Sukses

Gerakan Tambal Jalan Tanpa Pamrih ala Jogja Nyah Nyoh

Liputan6.com, Yogyakarta - Jika sebagian besar orang memilih menghindar dan berlalu jika menemukan badan jalan berlubang, tidak demikian dengan komunitas Jogja Nyah Nyoh (JNN). Para anggota komunitas ini justru akan berhenti untuk menandai dengan cat warna terang dan selanjutnya disemen.

"Nama nyah nyoh hanya ada di Jogja, memberi tanpa sebab. Ikhlas. Ini komunitas selo (santai). Nyah nyoh itu konsep dan sekaligus harapan," kata Tumenggung, sebutan bagi Ketua JNN, Arditya Eka Sunu, Sabtu (22/10/2016).

Adit, biasa dipanggil, menuturkan pembentukan komunitas itu berawal dari rusaknya fasilitas umum, terutama jalan. Pada pertengahan 2015, Adit dan beberapa orang rekannya melihat jalan banyak yang berlubang.

Komunitas itu awalnya beraksi hanya dengan menandai lubang menggunakan cat putih. Ternyata, masih banyak pengendara yang terjatuh di lubang itu hingga kemudian mereka sepakat untuk menyemen jalan tersebut.

Namun, niat baik itu tidak selalu direspons warga dengan baik. "Waktu itu, di Imogiri Barat, deket stadion, kita dikepung warga. Disangka negatif. Kita jelaskan, akhirnya bisa mengerti. Setelah itu, kita bikin wadahnya Jogja Nyah Nyoh di tahun 2016, tepatnya setelah Valentine," kata Adit.

Setelah komunitas terbentuk, ia pun menjaring lebih banyak orang. Hingga kini, komunitas beranggotakan 30 orang yang selalu patungan seminggu sekali dengan besaran Rp 5 ribu.

Anggota yang bergabung dari berbagai kalangan, mulai dari PNS hingga kalangan profesional. Mereka sepakat bergotong royong untuk menyemen jalan berlubang setiap Rabu malam di atas jam 21.00 WIB.

"Sekarang mungkin komunitas, tapi kami inginnya ini gerakan. Kita bukan institusi tapi gerakan. Jadi inspirasi warga untuk bergerak. Kita pernah hanya tiga orang saja menyemen jalan, tapi kita libatkan warga sekitar, malah jadinya lebih dari 10 orang," ujar Adit.

Adit mengatakan aksi itu baru dilakukan di Sleman, Bantul, Kota Jogja dan Kulon Progo. Namun, ia berharap agar masyarakat dapat bekerja sendiri menyemen jalan karena jika hanya mengandalkan pemerintah, akan sulit dan terlalu lama.

"Sangat penting kita orang Jogja. Welcome, enggak usah gaya, enggak usah minder. Siapapun yang tinggal di Jogja, ya orang Jogja, ayo kota ini dirawat," kata Adit mengimbau.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tetap Dicela

Lokasi yang paling sering menjadi sasaran gerakan komunitasnya berada di kawasan Jogja Expo Center dan kawasan Blok O yang merupakan perbatasan kota dengan kabupaten. Di lokasi itu, ada banyak lubang berdiameter 1,5 meter dengan kedalaman 20 cm yang dianggap membahayakan bila terus dibiarkan.

Sebagian warga akhirnya tergerak untuk turun tangan membantu menambal lubang. "Waktu itu ada yang pakai Pajero. Dia turun langsung turun dari mobil lalu ikut bantu pakai tangan ngaduk semennya. Itu heroik buat kami," ujar Adit.

Setelah bergerak beberapa waktu, Sultan HB X sebagai Gubernur DIY memanggilnya pada Juni lalu. Gubernur DIY mengapresiasi apa yang dilakukan, bahkan berjanji akan membantu komunitas Nyanh Nyoh. Namun, bantuan tersebut hingga kini belum juga berwujud.

"Beliau juga bilang tak melu urun (ikut patungan). Tapi, belum dapet juga sih karena prosedurnya gitu. Ya sudah lah," ujar dia sambil terkekeh.

Di sisi lain, meski diapresiasi Gubernur DIY, tetap saja ada pejabat yang mengkritisi aksi komunitas tambal jalan itu. "JNN disebut melecehkan pemerintah. Katanya, nambalnya pakai semen itu berbahaya. Sehingga tambalannya enggak standar," ujar dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini