Sukses

Awas Longsor, Aktifkan Speaker Masjid Sampai Kentongan

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, mengantisipasi jatuhnya korban di daerah rawan longsor. Untuk itu pemerintah akan mengundang ahli geologi untuk meneliti dan mengobservasi potensi bencana longsor dan gerakan tanah di desa Mlaya, Kecamatan Punggelan.

Hal ini untuk memastikan langkah-langkah penanganan bencana yang akan diambil pemerintah di tempat-tempat yang aman untuk evakuasi serta menghindari terjadinya korban jiwa.

“Penanganan bencana ini tidak bisa didasari hanya dengan ilmu kira-kira. Kira-kira tempat ini aman, kira-kira tidak akan terjadi longsor lagi,” kata Wakil Bupati Banjarnegara, Hadi Supeno, di lokasi tanah longsor, Kamis (29/9).

Untuk sementara ini, lanjutnya, masyarakat lebih baik mengungsi dahulu di tempat yang lebih aman demi keselamatan jiwa. Ia meminta untuk tidak menganggap remeh kejadian dengan menganggap hal ini sudah biasa lalu tidak ikut mengungsi.

"Patuhi para pemimpin, dalam hal ini Kepala Desa. Kalau diperintahkan untuk mengungsi, ikuti saja. Karena itu saya ingin kepastian speaker masjid hidup sebagai salah satu sarana untuk memberi perintah cepat yang dapat diketahui oleh seluruh warga," ujarnya.

"Pastikan ada genset yang siap menopangnya jika listrik mati. Intinya, jangan sampai speaker mati. Cara lain adalah dengan menggunakan kentongan."

Oleh karena ada pengungsian, ia meminta kebutuhan logistik untuk warga tercukupi. Menurut dia prioritasnya adalah membuka akses jalan dari timbunan longsor di beberapa tempat agar mobilitas bantuan dapat masuk dengan mudah. 

“Saya juga berterima kasih kepada relawan secara manual dengan cangkul dan tenaga manusia telah melakukan pembersihan longsoran di jalan masuk menuju desa Mlaya sebelum alat berat datang. Untuk penanganan bencana, apa yang bisa dilakukan segera baiknya dilakukan sehingga semua bergerak” katanya.

Setelah memastikan kebutuhan logistik untuk pengungsi tercukupi. Langkah selanjutnya adalah mewaspadai adanya bencana susulan, karena masih besarnya potensi terjadinya hujan deras dan adanya pergerakan tanah.

“Semua warga harus waspada bila melihat pohon mulai miring, air mulai berlumpur, atau terdengar suara dentuman segera lapor pada kadus, perangkat desa, kades, Aparat, dan petugas BPBD," kata Hadi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Laki-Laki Tak Boleh Tidur

 

Dia mengatakan semua laki-laki tidak boleh tidur. Yang boleh tidur anak-anak, kaum perempuan, dan orang lanjut usia. Laki-laki harus berjaga. Apalagi jika hujan deras turun. Ini bagian dari kewaspadaan agar semua selamat” katanya.

Hal penting lainya, lanjutnya, adalah BPBD bersama pihak desa membuat jalur evakuasi. Jalur ini harus disertai petunjuk yang jelas kemana arah evakuasi yang aman. Dan setelah dibuat sosialisasikan itu kepada semua warga.

“Jalur evakuasi ini sangat penting untuk memberikan arah yang benar dalam rangka penyelamatan diri. Karena itu semua warga harus paham betul. Sebab dalam keadaan bahaya semua orang panik ingin menyelematkan dirinya sendiri. Kalau tidak ada panduan, warga bisa salah arah,” katanya.

Selain meninjau lokasi bencana dan pengungsian di dusun Kaliwadas, Wabup juga meninjau retakan tanah di dusun Sidakarya dan Semangkung.

Kades Mlaya, Waryati menambahkan kejadian bencana longsor yang kemudian disusul dengan pergerakan tanah ini awalnya dimulai setelah adanya hujan deras pada hari Selasa 27 September lalu dengan adanya longsoran yang menutup jalan desa di dusun Kaliwadas dekat rumah penduduk pada pukul 19.00.

Esok harinya pada pukul 13.00 diketahui ada retakan di hutan pinus yang berada di atas pemukiman penduduk. Sehingga menyebabkan adanya gelombang pengungsian warga ke Masjid setempat dan ke SDN 02 Mlaya. Hujan juga menyebabkan tanah longsor yang menutup jalan di dusun Kaliwadas.

Waryati mengatakan saat ini jumlah pengungsi yang ditampung di Masjid Kaliwadas dan SDN 02 Mlaya total 77 KK atau 306 jiwa. Di dusun Sidakarya 17 KK 77 jiwa.

"Kalau yang di dusun Sidakarya mengungsi di rumah tetangga. Ini karena rumahnya mengalami retak-retak," ucapnya.

Kepala BPBD Banjarnegara, Catur Subandrio, menambahkan sulitnya akses hari ini untuk menunjang kebutuhan pengungsi pihaknya akan membuat dapur umum di Balai Desa dengan peralatan sederhana. Sementara logistik saat ini dipenuhi dari dapur umum PMI.

“Hari ini juga dilakukan assessment di lapangan. Selain logistik juga untuk kebutuhan lainnya” katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.