Sukses

Kisah Teriakan Gadis Belia Pengidap Radang Otak

Gadis itu bernama Videla Orista Hariyani. Radang otak memaksa dirinya sehari-hari hanya tidur dan tiduran saja.

Liputan6.com, Semarang - Seorang gadis belia berteriak-teriak, ketika mendengar suara sepeda memasuki pelataran kamar sewaan. Pagi itu sepeda dikendarai Mamie Sulistyawati yang memasuki sebuah kamar sewaan berukuran 3 x 3 meter di Kota Semarang, Jawa Tengah. Entah apa yang diekspresikan, namun ia kemudian memandang Mamie dengan sorot mata tenang.

Gadis itu berusia 13 tahun. Namun, ia tak sekolah, pekerjaannya sehari-hari hanya tidur dan tiduran saja. Mamie adalah ibu yang melahirkannya. Mereka berdua tinggal di tempat kos, Jalan Kelengan Kecil, Kelurahan Kembangsari, Kota Semarang.

"Dia memang enggak bisa komunikasi. Maksudnya enggak bisa ngomong," ucap Mami Sulistyawati (35) kepada Liputan6.com, Sabtu (29/10/2016).

Mamie kemudian bercerita mengenai anaknya. Biasa dipanggil Della, nama lengkap anaknya cukup mentereng, Videla Orista Hariyani. Ia lahir normal 13 tahun lalu.

"Dulu mulai sakit saat umur 9 bulan. Awalnya panas tinggi. Lalu saya periksakan di Rumah Sakit Tentara (RST) Semarang," tutur Mamie.

Hanya beberapa saat di unit gawat darurat (UGD), Della diharuskan menjalani rawat inap. Mamie menurut aja rekomendasi dokter. Della pun tidur di rumah sakit hingga dua minggu.

Kegelisahan Mamie mulai muncul setelah dua minggu ternyata perkembangan kesehatannya sangat lamban. Akhirnya ia dirujuk ke RSUP dokter Kariadi, Semarang.

"Diagnosa dokter mengatakan anak saya radang otak," kata Mamie dengan mata menerawang berkaca-kaca.

Setelah dirawat di RSUP dengan peralatan yang lebih lengkap, kondisi Della mulai stabil. Pulang dari RSUP Kariadi, masalah lanjutan menanti. Mamie yang sudah ditinggalkan suami, harus berjuang menegakkan stabilitas kuali. Ia harus mencari nafkah menghidupi dirinya dan Della.

Bangun pagi membereskan rumah dan merawat Della hingga pukul 10.00 WIB. Sesudahnya ia harus buru-buru mengayuh sepedanya menuju ke tempat pekerjaan. Ia rela menjadi pembantu rumah tangga pocokan. Pekerjaan rumah tangga di tempat majikan, ia lakoni hingga pukul 16.00 WIB.

"Biasanya kalau sampai depan, Della mendengar suara sepeda saya. Dia mulai berteriak. Entahlah. Tapi saya yakin ia berteriak gembira," kata Mami.

Untuk berpindah tempat, Dela selalu digendong ibunya termasuk untuk hanya sekedar mendapatkan sinar matahari di depan rumah. Tenaganya yang banyak terkuras saat bekerja membuat Mami tidak bisa menggendong anak keduanya itu untuk jalan-jalan terlalu jauh.

"Kalau Minggu saya libur, saya gendong ke luar rumah biar lihat matahari," kata Mamie.

Mami dan Dela tinggal bersama dua anak Mami lainnya beserta sang kakek. Mereka berbagi tempat di kamar yang sempit dan tetap saling berbagi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bantuan Kursi Roda

Dari kondisi itu, para jurnalis Kota Semarang pehobi mancing mengajak Wali Kota Hendrar Prihadi untuk menyambangi. Kali ini bukan sekadar menyambangi. Para jurnalis pehobi mancing itu menyerahkan kursi roda untuk meringankan beban Della dan Mamie pada Selasa, 25 Oktober 2016.

"Nok (denok, panggilan untuk anak perempuan), sekarang kita bisa jalan-jalan ya, nok, ya," kata Mami dengan suara lirih sembari mencium pipi anaknya.

Buat meringankan beban Mamie, sang wali kota menawarkan kemudahan untuk Mamie dengan menitipkan Dela di panti milik Dinas Sosial, Pemuda dan Olahraga (Dispora) setempat, sehingga Mamie bisa bekerja tenang. Hendi juga meminta Camat Semarang Tengah berkoordinasi dengan Dispora untuk pengobatan gratis bagi Dela.

"Jadi ibu bisa tenang saat kerja, anak ada yang mengurus. Ya kalau ibu berkenan," kata Hendi.

Sayang niat baik dan kehadiran negara yang diwakili Wali Kota Semarang belum bisa dimengerti sepenuhnya oleh Mamie. Ia tidak setuju anaknya dirawat di panti. Alasannya, sudah mengurus Della selama 13 tahun, cukup sulit untuk menitipkan kepada orang lain.

"Kalau dirawat ya tidak apa-apa. Daripada di sini ditinggal kerja. Memang harapannya ada yang merawat, tapi enggak tega. Sudah 13 tahun sama dia, yang tahu dia sakit, maunya apa ya ibunya," ujar Mami.

"Enggak apa-apa. Nanti dipikir bersama. Mudah-mudahan bantuan teman-teman wartawan pehobi mancing ini bisa membantu," kata Hendi.

Sementara itu ketua perwakilan jurnalis Wisnu Wardhana mengatakan pemberian bantuan terhadap gadis penderita radang otak itu merupakan permulaan ajang Festival Polder Tawang yang rencananya digelar pada 30 Oktober 2016 mendatang. "Semoga keberadaan kami membawa manfaat lebih bagi masyarakat."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini