Sukses

Sedekah Laut Nelayan Tegal, Mandikan Kapal hingga Berebut Sesaji

Ratusan nelayan di Pantura Tegal, Jawa Tengah, antusias menyambut ritual sedekah laut.

Liputan6.com, Tegal - Rangkaian kegiatan sedekah laut yang diadakan di Kota Tegal, Jawa Tengah, 16-17 Oktober 2016, berlangsung meriah dan mendapat antusiasme dari ratusan nelayan di Pantai Utara (Pantura) Tegal.

Adapun kegiatan sedekah laut diawali dengan Pawai Ancak dengan rute yang diambil saat pawai ancak mulai dari Jalan Hang Tuah, Jalan Brigjen Katamso, memutar ke Jalan Piere Tendean kemudian kembali lagi ke Koperasi Unit Desa (KUD) Karya Mina di Kota Tegal, Minggu, 16 Oktober 2016.

Kemudian pada Senin, 17 Oktober 2016, sedekah laut dilengkapi dengan pelarungan ancak di Laut Jawa. Ancak berisi kepala kerbau, perhiasan emas berupa gelang, cincin, dan kalung, serta hasil bumi seperti buah-buahan dan sayuran.

Menurut Wali Kota Tegal Siti Masitha Soeparn, pawai ancak dan sedekah larungan ancak di Laut Jawa merupakan tradisi nelayan di pantura setiap tahun yang masih dilestarikan hingga kini.

"Rangkaian sedekah laut mulai dari pawai ancak dan larungan ini adalah kepedulian dari keluarga nelayan terhadap adat istiadat, pelestarian kebudayaan khusus dengan kegiatan nelayan ini," ucap Siti Masitha Soeparno, Senin, 17 Oktober 2016.

Ia mengharapkan sedekah laut yang senantiasa diselenggarakan ini mendapat dukungan dari pemerintah. Selain menjaga budaya yang harus dibanggakan.

"Tradisi sedekah laut ini patut kita banggakan, karena kita senantiasa bisa melaksanakan setiap tahun, dengan harapan nelayan semakin maju, semakin sejahtera, semakin makmur," dia menambahkan.

Adapun pada kegiatan sedekah laut, jumlah perahu nelayan yang ikut melarung ancak berjumlah kurang lebih 75 perahu dengan berbagai jenis alat tangkapnya. Rinciannya, perahu pursin sekitar 30, perahu cantrang kurang lebih 30, dan perahu jaring sekitar 15 perahu.


Rangkaian kegiatan sedekah laut seperti pawai ancak dan larungan yang diadakan di Kota Tegal, Jawa Tengah. (Liputan6.com/Fajar Eko Nugroho)

Sebelum dilarung, enam ancak yang sudah dibawa memutari rute yang sudah ditentukan, disemayamkan di pelataran KUD Karya Mina. Di tempat itu diadakan pertunjukan wayang golek semalam suntuk dengan dalang Ki Barep dari Tegal.

Enam ancak yang dilarung dibagi dalam dua kelompok. Yaitu, empat ancak akan dilarung di Pelabuhan Perikanan Jongor dan dua ancak akan dilarung di Pelabuhan Besar/Timur.

Sementara itu, pengurus HNSI Kota Tegal yang juga sebagai Ketua Pelaksana Sedekah Laut Kota Tegal 2016 Tasman mengatakan, tradisi ini mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah kota.

Diharapkan, tahun-tahun yang akan datang juga demikian dan terus memberikan dukungan kepada nelayan. "Pemerintah Kota Tegal sangat peduli dengan adanya acara sedekah laut ini, ini bisa dilihat dari perhatian yang turut menyumbang dana untuk rangkaian acara ini," kata dia.

"Kami berharap mudah-mudahan untuk ke depan tidak ada hal-hal yang dapat mengganggu dan kecelakaan pada saat kita melaut, rezeki dan hasil tangkap lebih meningkat," dia menambahkan.

Adapun Hadi salah satu panitia pawai ancak di depan KUD Karya Mina memberikan ucapan terima kasih dari nelayan Kota Tegal karena membuka secara resmi pawai ancak khususnya kepada Wali Kota Tegal yang disempatkan hadir di tengah kesibukannya.

"Kami ucapkan terima kasih Ibu Wali Kota hadir demi menyemangati kita, menyemangati nelayan di dalam bekerja walaupun ada Peraturan Menteri tentang Larangan Penggunaan Alat Tangkap Ikan Cantrang," ujar Hadi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ritual Mandikan Kapal

Berdasarkan pantauan Liputan6.com, sebelum enam ancak dilarang ke Laut Jawa. Ratusan nelayan dan warga setempat berkumpul di pelabuhan Kota Tegal.

Mereka menanti bergantian menaiki sejumlah kapal milik nelayan yang akan ikut melarung ancak ke tengah laut.

Adapun menurut sesepuh nelayan setempat, tujuan sedekah laut selama ini telah menjadi kegiatan rutin para nelayan Kota Tegal. Terutama, sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat nelayan atas karunia Tuhan Yang Maha Kuasa, atas limpahan hasil tangkapan nelayan.

Bahkan, tradisi itu juga dilakukan karena harapan nelayan agar keselamatan seluruh nelayan yang ada di Kota Tegal, serta berharap agar laut dapat bersahabat dengan nelayan.

Selain itu, ia menambahkan, sedekah laut ini identik dengan kepala kerbau sebagai simbol kesatuan para nelayan dan bentuk harapan besar yang menggantungkan perekonomian warga terhadap kekayaan laut.

Di sisi lain, sedekah laut yang dilakukan agar laut bisa bersahabat dengan nelayan dan besar harapan nelayan dilimpahkan banyak rezeki dan tentunya untuk keselamatan semua pelaut, khususnya warga Muarareja, Tegalsari dan Mintaragen yang banyak menggantungkan hidup dari laut.

Kegiatan sedekah laut itu, juga menggambarkan kearifan lokal. Diantaranya, melalui kegiatan upacara pelarungan kepala hewan yang memiliki makna tersendiri bukan hanya bagi nelayan, tetapi juga bagi seluruh warga Kota Tegal.

Saat dilarang di tengah laut, ratusan nelayan dan warga yang berada di dalam kapal melakukan ritual memandikan kapal dengan air laut.

Menurut nelayan setempat, tradisi memandikan kapal usai ancak dilarung dipercaya akan mendapatkan ikan yang maksimal dan rezeki yang melimpah.

‎Rangkaian kegiatan sedekah laut seperti pawai ancak dan larungan yang diadakan di Kota Tegal, Jawa Tengah. (Liputan6.com/Fajar Eko Nugroho)

Tak hanya itu, para nelayan ataupun warga juga berebut untuk mendapatkan sesaji yang dihidangkan di dalam enam ancak yang dilarung di tengah laut.

Sebab, ancak-ancak itu ada yang berisi barang berharga. Tak mengherankan, bila kemudian warga mulai dari anak-anak hingga dewasa ikut berebut mendapatkan sesaji dalam rangkaian ritual sedekah laut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini