Sukses

Begini Suasana Padepokan Dimas Kanjeng

Awalnya ada tiga ribu lebih pengikut Dimas Kanjeng di sekitar area padepokan.

Liputan6.com, Probolinggo - Padepokan Dimas Kanjeng di Probolinggo, Jawa Timur, sedang jadi pusat perhatian banyak orang. Pendirinya, Dimas Kanjeng Taat Pribadi, terjerat kasus dugaan pembunuhan dan penipuan berkedok penggandaan uang. Bagaimana kondisinya sekarang?

Pantauan Liputan6.com, sejak Sabtu akhir pekan lalu, tak ada suasana layaknya seperti pondok pesantren. Masjid Padepokan Dimas Kanjeng tampak sepi saat waktu-waktu salat wajib. Tak terlihat juga orang-orang berbusana sarung ataupun mengenakan baju koko muslim layaknya santri.

Jemaah putri juga tidak tampak di Masjid Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi di Desa Wangkal, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.

Sejauh ini yang terlihat adalah para pengikut yang tinggal di tenda-tenda di sebelah barat area padepokan. Selain itu, ada beberapa anggota Brimob dan Kepolisian Satuan Jatanras Polda Jatim serta Anggota TNI.

Menurut Camat Gading, Kabupaten Probolinggo, Slamet Hariyanto, saat ini ada sekitar 86 pengikut atau santri yang menetap di Padepokan Dimas Kanjeng.

"Kalau saat pertama kali jumlahnya yang menetap di rumah tenda ada 3119 orang, berangsur hingga saat ini menjadi 315 santri, dan setelah kami lakukan pendataan ulang dan himbauan kini tinggal 86 santri yang ada," tutur Slamet Hariyanto, di sela rekonstruksi, Senin (3/10/2016).

Ditanya apakah warga merasa terganggu dengan keberadaan mereka? Slamet Hariyanto mengatakan bahwa kegiatan Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi sempat juga membuat khawatir.

"Yang kami dan warga sempat resahkan itu karena santri di tempat ini tidak bekerja dan memang pengangguran. Maka kami juga bertahap menghimbau untuk santri kembali dari Padepokan ke daerah asalnya masing masing. Ada yang dari Bali, dan Pasuruan, " ujar Slamet.

Dia mengakui Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi ini kadang melakukan istigasah besar serta bakti sosial di sekitar pedesaan setempat.

"Santrinya juga sering melakukan istigasah dan bakti sosial membagi sembako sejak tahun 2006. Tapi tidak tahu mereka dapat dari mana tiba-tiba melakukan bakti sosial itu saja," ujarnya.

Slamet menambahkan, pihaknya sama sekali tidak pernah merasa curiga atas kegiatan yang dilakukan oleh Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi.

"Kami hanya memantau saja atas kegiatan Dimas Kanjeng yang sering dilaporkan untuk meminta izin seperti mengadakan pengajian besar dan kegiatan bakti sosial lainnya di hari besar agama Islam, terutama itu," kata Slamet.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini