dengan kualitas SOP yakni Rp 150 ribu per kg. Harga kopi bubuk siap pakai termahal mencapai Rp 160 ribu per kilo.

Terpisah, Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, Budidaya mengatakan, kopi liberika merupakan tanaman yang sangat menjanjikan dalam peningkatan ekonomi masyarakat.

Ia menyebutkan, produksi kopi liberika di Jambi mencapai 1,4 ton per tahun. Jumlah tersebut amat mungkin bertambah dengan banyaknya petani yang mulai beralih menanam kopi liberika dengan memanfaatkan lahan gambut yang ada.

Menurut Budidaya, upaya Provinsi Jambi salah satunya adalah membantu petani dalam promosi agar kopi liberika dari Jambi makin dikenal luas. Menggandeng pihak swasta yang bergerak dibidang pariwisata menjadi pilihan.

"Jadi, setiap wisatawan yang datang ke Jambi akan dikenalkan nikmatnya kopi Libtukom," kata Budidaya menambahkan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.