Sukses

Top 3: Di Balik Kesuksesan Dimas Kanjeng Si Pengganda Uang

Mengapa banyak orang yang rela menyetor uang dan percaya Dimas Kanjeng bisa melipatgandakan uang?

Liputan6.com, Surabaya - Mengapa banyak orang yang percaya dengan praktik penggandaan uang yang dilakukan Dimas Kanjeng Taat Pribadi?

Menurut psikolog dari Fakultas Psikologi Unair Bagus Ani Putra, kondisi masyarakat yang materialistic value oriented (MVO) atau menghargai materi secara berlebihan menyuburkan fenomena Dimas Kanjeng.

Selain itu, tayangan televisi baik sinetron maupun iklan yang mempromosikan gaya hidup yang hedonis atau yang berhubungan dengan materi dan enggan bekerja keras menjadi faktor utama penyebab orang mudah tergiur dengan iming-iming tak masuk akal.

Hingga malam ini, Selasa (11/102016), berita tentang kesuksesan Dimas Kanjeng menipu para pengikutnya paling banyak menyita perhatian pembaca Liputan6.com, terutama di kanal News.

Kabar menarik lainnya yang juga tak kalah diburu adalah cara para perampok mobil ATM menghabiskan hasil jarahan sebesar Rp 10 miliar. Dan seorang pria asal Bugis yang berhasil pecahkan Guinness World Record dengan berlari sejauh 42,196 Kilometer dengan cara barefoot (tanpa alas kaki).

Uniknya lagi, ia berlari sambil mengenakan seragam adat suku Bugis-Makassar.

Berikut berita populer selengkapnya yang terangkum dalam Top 3 Regional:

1. Mengapa Dimas Kanjeng 'Sukses'?

Dalam foto kliping berita tertanggal 24 Februari, Dahlan Iskan terlihat menyematkan jas ke Taat Pribadi.

Dimas Kanjeng Taat Pribadi, terjerat kasus dugaan pembunuhan dan penipuan bermodus penggandaan uang. Pengikutnya yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia, meyakini sang guru bisa menggandakan uang.

Mengapa orang-orang itu percaya?

"Sebagian orang berpikir untuk meraih kekayaan dengan cara yang instan, dan hasilnya bisa digunakan untuk menopang gaya hidup yang lebih tingggi," kata dia kepada Liputan6.com di Surabaya belum lama ini.

Terkait kultur ini, ada peran media juga dalam pengembangannya. "Biasanya ajakan hedonis ini disampaikan melalui aktor yang berperan sebagai orang yang kaya tapi tanpa menjelaskan proses yang jelas untuk menjadi kaya," kata Suko.

Sementara itu, psikolog Bagus Ani Putra menilai kondisi masyarakat yang mengalami materialistic value oriented (MVO) atau menghargai materi secara berlebihan itu menyuburkan fenomena Dimas Kanjeng. 

Selengkapnya...

2. Cara Perampok Mobil Pengangkut Uang ATM Belanjakan Rp 10 M

Para perampok mobil pengangkut uang ATM itu bukan belanja untuk berfoya-foya. (Liputan6.com/Aditya Prakasa)

Polisi menangkap 11 dari 12 tersangka perampokan mobil pengangkut uang ATM senilai Rp 10 miliar di Kabupaten Subang, Jawa Barat. Selama menjadi buron, mereka langsung membelanjakan uang hasil rampok tetapi tidak untuk berfoya-foya.

Para tersangka perampokan mobil milik PT TAG di Kabupaten Subang itu ternyata langsung membelikan hasil jarahannya berupa kendaraan bermotor baik roda empat dan dua. Ada pula di antara mereka sempat membeli sebuah rumah di wilayah Jawa Barat.

Saat ini, polisi masih memburu seorang tersangka lainnya.‎ Bambang mengungkapkan, satu orang tersangka yang masuk ke dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) merupakan warga sipil. Bahkan, lanjut dia, ada kemungkinan tersangka tersebut kabur ke arah Jawa Timur.

Selengkapnya...

3. Pecahkan Rekor Dunia, Lelaki Bugis Lari Maraton Tanpa Sepatu

Pelari Bugis lari maraton tanpa alas kaki (Liputan6.com / Fauzan)

Hamzah Haruna Mannassai, lelaki Bugis Makassar ini berhasil memecahkan Guinness World Record dengan berlari sejauh 42,196 kilometer dengan cara barefoot (tanpa alas kaki). Dia berlari dengan mengenakan seragam adat suku Bugis-Makassar.

Ancha, sapaan akrab Hamzah Haruna, melakukan aksi gilanya tersebut saat ikut memeriahkan Blackmores Running Festival di Sydney, Australia pada pertengahan September lalu.

Ia mencapai finis di urutan 228 dengan catatan waktu 4 jam 3 menit 48 detik. Dari sekian ribu peserta dari belasan negara, Ancha berhasil menarik perhatian para pengunjung di ajang tersebut.

Ancha sudah sering mengikuti ajang lari maraton yang jaraknya sampai berpuluh-puluh kilometer. Namun yang membuat berbeda adalah cara dia memperkenalkan adat dari kota kelahirannya melalui hobinya itu.

Selengkapnya...

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.