Sukses

Bocah Penjual Buah Lontar Setop Sekolah demi Hidupi Orangtua

Bocah penjual buah lontar berusia 9 tahun itu sempat mengenyam sekolah hingga kelas 3 SD. Hingga kini tetap memendam mimpi jadi polisi.

Liputan6.com, Makassar - - Jika bocah lainnya asyik bermain dan bersekolah, tidak demikian dengan Rian. Bocah 9 tahun asal Kampung Rappo-Rappo Jawayya, Kecamatan Tamalate, Kabupaten Jeneponto, Sulsel, sibuk keluar masuk kampung dengan berjalan kaki untuk berjualan buah lontar.

"Terpaksa kak, membantu kakak di sini yang mengumpulkan uang untuk membantu ibu dan bapak di kampung, di Jeneponto," kata Rian saat ditemui Liputan6.com di perempatan Jalan Hertasning Makassar, Minggu malam, 6 November 2016.

Rian memilih ikut kakaknya ke Kota Makassar karena ingin membantu kakaknya yang menjadi tulang punggung keluarga. Rian mengaku tak lagi bisa bersekolah sejak beasiswa pemberian Pemkab Jeneponto tak lagi diterimanya.

Ia pun hanya bisa bersekolah sampai kelas 3 SD saja. Ia juga terpaksa berhenti bermimpi menjadi seorang polisi demi membantu orangtuanya di kampung yang juga berjualan buah lontar.

"Tapi bapak dan ibu sudah tua kak, sekarang mereka di kampung, tak bisa berbuat banyak lagi. Saya dan kakak yang terpaksa menggantikan pekerjaannya berjualan buah tala (lontar) di sini dengan memanfaatkan pinggiran jalan yang ramai ," kata Rian.

Dari hasil berjualan buah lontar, Rian mengaku mendapatkan hasil dari Rp 10 ribu hingga Rp 30 ribu. Hasil itu kemudian disisihkannya separuh untuk dikumpul membayar sewa kos di Jalan Adyaksa Makassar serta sisanya lagi untuk ditabung buat orangtuanya di kampung.

"Berjualan ini sudah setahun lebih kak, dan nantinya mau digunakan buat lanjut sekolah dan kembali meraih cita-cita menjadi polisi. Pokoknya, Rian mau kumpul uang yang banyak kejar cita-cita," ucap Rian dengan semangat.‎

Rian mengaku berjualan buah lontar sejak pagi. Ia terbiasa berjalan puluhan kilometer. Setelah malam tiba, ia pun memilih mangkal di perempatan Jalan Hertasning Makassar‎.

Rasa kantuk tak pernah menghalangi dirinya untuk terus berjuang menghabiskan dagangan buahnya dibeli para pengendara jalan yang lewat. Ia juga tak takut akan ancaman begal yang sewaktu-waktu bisa menghampiri dirinya.

"Kebetulan malam ketemu di jalan ini yah mangkalnya di sini lagi. Kadang di tempat lain. Kalau mengantuk tidurnya di jalan ini juga kak. Nanti balik kalau sudah pukul 02.00 Wita dini hari," ucap Rian.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini